Sore ini aku hanya menghabiskan waktuku untuk berbaring, aku berencana menyelesaikan tugas rumah ku nanti, sebelum tidur.
Luka bakar ku ternyata memang parah. Mengingat Reyna yang menyiram ku dengan air sup yang masih mendidih—aku bingung, bagaimana caranya aku bisa bertahan waktu itu?
Sekarang saja, rasanya perih dan panas sekali.
Sial, lepas dari hukuman Orion, kini aku malah mendapat masalah.
Hadeuhhh.
“Orion.”
Aku memanggil hologram itu, tak lama muncul sebuah papan hologram dengan beberapa ikon email yang terlihat mencurigakan.
Orion tak berbicara atau mengatakan salam padaku. Aku mengeryit, apa yang sedang terjadi sebenarnya?
“Orion? Aku memanggil mu untuk menemaniku berbicara,” ujarku.
Tak lama, sebuah tulisan bergaya Libre Baskerville dengan selingan gaya Bold Italic untuk beberapa kata dengan bahasa asing.
“Kenapa kamu tidak bicara saja?”
[Anda merindukanku, Tuan?”
Papan hologram itu menghilang, berganti menjadi sesosok laki-laki dengan pakaian kasual, dan kacamata photocromic yang bertengger apik di pangkal hidungnya.
Rambutnya yang ditata sedemikian rapih, membuat kesannya menjadi lebih berwibawa.
Padahal dia hanya Sistem error, tapi kenapa sosoknya bisa lebih baik dari manusia?
“Jangan mimpi.” aku berdecih.
Sosok yang awalnya muncul sebagai laki-laki hologram, kini dia bisa menjadi laki-laki yang tidak tembus pandang lagi.
Dia bisa menyentuhku, dan aku bisa menyentuhnya.
[Maaf, saya tidak bisa bermimpi. Jadi, saya lebih baik datang ke dalam mimpi Anda.]
Aku mendengus jijik. “Kamu menggunakan kacamata di ruangan seperti ini? Aneh. Dan, hilangkan bahasa formal mu itu, rasanya seperti kembali ke zaman kuno.”
Aku menatap manik Ruby yang bersinar itu, matanya benar-benar indah ... Mata upturned itu benar-benar terlalu ... Ah, apaan ini? Aku berbelit-belit.
Orion tertawa, dia menghampiri ku dan duduk disamping ku.
[Apa yang kamu pikirkan? Jangan lupa, aku bisa membaca apapun yang kamu ucapkan.]
Suara tawanya lagi-lagi menguar, aku berdecih sinis. Menatap manik yang menyipit itu, “Orion, bisa hilangkan rasa sakit ini, gak?” aku bertanya, berusaha mengalihkan perhatiannya.
Orion melirik luka ku yang memanjang hingga leher, dia menghela napas, lengan kanannya melayang dengan pancaran sinar berwarna putih, “jangan sembuhkan, buat rasa sakitnya hilang saja.”
[Baiklah, saya mengerti kenapa anda menginginkan hal seperti itu.]
Perlahan, rasa terbakar, panas, dan perih itu menghilang secara berkala. Aku menghela napas, sensasi dingin yang datang, membuat tubuhku rileks.
“Ah, cukup. Terima kasih. Akhirnya kamu lebih berguna.”
[Sedari awal, aku diciptakan untuk berguna bagi kamu. Aku sangat tersanjung jika aku benar-benar bisa membantumu.]
Kami terdiam beberapa saat, tubuhku ku bawa bersandar pada tubuh Orion.
[Kamu ditinggal sendiri?]
“Ya, aku ingin sendirian terlebih dahulu.” balasku cepat. Aku memejamkan mataku, “bangunkan aku pukul delapan nanti.”
Aku berusaha untuk tertidur, menikmati belaian lembut Orion di kepala dan punggungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atharya: Reborn as an Outcast.
RandomAtharya Fredrika. Seorang remaja laki-laki yang baru saja lulus SMA, harus mati setelah ia mengamuk karena Novel cringe yang ia baca. Atharya Gabriel Naradipta, seorang remaja laki-laki berusia lima belas tahun, anak ke-3 dari tiga bersaudara, anak...