>12: Merasa Seperti Hidup Kembali<

5.4K 728 9
                                    

Hari berat bagiku telah tiba.

Aku menghela napas berkali-kali, membuat seorang perempuan yang tengah merias wajahku menekuk wajahnya, "aku mohon jangan banyak bergerak. Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja. Anggaplah mereka tidak ada. Atau, anggaplah kamu sedang memamerkan keahlianmu. Gunakan kesempatan ini untuk membuat semua orang terpana padamu."

Perempuan itu tersenyum ramah padaku. Aku membalasnya tersenyum, kemudian menarik napas ku dalam-dalam. Menatap pantulan wajahku pada cermin.

"Wajahmu sudah sempurna, hanya sedikit lebih pucat saja. Jadi, aku cukup membuat wajahmu terlihat lebih hidup. Ingat untuk tidak membuat riasannya rusak. Jika terjadi sesuatu, panggil aku."

Perempuan itu pergi, meninggalkan ku bersama seorang laki-laki yang bertanggung jawab pada kostum yang aku pakai.

"Tubuhmu kecil, sangat sempurna untuk pakaian ini. Kamu benar-benar sempurna! Aku bahagia kostum yang aku buat akan terlihat sebagus ini ketika dikenakan olehmu."

Laki-laki itu terlihat sangat antusias denganku. Aku hanya tersenyum kikuk, sembari mengucapkan terima kasih karena telah membantuku.

Rambut putihku ditata sedemikian rupa agar bisa sinkron dengan kostum yang aku kenakan. Dengan kacamata yang bertengger apik di antara mataku.

Sebuah Bros berbentuk pena yang terbuat dari bulu, terlihat sangat cantik. Membuat penampilan ku terlihat lebih mewah.

Karena tata rambut yang cukup bagus, wajahku tidak terlihat bulat. Wajahku tanpak lebih tirus.

Sebuah anting-anting perak di telinga kananku terlihat menggantung, dengan permata abu dan biru yang terlihat senada dengan mataku. Aku tersenyum kala melihat pantulan tubuhku sendiri.

Sempurna.

Aku berbalik, melirik ke arah Leo dan Azva.

Mereka terlihat tengah membicarakan sesuatu. Aku mendekat pada mereka, "apa yang kalian bicarakan?"

Kedua orang itu menoleh untuk menatapku. Aku tersenyum canggung, "maaf jika mengganggu. Katakan sesuatu, setidaknya."

"Kamu, lucu sekali.."

"Rasanya aku ingin menggigit pipimu.."

"Tidak boleh! Yang ada aku akan dimarahi oleh perempuan itu!"

Mereka tertawa. Aku benar-benar terpana pada penampilan mereka.

Leo yang memakai pakaian ala ksatria, dengan cardigan berwarna golden brown yang senada dengan kemeja putihnya. Rambutnya yang ditata apik, dengan sebuah jepitan untuk menahan poninya agar tidak terjatuh.

Pedang yang ia bawa, menambah kesan berwibawa pada penampilannya.

Berbeda peran, berbeda pula dengan Azva.

Ketua OSIS itu memakai kostum pakaian resmi ala-ala kerajaan Eropa. Bedanya, ini lebih simpel dari itu. Kostumnya dominan berwarna putih dan merah. Di kepalanya terdapat mahkota simpel, namun elegan, dengan permata merah yang terlihat mencolok.

Ah, aku tidak dapat mendeskripsikan mereka dengan benar ... Pokoknya, mereka benar-benar sempurna.

"Penampilan kalian juga sangat bagus. Bukankah sebentar lagi giliran kita?"

Leo dan Azva mengangguk. Mereka berdua membimbing ku pergi ke atas panggung. Terlihat para dancer sudah sedia di posisi mereka masing-masing.

Aku menghela napasku, berusaha menetralkan detak jantung yang sudah tidak karuan ini.

Dengan buku, dan pena yang aku selipkan di atas telinga kiri ku, aku berbicara dengan perlahan, membaca naskah drama yang aku pimpin.

Aku, disini berperan sebagai penyair. Dan drama ini, mengambil sudut pandang ku.

Atharya: Reborn as an Outcast.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang