>36: Tiga Bintang, dan Konstelasi<

1.3K 246 30
                                    

“Jadi, jelaskan.”

Aku melirik Papa yang sedang gugup, tampaknya dia masih belum siap menerima tamu itu. Aku terdiam tanpa berniat menjawab.

“Dia ... Atharya terluka karena seseorang melempar botol air panas padanya dan—”

“Ini yang kedua kalinya, Nara.”

Papa meringis pelan, dia menunduk. Tampak menyerah tanpa sanggahan sedikitpun.

Lucu, orang yang di depan anak-anaknya sangat tegas, namun ketika dihadapkan pada dua orang paruh baya di depannya dia tampak tidak berdaya.

Aku terkekeh dalam hati.

“Aku tahu, Ayah. Makanya, Atharya saat ini tidak sekolah formal dulu sampai batas waktu yang belum ditentukan.”

Aku melirik ke arah dua orang paruh baya tadi. Satu laki-laki, dan yang lainnya perempuan. Kata Papa, mereka ada Kakek dan Nenek ku, atau Gabriel. Mereka tidak datang sendiri, melainkan dengan satu laki-laki yang tampak seumuran dengan Alka, dan dua lainnya tampaknya seumuran dengan Leo.

Tapi dapat aku lihat, tidak ada wajah hangat di muka datar itu.

Aku meringis.

“Bukankah dia selama ini homeschooling?

“Dia ingin sekolah formal, jadi kenapa tidak aku wujudkan?”

Laki-laki paruh baya itu mengerut tajam, “Kau sendiri yang bertahun-tahun tidak ingin Atharya mengenal apa itu kehidupan sosial.”

Tubuhku menegang, di dalam novel tidak diceritakan tentang hal ini, karena kehidupan Atharya dimulai ketika Leo datang ke mansion ini.

Ya ... Walaupun dari awal hubungan Atharya dan keluarganya memang tidak baik.

“Ada satu alasan yang tidak bisa aku bicarakan, Ayah.”

Papa menatap Kakek dengan pandangan rumit, “katakan alasan itu. Kamu mencoba menyembunyikan sesuatu?”

Papa mendengus kasar, “Ibu, katakan padanya untuk tidak memaksa diriku, tidak semua yang terjadi dalam keluarga ku, kalian harus mengetahuinya. Ini privasi kami.”

Kakek tampak mengetatkan rahangnya, sepertinya dia marah, “benar yang dikatakan oleh Papa, Kakek. Tolong tenangkan dirimu.”

Itu Arka. Anak tengah memang selalu menjadi penengah.

Orang yang akan aku sebut kakek itu menghela napas berat, dia mengangguk beberapa kali, “Papa mu memang selalu membuatku darah tinggi, Arka.”

Ah, aku kira dia tidak dekat sama sekali dengan cucu-cucunya. Karena dari tadi dia hanya melirikku sebentar, kemudian memalingkan wajahnya.

Ah, aku sakit hati.

“Papa aku ingin—”

Srek!

“Ayah!”

“Kakek!”

Aku membeku, pria tua itu dengan tiba-tiba menarik lenganku kasar, mataku membelalak kaget, shock karena kejutan yang tidak ramah.

Awshhh...” aku meringis ketika luka bakar ku tertekuk, kasar sekali kakek tua ini. Jelas aku akan menjauhinya di masa depan!

“Ayah, apa yang Kau lakukan?! Lukanya nanti akan terbuka lagi!” Papa berkata dengan nada yang meninggi, dia tampak berusaha mengambil tubuhku dari cengkraman pria tua ini.

Arka juga ikut khawatir, dia berusaha menenangkan diriku yang masih speechless.

“Tidak apa ...” Arka mengelus rambutku, “Kakek, tolong lepaskan dia ..” ujarnya kemudian.

Atharya: Reborn as an Outcast.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang