>41: Oh, Aku Kira Kau itu Bi, Papa!<

1.6K 237 12
                                    

“Papa, apa Kau berniat untuk menikahi Ayah?”

Ukhuk!

“Atha, apa yang kamu bicarakan?”

Aku menyeringai, bergerak mendekati Papa yang tengah menatapku dengan pandangan tak percaya, “aku dapat melihat, bahwa Kau itu adalah seorang bi.”

“A-Atha sayang ... Papa bukan laki-laki seperti itu ... Papa masih menyukai perempuan..”

Aku mendesah kecewa, “Padahal, aku tidak keberatan, kok.” ujarku. Bergerak mundur, aku kembali bersandar pada sofa, mengambil sebuah jar berisikan agar kristal yang dipenuhi oleh gula.

“Aku tidak tahu Kau menyukai hal manis seperti itu,”

Papa berujar ringan. Aku menoleh, kembali menyimpan jar itu setelah mengambil segenggam agar kristal, “pengecualian. Aku suka teksturnya, ini renyah. Sedangkan makanan manis yang ku ketahui, teksturnya agak aneh.”

“Oh.”

Tap, tap, tap.

“Atharya?"

Oh, itu Ayah! Aku berbinar senang, ingin turun untuk menghampirinya, tapi Papa menahan tubuhku dengan satu lengannya.

“Oho, Kau sudah sembuh?”

Aku mengangguk antusias, “sudah tiga hari aku seperti sedang simulasi untuk kembali menjadi mayat, akhirnya aku bisa bergerak bebas lagi, terima kasih, PaYah.”

“PaYah?”

Aku mengangguk, kedua pria itu menatapku bingung, “Papa, Ayah.”

“Oh ...”

Mereka berdua mengangguk bersamaan, kemudian aku terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan yang sebelumnya aku tanyakan pada Papa.

Apa sebaiknya aku bertanya pada Ayah?

Aku berdehem pelan, “Ayah ...”

“Ya, sayang?”

“Boleh aku bertanya?”

Ayah tersenyum, dia mengangguk. Menoleh ke arah Papa yang menatapku curiga, aku menyeringai, “Ayah, tidakkah ada niat untuk mu menikah lagi?”

“Kau menginginkan seorang ibu?”

“Tidak ... Maksudku, bukankah ide bagus jika Ayah menikahi Pa—humpp!”

Aku dipaksa bungkam oleh Papa, pria itu kini membekap mulutku agar tidak bisa berbicara, “jangan dengarkan dia. Dia sudah menanyakan hal yang serupa padaku. Dia akhir-akhir ini selalu saja meluncurkan pertanyaan bejat.”

Heh! Sembarangan!

Ayah menatapku bingung, kemudian pria itu menghela napas panjang, “otaknya memang agak miring.”

Sialan.

Aku mengeryit tak suka, ketika Papa pada akhirnya melepaskan bekapannya, aku berdecih sinis, “jorok. Lengan Papa bau.”

“Oh, maafkan Papa. Tadi, Papa baru saja mengurus dapur karena Papa membuat kerusuhan.”

“Kalau tidak bisa masak, jangan sok, deh! Untung dapurnya gak pa-pa.”

“Bibirnya~” Ayah meraih pipiku, kemudian dia membuat gerakan memutar, membuat pandanganku terganggu, dengan rasa sakit yang menjalar.

Aywah, akwu memilikwi gigi patwah di ujwung rahangkwu! Sakit, itu menggorwess!”

Ayah tergelak, pria itu tersenyum sambil meminta maaf, “oke maafkan Ayah.”

Aku meringis pelan, “Papa, kemana yang lain?”

Atharya: Reborn as an Outcast.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang