>44: Yang Ke-dua Kalinya<

587 64 9
                                    

Sakit ...

Itu yang aku rasakan. Semuanya gelap, tak ada yang dapat kurasakan selain rasa sakit di seluruh tubuhku. Kakiku tak dapat menyentuh tanah, leherku tercekik—membuat napas ku tercekat.

"Ukh!"

Tali yang mengikat leherku semakin kencang, rasa sakit menyebar kembali di seluruh tubuh ku.

"M-maafkan aku ..."

Aku tak dapat berkata-kata lagi, jeritan demi jeritan keluar dari bibirku, tubuhku bergetar hebat. Rasa panas dan perih dari cambuk yang bersinggah di punggungku.

"Laki-laki cacat ini benar-benar tak akan mati, ya?"

Ah... Suara gadis itu terdengar lagi. Aku menggigit bibirku ketika mendengar dia kembali berbicara, "aku ingin dia mati!"

"Argh!"

Aku menjerit kesakitan, napas ku tersengal-sengal. Tali di leherku mengencang, sesaat ku pikir aku akan benar-benar mati. Tapi—

"ARGH!"

"ATHARYA!"

Kepalaku membentur lantai dengan sangat keras, semuanya menjadi hening, kepalaku berdenging, pandanganku menggelap. Sekilas, aku hanya dapat mendengar panggilan seseorang yang ku kenal.

"Arka ..."

─ׅ─ׅ══• • •❀• ⃟͜͡ ⃟𖣴͜͡⃟ ⃟ •❀• • •══─ׅ─ׅ

Chapter 44: Yang Ke-dua Kalinya.

─ׅ─ׅ══• • •❀• ⃟͜͡ ⃟𖣴͜͡⃟ ⃟ •❀• • •══─ׅ─ׅ

"Kau serius? Melakukan hal sekejam ini hanya untuk masalahmu yang sepele itu?"

Laki-laki itu mengerutkan keningnya, kakinya menginjak dada laki-laki dewasa di depannya.

"Kau —"

"Zeta!"

Panggilan lain terdengar, laki-laki yang merasa terpanggil itu berdecak. Ia menendang kepala laki-laki dewasa yang terbaring di lantai itu. "Apa?"

Delta, laki-laki itu menggeram, "Atharya sudah sadar."

Berbulan-bulan setelah kejadian itu, Atharya dinyatakan koma. Ia kehilangan terlalu banyak darah, benturan di kepalanya mengakibatkan gegar otak dalam skala berat.

Delta menyeret saudaranya menuju rumah sakit. Meninggalkan Keith dan Reyna yang terbaring tak berdaya dengan rantai di leher mereka.

"Dua keparat itu harus mati, Delta!" Zeta tampak berteriak dengan nada sedikit merengek.

Rengekan Zeta tampak tak didengar, Delta malah mengerang frustrasi, tangannya meremas pergelangan tangan Zeta, "Atharya lebih penting, bukan? Siapa yang selalu merengek ingin menemui Athaya?"

Zeta mendengus kasar. Laki-laki itu mencebik.

Saat di rumah sakit, mata kembar mereka melihat Atharya yang tengah dikelilingi oleh orang banyak. Terlihat Leo dan Naradipta tengah mengelus kepala dan tangan Atharya.

Andi yang terlihat stress, ketiga teman lama Atharya, Adriel, Azva, Anggi, dan yang lainnya tampak tidak kalah khawatir.

"Aku tidak ingat ..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Atharya: Reborn as an Outcast.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang