"Apa yang akan Kau lakukan?! Lepas, Lepas!"
Aku berteriak kencang sambil berontak dari pelukan Orion. Saat itu, tepat sesaat setelah aku kehilangan kesadaran ku, aku dikejutkan dengan perubahan lingkungan yang jauh berbeda.
"Tenanglah ... Aku mohon tenang ..."
Orion berkata tepat di sebelah telingaku. Suaranya begitu enak di dengar, itu halus, dan lembut. Memberikan kesan ketenangan padaku.
"Apanya yang tenang?! Katakan dimana aku!"
Orion mengelus pucuk kepalaku terus menerus, dia menahan diriku dalam pelukannya, dengan posisi tidur yang menyamping.
Kami berada di atas sebuah ranjang, yang sangat luas. Bahkan itu tidak terbatas karena pandanganku. Kemana aku memandang, pemandangan ranjang akan tetap ada. Seakan tidak ada jurang, atau pun tepi.
Aku hampir menangis, ketakutan datang tiada henti. Ruangan yang hampir semuanya berwarna putih, membuat mental ku tertekan. Bahkan Orion yang biasanya mengenakan pakaian hitam, kini dia mengenakan sebuah pakaian kuno ala Yunani, berwarna putih dengan ornamen emas yang melingkar di kepalanya.
Termasuk pakaian ku, pakaian apa ini? Aku yakin aku mengenakan seragam dan Almamater sekolah, namun apa ini? Hanya sehelai kain lembut yang menutup tubuhku, dan, itu juga berwarna putih. Hanya tubuhku saja yang berlawanan dengan itu semua.
Karena kini, aku dalam bentuk tubuh asliku.
"Tubuh asli Anda benar-benar berbeda ..."
"Apa? Lepaskan aku, aku mohon!"
Aku bergetar hebat, suara Orion benar-benar berbeda. Kini dia terasa seperti benar-benar manusia. Tidak seperti biasanya yang ... Aku tetap dapat merasakan bahwa dia tetaplah sebuah hologram.
"Tapi aku menyukainya ... Tenanglah, Tuan. Anda akan kembali ketika Gabriel sudah selesai dengan urusannya. Anda di sini sebentar, anggap saja sebagai waktu istirahat."
Orion mengecup dahiku, dia benar-benar memeluk diriku dengan erat.
"Tenanglah ... Aku akan tetap berada di sini bersamamu."
Itu tidak dapat merubah apapun.
"Kenapa aku ada di sini? Jika jiwa Gabriel masih ada, kenapa harus aku yang menggantikan dirinya? Kenapa dia tidak bekerja sendiri untuk keinginan kalian? Kenapa harus aku?"
"Itu karena takdir. Gabriel sebenarnya sudah mati, jiwa yang kini menempati tubuhmu itu adalah sisa-sisa dari jiwanya yang tertinggal."
"Kalau begitu ... Dia saja yang menempati raga itu, aku ingin kembali pada kehidupan ku!"
"Ssstt ... Padahal baru beberapa puluh jam yang lalu Anda tampak bahagia dan penurut. Tapi kenapa sekarang Anda malah seperti ini?"
Aku terisak pelan, "aku ingin kembali ... Kembalikan aku ..."
"Tunggu Gabriel selesai."
"Tidak! Aku tidak ingin kembali ke sana, aku hanya ingin tubuhku yang dulu! Aku ingin ayahku, aku ingin mereka yang dulu..." aku berteriak, dan kembali memberontak.
Agaknya Orion sedikit kewalahan, pelukannya melonggar, dan aku berhasil melepaskan diri. Aku berdiri dengan susah payah karena ini bukanlah lantai biasa. Ini adalah kasur.
Aku berlari, berusaha menjauh dari Orion yang melihatku dengan pandangan sendu.
Bruk!
"A-aku hanya ingin pulang ... Kembalikan aku ..." aku terjatuh dalam keadaan tengkurap. Tubuhku lemas, seakan telah berlari bermil-mil jauhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atharya: Reborn as an Outcast.
AléatoireAtharya Fredrika. Seorang remaja laki-laki yang baru saja lulus SMA, harus mati setelah ia mengamuk karena Novel cringe yang ia baca. Atharya Gabriel Naradipta, seorang remaja laki-laki berusia lima belas tahun, anak ke-3 dari tiga bersaudara, anak...