04

4.1K 425 44
                                    








Jennie berjalan di koridor perusahaan bersama dengan Viona yang membawa berkas di tangannya. Kini mereka kembali ingin melakukan pembicaraan serius sekaligus memperlihatkan bagaimana bentuk ponsel yang akan mereka rancang khusus untuk Bts. Kali ini, Jennie seperti nya harus bernafas lega karena member tidak akan ikut karena ada jadwal pemotretan yang bertepatan dengan jam rapat.

"Bagaimana semalam? Apa Hwan merajuk karena kau tinggalkan terus ke kantor?" Tanya Viona begitu mereka masuk kedalam ruang rapat bersama.

"Iya. Dia marah. Tapi aku akan meluangkan waktu untuk menjemput nya disekolah siang nanti. Eunwoo tidak bisa karena ada rapat penting." Jennie menjawab asal sambil mengambil tempat duduk yang sudah di tentukan.

Viona mengangguk mengerti. "Nanti setelah rapat  kau langsung ke sekolah Hwan saja. Aku akan kembali ke kantor dan mengurus kerja sama ini."

Jennie tersenyum lalu mengangguk. Beberapa menit, mereka kedatangan Pd-nim dan beberapa rekan yang berhubungan dengan bts. Kali ini tidak terlalu banyak orang seperti pertama kali mereka rapat. Mereka tidak menyorot dengan kamera lagi yang membuat Jennie merasa tidak nyaman.

Rapat itu berjalan lancar membuat Jennie berkali kali menghela nafas lega saat menjelaskan dan menunjukkan di layar bagaimana rancangan mereka. Kini sudah diterima dan di sepakati bersama oleh produser sekaligus pendiri Bighit itu. Jennie tersenyum menjabat tangan Bang Sihyuk begitu semuanya selesai.

"Kita rapat selama empat jam. Yang benar saja. Pantatku sakit karena duduk terlalu lama." Viona mengeluh memegang pinggang nya.

"Kau sudah biasa seperti ini bukan? Harusnya tidak perlu mengeluh lagi. Ayo keluar, Jangan mempermalukan aku. Mungkin saja ada kamera pengintai yang menyorot kita diam diam." Jennie berbisik sambil menggenggam tangan Viona lalu mereka berjalan beriringan keluar.

"Yang benar saja. Kita ini bukan artis." Viona berucap malas sambil menghela nafas melangkahkan kaki sejajar dengan Jennie.

"Apa menjadi sekertaris itu melelahkan?" Jennie bertanya kini seolah mengalihkan pembicaraan. Ia berjalan di koridor melewati staff yang berlalu lalang disana.

Viona berdecak. "Menurutmu? Aku harus memperbaiki semua nya sebelum diberikan padamu tanpa ada kesalahan apapun. Itu melelahkan, Jen. Rasanya aku ingin bertukar tempat saja." Kekehnya ringan.

"Jika kau ingin membangun perusahaan, mungkin aku akan memberikan modal." Jennie berucap tersenyum menatap Viona yang terlihat berbinar. Ia tidak akan perhitungan sebab Viona sudah banyak membantunya. Bahkan menjaga Hwan yang masih sangat kecil karena ia yang harus bekerja. Gadis itu seolah seperti baby sitter saja.

Dan itu merupakan hutang besar yang menurut Jennie tidak dapat dibayar dengan uang saja.

"Tidak ah! Aku tidak mau terlalu sibuk disaat usiaku masih terbilang muda. Cukup seperti ini saja membuatku senang lagipula bukankah kau selalu memberiku bonus setiap bulan? Itu sangat menguntungkan bagiku. Menjadi sekertaris itu sulit, tapi menjadi CEO jauh lebih sulit dari yang aku bayangkan."

Jennie tertawa. Namun dalam hati ia membenarkan. Di usia muda memang memerlukan banyak pengalaman yang menyenangkan bukan malah bekerja keras. Usia mereka hanya terpaut satu tahun,  Dan Viona satu tahun lebih muda darinya. Bersenang senang mungkin adalah satu hal yang sering dilakukan disaat usia muda seperti ini.

Dan Jennie tidak mengalami itu semua. Sejak umurnya sembilan belas tahun, Ia sudah dijodohkan dengan seorang idol yang sedang naik daun lima tahun lalu.

Jennie tersenyum. "Aku akan me—"

"Permisi, Jennie-ssi. Kau ada waktu?"

Yang dipanggil sontak menghentikan langkahnya merasakan sebuah suara rendah yang memotong ucapannya. Kini ia berbalik mendapati sosok Seokjin dengan pakaian santainya yang berdiri satu meter dari mereka. Jennie mengernyit. Seingatnya ia tidak punya urusan lagi dengan pria itu. Meskipun dulu mereka dekat.

THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang