06

3.2K 397 20
                                    

VOMENT

















•••



Hari ini adalah hari di mana membuat Jennie senang karena akhirnya setelah tiga hari lamanya di rawat di rumah sakit, Hwan putranya sudah sembuh dan kembali ceria lagi. Hal itu tentu membuat Jennie tidak berhenti tersenyum melihat bagaimana antusiasnya Hwan ketika kembali memakai almamater sekolahnya.

Jennie sudah selesai bersiap siap dengan pakaian kantornya yang kini sedang memasuki lift sambil menggandeng tangan kecil Hwan agar mereka bisa cepat sampai kebawah dan sarapan bersama. Hari ini ia juga akan mengikuti meeting bersama para investor luar negeri untuk proyek besar yang akan mereka kerjakan minggu depan.

"Mama— Hwan boleh beli kue untuk Mino nanti?"

Pertanyaan Hwan membuat Jennie mengulas senyum lebarnya. "Tentu saja boleh. Nanti kita beli juga untuk teman teman lain ya?"

Hwan mengangguk tersenyum lebar. "Tapi temannya Hwan itu cuma Mino. Tidak ada yang lain. Jadi beli dua saja untukku dan untuk Mino ya?"

Jennie tersenyum mengangguk bersamaan dengan pintu lift terbuka kini ada dua orang pelayan yang membungkuk di depan mereka sambil membawakan tas sekolah milik Hwan ke ruang makan. Jennie sendiri yakin kalau kemungkinan besar anaknya tidak mudah bergaul dan berbaur dengan orang lain.

Karena sejauh ini, Yang Jennie dengan dari Hwan kalau temannya hanyalah Mino. Putranya tidak pernah menyebut nama anak lain karena memang mereka tidak pernah berteman. Hwan Tipikal anak yang cukup dingin dan cuek.

"Good morning, boy." Eunwoo merentangkan tangannya menyambut sang keponakan dalam pelukan nya. Hwan terlihat sudah segar dan bugar pagi ini tidak seperti kemarin yang susah sekali dibujuk untuk minum obat. Eunwoo membawa Hwan ke pangkuannya dan memberi kecupan kecil pada puncak kepala bocah itu.

"Uncle, kenapa tidak datang kemarin menjenguk Hwan? Jahat sekali!"

Eunwoo terkekeh melihat Hwan mengerucutkan bibirnya kesal. "Hey, kau tau aku sibuk. Ingat? kemarin lusa kau mengacaukan kantorku. Dan Itu membuat pekerjaan ku tertunda."

Jennie yang mendengar itu menghela nafas sebab hafal sekali dengan tingkahnya Hwan. "Lain kali jangan seperti itu ya, Hwanie? Tidak boleh mengganggu Uncle lagi dan mengacau di kantornya."

Hwan mengangguk meski berat. Itu dia lakukan hanya untuk menghilangkan kebosanannya, tanpa sadar kalau ternyata kertas yang ia bermain itu adalah berkas penting yang akan di pakai di meeting nanti. Hwan tidak tahu dan menjadi takut dimarahi tapi Pamannya itu orang baik dan tidak suka marah marah. Hwan harus mensyukuri hal itu.

"Boy, makan dengan tenang oke? Jangan mengotori seragam mu." Eunwoo berucap meletakkan Hwan di kursi tinggi disebelahnya sambil memberikan sumpit ada anak itu.

"Hum." Hwan mengangguk lalu mulai memakan sarapannya.

"Bagaimana dengan kerja sama itu? Apa berjalan dengan baik?"

Mendengar pertanyaan itu Jennie segera menghentikan makannya sejenak. "Baik. Aku terkejut karena penggemar mereka sangat antusias menunggu barangnya meluncur dan di rilis. Seperti nya bisnis ini akan sangat sukses."

Eunwoo mengangguk santai. "Mereka sudah spoiler untuk perilisan barang itu. Aku melihat nya di media."

"Benarkah? Kalau begitu bagus." Jennie merespon apa adanya sambil lanjut memakan sarapannya. Di pagi hari seperti ini orang tua mereka sudah berangkat ke kantor bahkan sebelum Jennie bangun dari tidurnya. Itulah mengapa sering tidak ikut sarapan bersama.

"Lalu kemana saja kau tiga hari lalu sebelum Hwan sakit? Aku menghubungi mu tapi tidak aktif. Kau sengaja mematikan ponselmu agar tidak ada yang mengganggu? Kau bersama siapa?"

THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang