Malam itu, ketika aku kembali pada diriku yang sesungguhnya, kukenang segala yang telah terjadi selama ini. Ini adalah kisahku, sebuah cerita yang memiliki nilai tak tergantikan. Kisah ini bukanlah tentang Alisya lagi, namun tentang diriku sendiri, tentang pilihan-pilihan yang kumiliki, dan risiko yang kutanggung.
Setahun setelah perpisahan kami, aku memutuskan untuk menuliskan ceritaku dalam sebuah buku berjudul "FINE" dengan huruf 'E' terbalik. Bagiku, itu adalah sebuah pesan tersirat bahwa perpisahan, sebagus apapun hubungan kita, tetap akan meninggalkan luka. Meski bukan yang terbaik, akhirnya aku mengakhiri kisah kita.
Waktu telah menunjukkan pukul 22.11 malam. Aku duduk di apartemenku dengan kondisi yang tak jauh berbeda dari malam saat aku menulis buku "FINE". Namun kali ini, rasa sakitnya lebih berat, dan bagian patah hatiku lebih dalam. Aku berusaha menyingkirkan bayang-bayang masa lalu, tapi tetap saja, itu tak pernah mudah.
Belakangan ini, malam-malam menjadi kelam bagiku. Aku masih terpaku pada ingatan bersama seseorang, bukan lagi Alisya, melainkan seseorang yang membuatku merasakan hal serupa. Namun kali ini, sayangnya, semuanya berujung pada traumaku yang terpendam, meledak dalam emosi tak terkendali.
Dua minggu lalu, aku akhirnya memutuskan untuk mengunjungi seorang psikoterapis. Itu adalah langkah yang tak pernah kuperhitungkan sebelumnya. Fara, sahabatku, mendukungku dan menyarankan untuk mencari bantuan profesional.
Aku mengambil cuti dari rutinitasku untuk menjumpai tenaga ahli ini. Sebuah langkah yang kurasakan benar. Duduk di hadapannya, takdirku kini berada di tangannya.
"Bagaimana kamu merasa?" tanyanya dengan lembut.
"Aku bingung, tak tahu harus mulai dari mana," jawabku dengan perasaan campur aduk.
"Baiklah, mari kita mulai dengan mengisi pertanyaan-pertanyaan ini, dan tuliskan juga apa yang membuatmu merasa buruk dan baik," ucapnya sambil memberikan beberapa kertas dan pena.
Aku memenuhi setiap pertanyaannya dengan hati-hati, menjelaskan segala yang aku rasakan dan pikirkan. Aku merinci apa yang membuatku terpuruk dan juga apa yang masih mampu membuatku merasa baik.
Ditanyakan tentang keluargaku, aku bercerita panjang lebar. Aku membuka lapisan-lapisan kisahku, tentang bagaimana aku sampai pada titik ini. Sesak di dada terasa lebih ringan saat aku menceritakan kepada seseorang yang bisa kumiliki sebagai pendengar tanpa prasangka.
Tapi di balik semua itu, aku masih menemui bayang-bayang luka yang masih mengejar. Apakah aku akan menemukan jawaban? Apakah pertaruhan yang akan kulakukan bernilai? Dan bagaimana cara aku melangkah maju? Aku tahu ini adalah perjalanan yang takkan mudah, tapi aku bersiap untuk menghadapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan
Teen Fiction"Pertaruhan" adalah kisah yang melibatkan Theo, sebuah kelanjutan dari kisah sebelumnya. Kisah ini menggambarkan perjalanan hidup Theo setelah berpisah dari Alisya, namun tidak lagi berkutat pada hubungan mereka. Pertaruhan dalam hidup Theo menjadi...