Episode 8 Ujian Sidang dan Kejutan Harapan

13 0 0
                                    

Hari yang dinanti telah tiba. Mengetahui bahwa ujian sidang menanti, aku merasa perlu bangun lebih awal dari biasanya. Kejutannya ada di depan mata, dan aku siap menyongsongnya dengan semangat. Setelah mengucapkan doa pagi, aku melanjutkan rutinitas. Mandi, beribadah, dan makan, semuanya diatur dengan hati-hati.

Dalam aliran rutinitas pagi, aku mengambil roti dengan selai cokelat sebagai sarapan. Sederhana, namun memadai untuk memberi energi.

Pagi itu, aku berjalan menuju kampus dengan hati yang penuh harap. Jam menunjukkan pukul 7 pagi, tepat waktu untuk sidang yang dijadwalkan pukul 8 pagi.

Tiba di kampus, handphoneku berdering. Pesan dari Ayu, teman dan dukungan sejati dalam hari ini.

"Kamu sudah dikampus?" Tanya Ayu.

"Sudah, lagi siap-siap nih," jawabku.

"Mana, coba pap," kata Ayu.

Tanpa ragu, aku mengambil selfie didepan tugu Fakultas Teknik dan mengirimkan fotonya kepada Ayu.

"Uhmmm gantengnya, ayangku," kata Ayu dengan nada bermain-main.

"Udah, nanti kamu mulai ngefans sama diriku nih," jawabku dengan candaan, meski hatiku terasa hangat.

Aku memasuki ruangan sidang dengan perasaan campur aduk. Dosen penguji membuka sesi dengan kata-kata yang memberikan semangat dan tantangan. Selama dua jam, kami saling bertukar argumen dan pertanyaan. Penuh dengan antusiasme dan keingintahuan, aku menjawab pertanyaan dengan tekun.

Tiba saat penentuan. Hasil sidang diumumkan, dan kabar baik datang padaku. Aku lulus dengan revisi. Senyum bahagia merekah di wajahku, dan aku keluar dari ruangan dengan perasaan bangga.

Di luar ruangan, teman-temanku sudah menunggu dengan senyuman dan tepukan di pundakku. Setelah sesi foto bersama, aku memutuskan untuk pulang.

Tapi handphoneku berdering lagi. Kali ini, pesan dari Ayu, yang memberitahu bahwa dia sedang menuju kesana.

"Aku segera kesana," katanya.

"Apa? Sejak kapan dia kesini?" pikirku dalam hati, diiringi dengan kebahagiaan yang tak terduga.

Setelah sekitar 30 menit menunggu, Ayu tiba membawa sebuah kotak.

"Ini untukmu, selamat ya sayang," ucap Ayu sambil memberikan kotak itu.

"T-terima kasih," balasku, masih tercengang oleh kedatangannya.

"Sejak kapan kamu kesini?" tanyaku ingin tahu.

"Barusan sampai sih," jawabnya.

"Buat apa datang?" tanyaku, penasaran.

"Untuk memberikan dukungan dan kejutan," jawabnya sambil tersenyum.

"Setelah ini mau kemana?" tanyaku lagi.

"Tidak tahu, keretaku malam ini, mungkin menunggu di stasiun," jawab Ayu dengan nada santai.

"Capek?" tanyaku khawatir.

"Lumayan, tapi tidak apa-apa," jawabnya.

Tanpa ragu, aku menyodorkan air minum yang kutenteng.

"Ah, kamu memang peka, terima kasih," katanya sambil tersenyum manis.

Kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kota, menikmati waktu bersama. Ketika Ayu bercerita tentang perjalanannya, aku merasa lebih dekat dengannya.

"Ini, minum dulu," kataku sambil memberikannya air minum.

"Terimakasih," jawabnya dengan senyuman lembut.

Kami berkeliling dan makan di sekitar Malioboro.

"Keretamu jam berapa?" tanyaku ingin tahu.

"Jam 9 malam," jawab Ayu.

"Mau main ke rumah hantu?" tanyaku spontan.

"Enggak deh, aku capek. Kita coba eksplorasi Malioboro aja," jawab Ayu.

Sesederhana itu, kami menghabiskan waktu bersama, menjelajahi Malioboro dan berbagi cerita. Ini adalah kali pertama kami menghabiskan waktu secara pribadi, dan rasanya begitu istimewa.

PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang