Episode 18 Antara Persiapan Pernikahan dan Kehadiran Ayu

6 0 0
                                    

Setelah beberapa hari di Jakarta, aku mulai pulih dari demam yang sempat menghampiriku. Namun, kini keluargaku sibuk dengan persiapan pernikahan sepupuku, Syahrul. Rumah kami menjadi sibuk dengan persiapan dekorasi, undangan, dan segala hal yang terkait dengan pernikahan.

Seiring dengan sibuknya persiapan pernikahan, kadang aku merasa kehilangan kontak dengan Ayu. Waktu yang dulunya aku luangkan untuk chatting dan berbicara dengannya, kini terasa sangat terbatas. Aku tahu Ayu merasa kesal, dan tak jarang dia mengomel saat aku akhirnya menghubunginya.

"Kamu sudah berubah, Theo! Jarang sekali mendengar kabarmu," kata Ayu dengan nada yang terdengar kesal dalam telepon.

"Aku minta maaf, Ayu. Persiapan pernikahan ini membuatku sangat sibuk," jawabku mencoba menjelaskan.

"Persiapan pernikahan lebih penting daripada aku, ya?" Ayu berkata dengan nada sinis.

Tak jarang dia mengomel marah-marah padaku dan menyampaikan betapa dia merasa diabaikan. Aku berusaha menjelaskan bahwa pernikahan bukanlah pilihanku, dan aku masih sangat peduli padanya, tetapi kadang-kadang kata-kata itu sulit diterima olehnya.

Di tengah-tengah sibuknya persiapan, aku merasa terbagi antara kebahagiaan untuk Syahrul dan perasaan bersalah karena tidak memiliki cukup waktu untuk Ayu. Kadang aku merasa seperti tawanan waktu yang tak bisa memenuhi janji-janji yang kuminta.

Namun, saat aku mendapat kesempatan, aku selalu mengabari Ayu. Kadang hanya pesan singkat, kadang aku mencoba mengobrol lebih lama saat waktu senggangku ada. Aku mencoba menjaga hubungan kami tetap hidup.

Suatu hari, ketika aku tengah mengobrol dengan Ayu, aku mendengar suara tawa di balik telepon. Ayu berhenti sejenak, lalu berkata, "Maaf, Theo. Aku marah-marah padamu karena merasa diabaikan, tapi sebenarnya aku tahu kamu juga sibuk. Maafkan aku."

Tawaku pun ikut terdengar, "Tidak apa-apa, Ayu. Aku tahu kamu khawatir. Dan aku sangat menghargai itu."

Hubungan kami kembali membaik, dan Ayu mengerti bahwa walaupun aku sibuk dengan persiapan pernikahan, dia tetap berada di hatiku. Kami berbicara tentang pernikahan Syahrul dan tentang perasaan kami masing-masing.

Di hari pernikahan Syahrul, aku merasa bangga dan bahagia untuknya. Saat aku melihat persiapan yang telah kami lakukan berbuah manis dalam pernikahan ini, aku juga merasa lega. Namun, aku tahu bahwa tak lama lagi, aku akan kembali ke Jogja dan bisa lebih fokus pada Ayu.

PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang