Episode 5 Pertaruhan Hati

21 0 0
                                    

Beberapa minggu telah berlalu sejak aku mulai merasa nyaman bersama Ayu.

"Halo, ada sesuatu yang ingin kukatakan," kataku melalui telepon.

"Ya, Theo? Ada apa?" tanya Ayu.

"Aku merasa suka padamu," akui ku dengan hati-hati.

"Kamu serius, Theo?" suaranya serius, tak seperti sebelumnya.

"Iya, aku sangat serius. Aku merasa nyaman saat bersamamu, hari-hariku terasa lebih berarti, dan hatiku tenang ketika kita berdua bersama," kataku jujur.

Tapi tiba-tiba Ayu memberikan pengakuan yang membuat hatiku berdesir.

"Tapi, ada hal yang perlu kamu tahu," katanya dengan ragu.

"Apa itu, Ayu?" tanyaku.

"Sebenarnya, aku sudah memiliki seseorang dalam hidupku. Meskipun hubungan kami belakangan tidak baik dan sebenarnya kami hanya suka-suka saja," kata Ayu dengan perasaan terbuka.

"Lalu?" tanyaku penasaran.

"Yang ingin kusampaikan, adalah aku ingin memberikan waktu padamu. Aku ingin fokus pada studiku, tolong berikan aku waktu setahun untuk memikirkan semuanya," katanya dengan penuh pertimbangan.

Aku merasa bingung. Aku menyukai Ayu, namun dia sudah memiliki seseorang dalam hidupnya. Tapi apa yang dia katakan, bahwa hubungan mereka tidak begitu serius. Aku setuju untuk memberikan waktunya setahun.

Malam itu, rasanya agak aneh. Aku menyukai seseorang yang memiliki hubungan yang rumit. Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka?

Aku memutuskan untuk fokus pada skripsiku. Aku duduk dengan laptop di meja dan melanjutkan revisi yang tinggal satu bab lagi.

"Tinggal satu bab lagi, aku harus menyelesaikannya," gumamku.

Tiga jam berlalu, pukul 22.00 sudah. Perutku keroncongan. Aku memutuskan untuk mencari makanan sekitar apartemen.

Aku pergi ke penjual nasi goreng favoritku.

"Mas, baru mampir ya? Apa kabar hari ini?" sapa sang penjual.

"Hari ini sibuk revisi skripsi," jawabku.

"Kalau begitu, pesan nasi goreng seperti biasa?" tanya sang penjual.

"Iya, Nasi Goreng Spesial," jawabku.

Aku menunggu sekitar 10 menit hingga pesanan nasi gorengku siap. Aku membawanya kembali ke apartemen dan mulai makan.

Malam itu, aku merenung. Pilihan yang kuminta dari Ayu membuatku merasa ragu. Apa yang kupertaruhkan kali ini? Tapi perasaanku berkata, hidup harus dipertaruhkan, bukankah begitu?

Aku membuka laptopku lagi dan menulis di catatan harianku:

"Pertaruhan Hati: Tidak hanya menaruh hatiku pada Ayu, tapi juga mengambil risiko untuk memahami arti pilihan yang kini kumiliki. Hidup adalah pertaruhan, dan aku siap mengambil risiko ini."

PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang