Episode 9 Jejak Jealousy

13 0 0
                                    

Setelah menjalani hari yang padat, dari aktivitas sidang hingga berjalan bersama Ayu, akhirnya aku kembali ke kos untuk beristirahat. Namun, pikiranku masih terus menggeluti satu pertanyaan: siapakah laki-laki yang bersama Ayu? Rasa ingin tahu itu tak bisa aku abaikan.

Duduk di pinggir ranjang kos, aku membuka aplikasi getContact dan berusaha untuk mengidentifikasi nama laki-laki tersebut. Nametag pada pesan yang aku lihat bertuliskan "Ayu (Bojone Ucok)" dan nama Ucok terpampang di sana. Nama itu seakan melekat pada benakku, dan aku mulai mencarinya di mesin pencari duckduckgo. Setelah beberapa pencarian, aku akhirnya menemukan username Instagramnya: "@Ucok68".

Aku mengunjungi profilnya, mengamati setiap cerita dan postingan yang dia bagikan. Ternyata, Ucok adalah laki-laki yang ada di dalam cerita Ayu. Hatiku terasa berdegup lebih cepat saat melihat foto-foto mereka bersama, tersenyum, dan terlihat akrab. Tiba-tiba, cemburu merayap di dalam diriku.

"Ah, seharusnya aku tidak melanjutkannya," gumamku kepada diriku sendiri.

Rasa cemburu dan kebingungan merayap dalam pikiranku. Aku merasa bingung dengan perasaan yang muncul begitu saja. Kenapa aku merasa seperti ini lagi? Aku seharusnya sudah melupakan rasa ini setelah berpisah dengan Alisya.

"Diam, aku harus tetap tenang," aku mencoba memberi semangat pada diriku sendiri.

Namun, suasana hatiku semakin kacau. Emosi-emosi bercampur baur di dalam kepala dan hatiku. Aku merasakan perubahan suasana emosi yang drastis, seolah gelombang emosi menghantam dalam-dalam.

Tak lama kemudian, ponselku berdering. Ayu mengirim pesan.

"Aku sudah sampai di rumah, terima kasih atas hari ini. Aku bahagia bisa bertemu denganmu dan selamat atas gelarmu," bunyi pesannya.

"Terimakasih juga atas kehadiranmu," balasku mencoba tersenyum dalam pesan.

Setelah itu, obrolan kami menjadi sunyi. Aku merasa Ayu mungkin kelelahan dan memilih untuk beristirahat. Aku juga merasa seperti berada dalam labirin emosi yang rumit. Aku ingin mempertahankan suasana positif yang terjalin di antara kami, tapi rasa cemburu dan kekacauan dalam pikiranku begitu kuat.

"Aku harus mengendalikan diriku," gumamku dengan tekad.

Mungkin memang saat ini yang terbaik adalah menjaga jarak dan meredakan emosi yang tengah membara. Aku berbaring di ranjang, memejamkan mata, dan mencoba untuk merenungkan keadaan ini. Aku merasa seperti berada dalam pertarungan internal yang melelahkan, namun aku harus menemukan cara untuk melewati ini.

Takdir hidupku telah membawaku pada situasi ini, dan aku harus mencari jalan keluar yang tepat.

PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang