Hujan dan Matahari

96 16 23
                                    

Perayaan ulang tahun pernikahan bagi pasangan terkaya di India telah dimulai. Keluarga Adani sebagai tuan rumah acara dan tamu mereka akan berlayar selama seminggu dengan kapal pesiar menuju Kepulauan Bahama. Para tamu yang datang berasal dari berbagai kalangan karena Adani Senior memiliki banyak koneksi. Orang-orang dari industri kain, industri film, industri teknologi, dan angkatan bersenjata semua ada di sana untuk merayakan hari penting keluarga itu. Samar bukan satu-satunya tentara yang akan hadir di pesta itu. Banyak jenderal juga akan hadir. Hmm, sepertinya ia harus lebih berhati-hati dalam menjaga hubungannya dengan Ruhani.

Darshan berjalan menuju ruang makan untuk makan siang. Ia memutuskan untuk tidak menunggu Samar karena ia yakin lelaki buaya darat itu pasti sedang berada di antara kaki Ruhani sekarang. Ia tahu ia akan sendirian selama perjalanan yang sebenarnya menyenangkan ini. Perjalanan yang seharusnya ia nikmati bersama seseorang yang ia cintai. Istrinya tidak dapat bergabung dengannya karena wanita itu lebih memilih pekerjaan kantornya daripada menghabiskan waktu bersamanya. Darshan tidak merasa keberatan dengan itu. Lagi pula, akan ada banyak gadis cantik di sekitar meja rolet, bukan?

Ia menatap ke sekeliling ruangan dengan piring makan siang di tangannya. Di mana ia harus duduk? Ia benci sendirian. Ia membutuhkan seseorang untuk menemaninya dan mendengarkan ceritanya. Ketika pikiran itu berkeliaran di dalam kepalanya, matanya menangkap sosok seorang wanita yang duduk sendirian di sudut. Senyumnya semakin lebar saat ia melangkah ke arahnya. Wanita itu melihat ke arahnya dan balas tersenyum padanya.

“Nah, kita bertemu lagi,” Mahika menatap Darshan yang berdiri di dekat meja.

“Dan itu bukan kebetulan. Boleh aku duduk di sini?”Ia menunjuk ke kursi di seberangnya. Mahika hanya mengangguk lalu membiarkannya duduk berhadapan dengannya.

“Sepertinya takdir sedang ingin menyatukan kita lagi.”

Darshan hanya bisa tersenyum mendengarnya. Ia memilih menyibukkan diri dengan makan siangnya karena tak ingin ketahuan menatap Mahika seperti kemarin. Senyum nakal Mahika bisa membuatnya mati. Tidak ada yang tahu kapan suaminya akan datang dan memberikan pukulan keras di wajahnya. Oh, berbicara tentang suaminya, ia belum pernah melihatnya sejak mereka datang.

“Boleh aku bertanya?” Mahika mengangguk.

“Mengapa kau duduk sendirian? Di mana suamimu?” Tanyanya sambil mengunyah makanannya. Ia bisa merasakan Mahika menatapnya tapi ia tidak punya nyali untuk menatap matanya. Jeda panjang setelahnya membuatnya merasa semakin gelisah.

“Apakah itu penting?”

Darshan meletakkan alat makannya. Seringai di wajah Mahika sangat tidak biasa. Ia dulunya adalah gadis pemalu yang akan tersipu setiap kali ia menggodanya. Darshan menyukai semburat merah di pipinya sementara wanita itu memalingkan muka dengan malu-malu. Wanita yang duduk di depannya sekarang adalah wanita yang sama dengan gadis pemalu itu, tetapi mengapa ia terlihat sangat berbeda?

“Mengapa kau tidak bisa menghabiskan waktu bersamaku tanpa mengkhawatirkan suamiku atau istrimu?” Mahika meletakkan tangannya di atas meja, tepat di samping tangan Darshan.

“Kita sudah di sini, Dash. Kehidupan yang kita jalani ada di sini.” Lanjutnya.

“Omong kosong. Mengapa kau mengatakan itu? Dengar, aku tidak ingin membuat masalah sekarang. Jika kau— Mahi!”

Mahika menatap lurus ke dalam matanya. Wanita itu menikmati pemandangan wajah Darshan yang memerah karena apa yang dia lakukan padanya. Di bawah sana, di bawah meja, ujung sepatu heels-nya membelai kaki pria itu dari luar celananya. Lembut namun menggoda. Darshan menatapnya dengan mata lebar tetapi ia terus melakukannya.

“Mahi, ayolah, kita sedang di depan umum!” Suara tertahan Darshan tidak bisa menghentikan Mahika. Ia membelai sedikit lebih tinggi sekarang, hampir mencapai paha bagian dalamnya. Darshan melihat sekeliling untuk memastikan orang-orang tidak memperhatikan mereka. Nafasnya menjadi terengah-engah. Ia merasakan rasa ini lagi setelah lima belas tahun dan tubuhnya tidak bisa menahannya. Terjadi sesuatu di dalam dirinya yang tidak bisa ia kendalikan lagi. Mahika berhasil membangkitkan sisi dirinya yang dulu. Serigala liar yang kelaparan.

“Kau benar. Kita sedang di depan umum.” Mahika menarik kakinya kembali dan tersenyum.

“Darshan, Si Munafik. Kau tidak punya hak untuk menolakku atau mengusirku. Pada akhirnya kau akan menyadari bahwa kau masih membutuhkanku.”Ia bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan makan siangnya yang belum selesai. Tangannya mengusap pipi Darshan sebelum meninggalkan pria itu sendirian.

Darshan menyeka wajahnya yang frustrasi dan mengutuk dirinya sendiri karena menjadi manusia paling payah di hadapan seorang Mahika Dhawan.

**

Bulan akhirnya datang setelah seharian bersembunyi di balik awan. Semua orang telah bersiap untuk memulai latihan untuk pesta ulang tahun pernikahan akbar besok malam. Aula itu penuh dengan orang-orang yang berjalan kesana-kemari dengan urusan mereka. Mahika dan Ruhani adalah bagian istimewa dari pesta tersebut. Goyangan pinggul Mahika yang mempesona dan suara memabukkan Ruhani akan menjadi bintang pesta. Semua orang senang melihat mereka tampil. Semuanya memiliki senyum di wajah mereka, tetapi tidak dengan para bintang utama.

“Aku bertanya-tanya mengapa matahari terbenam dengan cepat akhir-akhir ini.” Kata Mahika saat matanya tertuju ke atas panggung. Ia sudah bisa melihat dirinya menari di atasnya dan mencuri perhatian semua orang. Ia percaya semua tepuk tangan hanya akan menjadi miliknya.

Ruhani yang duduk tepat di sampingnya tak melepaskan pandangan dari ponselnya. Berbeda dengan Mahika, ia tidak mengharapkan apapun untuk penampilannya. Ia membiarkan takdir mengurusnya dan membiarkannya mengalir seperti penampilannya yang lain. “Mungkin karena hujan sangat bersemangat untuk merusak hari?”

Mahika mencibir. “Semua orang menyukai hujan. Tidak semua orang suka berjemur.”

“Hujan tidak selalu tentang kenangan indah. Sama seperti matahari yang tidak selalu tentang berjemur.”

Kedua aktris itu saling memandang dengan sengit. Persaingan mereka telah menjadi buah bibir di seluruh negeri. Mereka hebat di bidangnya masing-masing, tetapi orang mulai membandingkan mereka setelah sebuah acara penghargaan di tahun 2013. Mahika adalah satu-satunya pemenang terbanyak kategori Aktris Terbaik, sampai Ruhani mendapatkan piala aktris terbaik kelimanya pada tahun 2013 dan bergabung dengannya di dalam daftar. Mereka berhenti bicara satu sama lain setelah itu. Media selalu memanas-manasi persaingan mereka dan malah membuatnya semakin buruk.

“Mengapa kau setuju untuk hadir dan tampil di pesta ini? Kau tahu aku akan berada di sini.” Tanya Ruhani pada Mahika tanpa memandangnya.

“Aku tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membuat acara televisi dan membuktikan diri bahwa aku lebih baik daripada orang lain.”

“Membuktikan diri,” Ruhani tertawa sinis. Ia tahu Mahika sedang menyindir kontes menyanyinya.

“Kau membuat semua orang mendukungmu. Keluargamu akan mendukung film-mu untuk meningkatkan kariermu. Belum lagi Tuan Dhawan dan Darshan, dua produser besar industri ini. Sementara aku tidak punya apapun dan siapapun.”

“Orang-orang melihatku mendaki gunung dengan tangga. Tapi mereka melihatku dari bawah. Aku memanjatnya dengan meniti bebatuan. Tidak ada yang peduli dengan kebenarannya karena mereka hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar.”

Seorang wanita muda dengan kartu identitas PIC mendatangi mereka dan meminta Mahika untuk melakukan latihan terlebih dahulu. Timnya menyiapkan panggung sementara Mahika menghabiskan waktu sebentar dengan Ruhani.

“Besok malam, aku tidak akan membiarkan orang-orang hidup dalam kebohongan lagi. Mereka akan melihatku sebagai Mahika sang bintang, tanpa Dhawan atau Singhania di dalamnya.”

Ruhani menatap Mahika yang berjalan menjauh darinya. Ia melihat sedikit memar di punggungnya melalui gaunnya yang terbuka. Senyum jahat terbentuk di bibirnya yang tebal. Ia akhirnya mendapatkan kartu as sang ratu.

~ BERSAMBUNG ~

Judaiyaan [DITANGGUHKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang