Penyelamat

57 15 32
                                    

Ingat Virat? Suami Ruhani? Hidupnya kini menjadi terbalik seratus delapan puluh derajat setelah kapal pesiar yang ditumpangi istrinya dinyatakan hilang di laut lepas. Tim penyelamat masih belum bisa menemukan petunjuk apapun tentang kecelakaan itu. Tidak ada tanda-tanda, tidak ada pecahan badan kapal, tidak ada mayat-mayat, atau apapun. Kunjungan terakhirnya ke situs pencarian tidak membuahkan hasil. Dia bertemu putra Darshan Advani di sana yang ayahnya juga ada di daftar penumpang. Dia pun sama, tidak memberinya petunjuk yang berguna.

Ia memutuskan untuk istirahat dari pekerjaannya. Ia menelantarkan syuting-syutingnya. Produksi semua filmnya terpaksa ditunda. Banyak orang telah kehilangan uang dari penundaan itu yang membuatnya menjadi sasaran utama kemarahan orang-orang. Ia adalah seorang aktor, tapi sepuluh kali lebih kecil dari Ruhani. Pernikahan mereka terjadi karena orang tuanya mengaturnya untuk mendongkrak kariernya. Dia mulai mendapat pengakuan setelah resmi menjadi suami seorang Ruhani Oberoi.

Setelah menidurkan Vihaan, ia menghabiskan sisa malam di gazebo pribadinya di halaman belakang. Sebotol minuman keras dan sebungkus rokok telah tersaji di atas meja. Ia memiliki versi lain dari dirinya setelah pukul 9 malam. Versi yang rusak. Setiap kali dia mengepulkan asap rokoknya, Ruhani muncul di benaknya hanya untuk menghancurkannya lebih parah.

“Masih belum berhenti melakukan itu?” Ayahnya datang kemudian mengambil tempat duduk di sampingnya. Virat santai saja. Ia tidak pernah mencoba menyembunyikan kecanduan barunya ini dari siapapun. Ia sibuk merokok sementara ayahnya memberinya ceramah panjang lebar tentang hidup ini dan hidup itu.

“Vihaan baru berusia tujuh tahun. Dia tidak bisa kehilangan kedua orang tuanya pada usia sekecil ini.” Orang tua itu menambahkan.

Virat menyeringai sinis dan meneguk minuman kerasnya sebelum menatap sang ayah. “Aku tidak berencana mati dalam waktu dekat. Masih banyak gadis cantik untuk dinikmati.”

“Tapi kau malah di sini dan menangisi Ruhani.”

Virat tidak menanggapi. Ia hanya menyeka matanya yang basah lalu menatap kolam renang di hadapannya. Ia tidak menangis karena Ruhani meninggalkannya. Ia menangis karena Ruhani memilih untuk meninggalkannya dan lari dengan pria lain.

Ya. Ia tahu semua tentang Ruhani dan Samar. Ia sudah mengetahui tentang perselingkuhan mereka sejak tiga tahun yang lalu. Tapi ia tidak bisa menceraikannya karena memikirkan Vihaan yang saat itu baru berusia empat tahun. Ia tidak pernah berhasil mengendalikan istrinya sendiri. Wanita itu selalu bertindak atas kemauannya sendiri.

“Dia kabur dengan pria itu, Papa. Aku melihat namanya di daftar penumpang.” Virat menggeram kesal. “Bajingan itu membawa pergi istriku. Sekarang mereka mati dalam pelukan masing-masing. Wow, kisah cinta yang luar biasa. Romeo dan Juliet!”

“Aku tahu. Aku melihat berita tadi pagi. Angkatan Darat akan melakukan upacara pemakaman untuknya besok. Secara militer. Ia juga akan naik pangkat menjadi Letnan Kolonel Anumerta. Dia meninggal sebagai pahlawan.”

Virat tertawa sinis dan tidak mengatakan apa-apa. Di matanya, Samar hanyalah setan yang dikirim dari neraka untuk menghancurkan pernikahannya. Ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya secara pribadi dan membicarakan masalah ini. Ia bersedia menyelesaikannya dengan Samar karena ia tahu Ruhani tidak akan bekerja sama untuk itu. Waktu telah membuat keadaan menjadi lebih runyam dengan membiarkannya berlarut-larut. Sekarang, hanya ada dendam di hatinya.

Ayahnya memilih untuk meninggalkannya sendirian, membiarkannya tenggelam dalam dunianya yang melankolis. Hanya beberapa langkah dari gazebo, Virat memanggilnya lagi.

“Tolong minta Ibu untuk memanggil Pandit kemari besok pagi. Kita akan mengadakan upacara berkabung untuk Ruhani.”

**

Judaiyaan [DITANGGUHKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang