Surat

60 14 36
                                    

Tolong vote-nya, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya🙏🏻

**

Samaira berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan hati yang gelisah. Matanya mencari-cari di setiap pintu, mencoba menemukan kakeknya yang dirawat di ICU. Ia sedang berada di rumah ketika ia menerima telepon dari markas tentara mengenai kakeknya yang jatuh pingsan setelah rapat akbar itu. Ia memberi tahu Birju terlebih dahulu karena dia adalah satu-satunya teman yang dia miliki sekarang. Ridant tidak memberitahunya bahwa ia akan pergi ke London. Samaira malah mengetahuinya melalui sebuah akun paparazzi di instagram yang menangkap potret Ridant dan ibunya yang sedang berada di bandara London. Samaira mencoba menghubunginya beberapa kali tapi rupanya pemuda itu telah mengganti nomornya. Ridant memblokir semua akses yang dimilikinya terhadapnya. Instagram, Twitter, Facebook, WhatsApp, semuanya. Hal yang sama juga terjadi pada Birju. Mereka tidak dapat menghubungi Ridant melalui cara apa pun. Tidak lagi. Persahabatan mereka berakhir begitu saja, tanpa alasan dan ucapan selamat tinggal.

Samaira akhirnya menemukan kakeknya. Pria baya itu sudah siuman ketika dia masuk ke ruangan. Ia melemparkan sebuah senyuman yang lemah, membuat Samaira menangis dan segera berlari untuk memeluknya. Rajpal adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Setelah kematian ibu dan neneknya, dan kemudian menghilangnya sang ayah, Rajpal mengambil tanggung jawab atas dirinya dan merawatnya seperti anaknya sendiri. Bahkan, mereka saling menjaga satu sama lain. Samaira tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kakeknya. Begitu pula sebaliknya.

Dada, sudah kubilang, 'kan? Jangan terlalu keras dalam bekerja,” ucap Samaira sambil masih terisak. Rajpal hanya bisa mengelus punggungnya, mencoba menenangkannya.

“Tidak. Ini hanya hari sialku saja. Maaf telah membuatmu khawatir.”

Mereka melepaskan pelukan rindu itu setelah beberapa saat. Rajpal dapat melihat ketakutan dan kekhawatiran melalui mata cucunya. Ia tahu betapa takutnya gadis ini jika harus kehilangan anggota keluarganya lagi setelah semua yang mereka alami. Ia hanya perlu tetap hidup untuk membuat gadis cantik ini tersenyum.

“Aku kira aku akan kehilanganmu,” Samaira menyeka air matanya perlahan. Rajpal hanya tersenyum.

“Setiap prajurit telah terikat dengan kematian dalam sumpahnya. Semuanya hanya tentang masalah waktu dan alasan. Hal yang harus kita lakukan adalah menghargai setiap detik yang kita habiskan.”

Rajpal membutuhkan waktu beberapa saat untuk meyakinkan cucunya bahwa dia baik-baik saja. Ia hanya sangat terkejut melihat misi Paman Gurdeep-nya Samar tiba-tiba berubah arah. Sebelum Samaira sampai di sana, Jenderal Trivedi mengunjunginya terlebih dahulu dan memberikan sepucuk surat. Ia memberitahunya bahwa misi Samar dinyatakan berhasil. Surat tersebut berisi informasi intelijen berisiko tinggi yang dapat menjadi bukti skandal militer yang selama ini mereka mata-matai. Ia juga berpesan bahwa Samaira harus menjadi orang pertama yang membaca surat itu. Rajpal menyimpannya di laci dekat ranjangnya dan memintanya untuk mengambilnya.

Samaira melakukan apa yang diperintahkan. Surat itu dibungkus dengan sebuah amplop kusam dengan tulisan tangan yang hampir tidak terlihat. Di sana tertulis, 'Jangan dibuka sebelum tanggal 28 Maret 2023 pukul 11:10 pagi.' Ia menduga surat itu ditulis dengan pensil dan seseorang berusaha merusaknya. Ada bekas sobekan kecil di tepi amplop dengan sisa-sisa tanah kering menempel di permukaannya. Dia menatap kakeknya lagi dengan bingung.

“Salam dari Jenderal Trivedi. Hanya untukmu,” ujar Rajpal sambil tersenyum melalui wajahnya yang pucat.

“Aku tidak mengerti. Apa maksud dari surat ini?” Samaira membolak-balik surat itu dengan hati-hati. Ia mencari setiap detail yang dapat menuntunnya pada sebuah kesimpulan yang jelas. Tapi tidak ada apa-apa di sana kecuali perintah itu.

Judaiyaan [DITANGGUHKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang