Aku ingin bersamanya. Hanya dia.
Mahika, wanita yang ku kagumi selama dua puluh tahun terakhir, telah menguasai hatiku tanpa ku sadari. Tawanya di lokasi syuting hari itu langsung menarik hatiku. Hubungan kami dimulai dengan sebuah jabat tangan canggung yang membuatku gelisah pada malam-malam setelahnya. Kami tidak pernah bermaksud untuk melangkah sejauh ini. Ciuman pertama kami terjadi secara tidak sengaja.
Tapi mengapa ketika aku ingin semua ini berakhir, dia malah menginginkan sebaliknya?
“Apa yang kau pikirkan, Sayang?”
Apa yang ku pikirkan? Kau. Mengapa aku jatuh untukmu dua kali? Kenapa kau menungguku? Kita bisa saja melupakan semua hal yang kita miliki saat itu. Tapi saat aku melihatmu lagi di hari pertama di kapal ini, hatiku bertindak sendiri. Aku tidak percaya aku menemukan kedamaianku di dalam dirimu. Kau memeluk jiwaku. Kau memberi ku cinta yang pantas untukku.
Aku harap aku bisa mengatakan itu padanya. Tapi aku tidak bisa. Aku hanya bisa mencium keningnya sebagai jawabanku.
“Kau terlihat sangat berbeda. Kenapa? Apakah jarak lima belas tahun itu mengubahmu?”
“Jangan merusak momen dengan obrolan seperti itu. Aku tidak suka.” ucapku.
Ia meraih wajahku lalu menciumku. Ia tahu apa yang ia lakukan dan ia tahu konsekuensinya. Dia jauh lebih tangguh dariku. Aku tidak akan pernah mempertaruhkan hidupku seperti dia.
“Aku tidak pernah memandang Piyush seperti aku memandangmu. Bagiku, bersamamu sudah cukup. Aku tidak butuh janjimu. Aku tidak perlu mendengar pengakuan kesetiaanmu. Kau memang yang memulai semua hal di antara kita, tetapi akulah yang akan mengakhirinya.”
Sial, Mahi. Jika saja aku begitu berani untuk memilih antara kau dan Mallika, aku tidak perlu mengorbankan dirimu seperti saat ini.
Ia menarik tubuhnya menjauh dariku setelah ponselnya bergetar beberapa kali. Ku biarkan dia menerima telepon sementara aku menyalakan rokok. Tapi panggilan itu hanya berlangsung beberapa detik. Ia memainkan jari-jarinya di atas layar yang menyebabkan ekspresi wajahnya berubah seketika.
“Dasar jalang.”
Ia segera bangkit dari atas ranjang lalu berpakaian dengan tergesa-gesa. Aku tidak mengerti. “Ada apa?”
“Pelacur Mayor Samar Chauhan itu tidak bisa meninggalkan hidupku dengan damai bahkan untuk sedetik pun. Murahan, tidak tahu malu.”
Pelacur Samar? Ruhani? Jawabannya terpampang jelas di ponsel Mahika. Aku melongokkan kepalaku untuk melihatnya. Oh, itu adalah utas Twitter dengan— Apa?
Itu adalah sebuah utas Twitter dengan segudang foto kami di kapal ini. Sebagian besar adalah potret yang memalukan. Utas itu dibagikan dua jam yang lalu oleh sebuah akun tanpa gambar profil dan nama samaran. Ribuan orang telah membagikannya melalui retweet dan likes. Aku yakin portal-portal gosip pasti telah memasang nama kami sebagai berita utama.
“Mahi, tunggu!” Ia tidak mendengarkanku dan berjalan begitu saja melewati pintu, meninggalkanku sendirian. Aku segera berpakaian dan mengikutinya. Sesuatu yang besar akan terjadi.
**
“Mahika, mari kita selesaikan ini secara damai.”
“Dia merusak reputasiku dan sekarang kau memintaku untuk menyelesaikan ini dengan damai? Tidak akan.”
Darshan mengusap dahinya dengan gusar. Ia sudah berusaha ratusan kali untuk mencegah Mahika agar tidak mengubah dirinya menjadi singa betina. Mahika tidak pernah kehilangan kendali jika itu hanyalah tuduhan palsu. Tapi yang satu ini memberikan bukti yang mereka sendiri heran bagaimana itu bisa bocor ke publik. Wanita itu hanya mencurigai satu orang ini sebagai tersangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Judaiyaan [DITANGGUHKAN]
Science FictionHati-hati dengan apa yang kau inginkan. Bisa saja kau memang menginginkan itu, tapi tunggulah sampai kau dipisahkan dari duniamu sendiri. Empat orang dewasa, dua pasangan, berlatar belakang sama dengan konflik berbeda, dipisahkan dari dunia mereka d...