Vikramaditya

50 9 17
                                    

Samar, Ruhani, Darshan, dan Mahika dibawa kembali ke rumah mereka di kaki gunung setelah eksekusi yang dilakukan semena-mena. Pria tua yang menolong mereka tadi memerintahkan para tentara untuk membantu mengembalikan mereka. Secara mengejutkan, mereka mematuhi perintah itu tanpa mempertanyakannya. Komandan mereka bahkan meminta maaf kepadanya karena telah mengambil tindakan tanpa sepengetahuan orang tua itu.

Satu-satunya yang menyadari hal ini adalah Darshan. Ia mendengar semua percakapan mereka. Ia berasumsi bahwa orang tua itu memiliki pengaruh yang sangat besar di antara para prajurit. Dia harus bicara pada Samar tentang hal itu. Mereka harus mencari tahu siapa orang itu.

Geng kuartet itu ditempatkan di ruang tamu rumah mereka. Pria tua tadi lagi-lagi memberi perintah, kali ini kepada lima orang prajurit untuk berjaga di sekitar rumah. Sementara pemuda yang menemaninya segera pergi ke dapur untuk mengambilkan air. Darshan, dalam keadaan setengah sadar, menyadari bahwa laki-laki itu terlihat begitu akrab dengan rumah yang mereka tinggali. Dia tahu persis di mana letak barang-barang disimpan, bagaimana cara menggunakannya, seolah-olah dia sudah lama tinggal di rumah itu. Darshan kemudian melirik Samar. Tentara itu juga sedang tidak dalam kondisi yang baik. Ia memutuskan untuk membahas masalah ini nanti dengannya.

"Ini, minumlah," Pria tua itu menawarkan segelas air pada mereka yang diterimanya tanpa penolakan. Air itu membuat mereka merasa lebih baik. Kesadaran mereka berangsur-angsur kembali sementara mereka menghabiskan beberapa menit dalam keheningan. Samar, Ruhani, Darshan, dan Mahika hanya dapat menatap dua orang pria dengan jarak usia yang jauh di hadapan mereka. Rasa nyeri di leher mereka membuat mereka tidak dapat berbicara banyak.

Pria tua itu berdehem untuk menghilangkan rasa canggung di antara mereka. Ia mulai memperkenalkan dirinya. "Namaku Vikramaditya. Aku adalah komandan utama Pasukan Pembebasan India. Ini adalah Yudhisthira, ajudanku."

Samar mengerutkan keningnya saat nama sebuah gerakan disebut. Ia mengamati kakek tua itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia jelas tidak terlihat seperti seorang komandan. Tongkat di tangannya menunjukkan bahwa dia bahkan tidak mampu membawa dirinya sendiri untuk berjalan. Bagaimana mungkin orang ini bisa menjadi seorang komandan? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya sampai si Pemuda menyadarkannya dari lamunan.

"Kalian tidak bisa menggunakan nama asli di sini. Kalian harus memakai nama baru."

"Hah?" Darshan mencemooh. "Ada apa ini? Apa yang salah dengan nama kami? Dan bagaimana kau bisa tahu kalau nama-nama itu asli atau tidak?"

Yudhisthira tersenyum. "Terlalu berbahaya. Kami tahu kalian bukan berasal dari sekitar sini."

Ruhani dan Mahika saling menatap satu sama lain. Mereka sebenarnya memiliki pemikiran yang sama seperti Samar dan Darshan. Keduanya merasa bingung, hanya saja kali ini Mahika terlihat sedikit defensif. Apa itu Pasukan Pembebasan India? Mengapa India harus dibebaskan? Dibebaskan dari apa? Mahika bertanya-tanya dalam hati. Ia belum pernah mendengar nama gerakan pembebasan seperti itu di India. Sepertinya itu adalah hal yang baru, setidaknya baginya. Ia tidak tahu apakah Samar mengetahuinya atau tidak. Tatapannya mengikuti Ruhani untuk menatap Samar. Pria berjanggut itu hanya memegang kepalanya yang pusing sambil menggeleng, menandakan bahwa dia menolak untuk berbicara.

"Jadi, kami tidak bisa menggunakan nama kami karena masalah keamanan? Lalu, di mana kami sekarang?" Mahika akhirnya mengutarakan pikirannya.

"Kau salah. Pertanyaannya bukan di mana kau berada. Pertanyaannya adalah di waktu mana kau berada," Vikramaditya tersenyum padanya. "Hari ini adalah tanggal dua puluh delapan Maret, tahun dua ribu lima puluh tiga."

Darshan membentuk bibirnya menjadi sebuah huruf 'O' besar, Mahika membeku di kursinya, Ruhani menatap Samar, dan Samar merasakan rasa sakit di kepalanya menghilang secara tiba-tiba. Keempatnya terdiam dalam keheningan yang panjang sambil saling menatap satu sama lain. Dua ribu lima puluh tiga? Kedengarannya sangat gila. Hal terakhir yang mereka ingat adalah bahwa mereka baru saja merayakan tahun baru pada tahun 2023. Jadi, itu artinya ada rentang waktu tiga puluh tahun dari waktu asal mereka— ah, itu menjelaskan semua keanehan yang terjadi pada mereka. Lingkungan, warga sipil, cara mereka memperlakukan empat orang itu berbeda karena mereka sedang berada di waktu yang berbeda.

Judaiyaan [DITANGGUHKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang