XIII

530 42 0
                                    

Ka Nadia Calling..

"Ah akhirnya kamu angkat juga telfonnya"

"Iya kak, maaf tadi masih ada jam pelajaran soalnya, ada apa ya kak?"

"Oh jadi kamu disekolah sekarang?"

"Ya jelas kak, aku memang masih disekolah"

"Good, yasudah aku sekarang kesekolahan mu kita ketemu di rooftop yah, karna Fanya bisa ketemu hari ini"

Deg

Jantungku langsung berdebar, aku merasakan ketakutan sekarang padahal aku sudah meyakinkan diri untuk bisa ngadepin ini langsung untuk berbicara dengan ka Fanya.

"Halo Dar, kamu masih disitu?"

"Ah iya kak aku masih disini, oke aku tunggu kalo gitu"

"Oke aku otw sekarang kesana yah"

"Iya kak, hati-hati dijalannya"

Setelah kak Nadia menelfonku dan bilang otw kesini, aku buru-buru untuk menunggunya langsung di rooftop, sambil aku meremas jariku karna jujur saja aku merasakan ketakutan yang amat sangat kalau sampai kak Fanya marah besar.

Karna masih sangat teringat jelas penjelasan dari kak Nadia, kalo kak Fanya sudah sangat marah akan sangat menakutkan.

"Hey sorry nunggu lama yah?" Setelah aku menengok karna mendengar suara pintu terbuka dan kak Nadia melangkahkan kakinya ke arahku duduk

"Gak terlalu lama ko kak"

"Kamu udah siap kan Dar, buat jelasin semuanya ke Fanya? Karna aku gak akan rela kalo Fanya masih berhubungan dengan si cowok brengsek itu" ucap ka Nadia mengebu-gebu

"Sudah kak, dan semoga kak Fanya mau mendengarkan penjelasan Dara"

"Dia memang agak keras kepala dan emosinya gak stabil, tapi kamu tenang aja aku yang bakal bantu kamu untuk menjelaskan ke Fanya"

"Makasih banyak yah kak" ucapku sambil memegang tangannya

"Kaya sama siapa aja sih" ucap ka Nadia sambil memelukku

Tidak lama suara telfon dari tas kak Nadia berbunyi, dan ternyata yang menelfon adalah kak Fanya dia bilang sudah di bawah dan akan segera menuju ke rooftop.

Jujur saja aku semakin gelisah dan merasakan keringat dingin sudah membanjiri tanganku dengan detak jantung yang perpacu sangat cepat.

Dan kak Nadia menepuk pundakku, dia berjalan ke dekat pintu meninggalkan aku di kursi sambil tetap meremas rok sekolah yang kugunakan guna sedikit menetralkan detak jantung.

Setelah mendengar pintu terbuka aku melihat seseorang berdiri membelakangiku dan menghampiri ka Nadia.

Mereka terlibat obrolan sebentar sebelum arah pandang kak Fanya melihatku dengan kening berkerut mungkin karna dia bingung siapa aku dan kenapa bisa disini.

Selanjutnya mereka melangkah keposisi aku duduk aku hanya bisa menunduk tak berani melihat kak Fanya jujur saja auranya cukup membuatku terintimidasi padahal belum ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

"Nah sekarang, kenalan deh" itu suara ka Nadia

"Aku Dara kak" setelah ku beranikan diri menatap kedepan dan mengangkat tanganku untuk bersalaman dan sorot mata kak Fanya menatapku cukup membuat aku ketar-ketir

"Gue Tifanya" ucapnya dengan dingin sambil melihatku dari bawah ke atas

"Oke kita langsung aja, ketimbang kalian cuman liat-liatan kaya gitu" suara dari kak Nadia membuyarkan lamunanku dan juga melepaskan genggaman tangan kami berdua

"Hmm, jadi gini Fan kenapa gue bisa panggil lu kesini karna ada yang pengen gue bilang sama lu tentang.." buru-buru ucapan kak Nadia ku potong dengan aku menjelaskan semuanya



*****

Kak Nadia benar dengan respon yang di berikan oleh kak Fanya terhadapku sangat menakutkan ditambah dengan kata-kata dia yang membetak, aku sampai harus berlutut di depannya agar dia bisa memaafkan ku.

Karna hanya itu yang aku pikirkan agar aku bisa di maafkan setelah apa yang sudah aku perbuat walaupun memang bukan kesalahan sepenuhnya ada di aku karna memang Arga sendiri yang tidak mengakui kak Fanya sebagai pacarnya di depanku.

Setelah dia menanyakan aku tinggal dimana setelah di usir aku di buat terkejut dengan pernyataan dia yang menyuruhku untuk tinggal di apartnya, ditambah lagi dengan perdebatan mereka dan kak Nadia yang takut kak Fanya menyakitiku kalau aku tinggal bersamanya di apartnya.

"Emm kak, gak usah biar Dara tidur dirumah temen Dara aja" jawabku dengan gugup

"Dan lu mau biarin temen lu tau kalo lu hamil diluar nikah, karna gue yakin temen lu sampai sekarang gak ada yang tau lu hamil" ucapnya dengan sarkartis dan itu cukup membuatku langsung menciut

"Yaudah kak Dara mau" ucapku akhirnya setelah memikirkan apa yang di omongkan dengan kak Fanya benar lama-lamaan teman-temanku akan sadar kalau aku hamil.

"Good girl, yaudah sekarang kita ambil barang-barang lu gue anter ketempat temen lu" ucapnya sambil tersenyum miring dan segera berdiri.

Setelahnya kami diperjalanan hanya diam di temani dengan suara radio dengan lagu Tata Janeta dengan judul Penipu Hati itu cukup membuatku tersentak karna merasa bersalah apalagi sekarang aku malah tinggal ditempat kak Fanya.

Cukup beberapa lama akhirnya kita sampai dirumah Cindy, dan aku buru-buru masuk kedalam untuk membawa barang-barangku karna ka Fanya tidak mau menunggu lama.

Aku berpamitan kepada Cindy yang sudah menampungku disini aku beruntung mendapatkan sahabat sepertinya, cukup agak sulit juga karna aku tiba-tiba pergi dengan sedikit alasan aku akan ke Bandung.


*******

Sesampainya kita di area basement apartnya kak Fanya segera ku turun dari mobil setelah kak Fanya turun duluan dari mobilnya.

Dan aku hanya mengikuti langkahnya dari belakang tidak berani jalan sejajar dengannya, saat sampai di salah satu pintu unit apartnya kak Fanya mengetikan password pintunya dan terbukalah pintunya, tapi aku hanya bisa menatap ragu untuk ikut masuk ke dalam unitnya dengan sedikit melamun aku tersentak dengan ucapan ka Fanya.

"Lu masih mau berdiri di depan pintu, ga akan masuk kedalam"

"Eh i..iya kak" setelahnya aku melangkahkan kakiku untuk masuk ke dalam

" kamar disini ada dua, yang di deket pantry bisa lu pakai dan kamar mandi ada di dekat pintu utama" terang kak Fanya setelahnya dia melangkah masuk ke pintu satunya yang kuyakini itu pasti kamarnya

Ragu-ragu aku membuka pintu kamar yang di arahkan tadi oleh kak Fanya setelah membuka pintunya aku melangkahkan masuk dan duduk di ujung kasur.

Aku menatap lantai sambil terisak sungguh aku sangat merasa bersalah dan sangat-sangat merasa murahan bisa terjebak seperti ini apalagi aku malah di tampung sama orang yang notabane nya kekasih sah pacarnya.

Dara POV end.

Never Imagined (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang