XXII

707 48 4
                                        

Tifanya POV

Aku berniat mengajak Dara untuk bertemu keluargaku karna memang kebetulan mamah dan papah sedang di rumah, dan ini bukti aku serius dengan hubungan kita, aku tau mungkin akan sangat mengecewakan orangtua ku.

Soal mereka menerima hubunganku atau tidak itu urusan belakangan, aku tidak mau menyembunyikan hubungan ini, cepat atau lambat mereka pasti akan tahu dan bakal lebih kecewa lagi kalau bukan tahu dari mulutku sendiri, jadi karna aku ingin bisa terus bersama Dara aku harus mengakui ini kepada mereka.

Saat aku menyatakan ke Dara bahwa mau mengajaknya untuk bertemu orang tuaku Dara sedikitnya jadi melamun aku tau apa yang dia takuti, akupun sama tapi dengan cara ini kan aku bisa hidup tenang dengan Dara tanpa harus bersembunyi.

"Bee, udah siap? Berangkat sekarang yuk" ajakku sambil membelai rambutnya

"Yang aku takut" dengan wajah yang gusar

"Ada aku bee, aku bakal lindungin kamu apapun yang terjadi disana" aku duduk di sebelahnya dan mengusap kedua pipinya

"Udah yuk biar gak terlalu malam bee" aku berdiri lebih dulu dan mengulurkan tanganku dan di sambut dengan ragu-ragu oleh Dara

Sepanjang perjalanan hanya diisi dengan suara radio, sesekali aku melihat ke arah Dara yang meremas jemarinya dan pandangannya melihat jalanan ibu kota dari samping.

"Bee"

"Hey bee" panggilku lagi saat Dara tak menyahut

"Hmm, iya yangg?"

"Aku cinta kamu, gak akan ada apa-apa nanti" sambil aku mengelus pipinya dengan tangan kiriku



*******

Saat sampai di rumah orangtuaku aku turun lebih dulu dan memutari ke kursi penumpang untuk membukakan pintu Dara.

"Bee, ayo turun"

"Yang" ucapnya

"Percaya aku yah bee"

Saat aku mengetuk pintu rumah, mamah ternyata yang membuka pintu

"Anak mamah dateng, kangen tahu" ucap mamah sambil memelukku dan saat menyadari aku tidak sendiri

"Loh siapa ini, tumben kamu ada temen lain selain Nadia sayang"

"Iya mah bosen kalo sama Nadia terus dan ini Dara mah"

"Hallo Dara saya Indah mamahnya Fanya"

"Ha..llo tante, saya Dara" ucapnya dengan gugup dan menyalami tangan mamahku

"Cantik banget sih kamu sayang"

"Hehe i..ya tante makasih"

"Udah yuk masuk malah diem di depan pintu gini" ucap mamah pada kita dan aku menggenggam tangan Dara untuk mengikuti ku masuk rumah

"Papah mana mah?"

"Ada tuh sayang lagi di ruang santai"

"Pah, nih anak kesayangan papah dateng sama temennya yang baru tumben kan biasanya selalu sama Nadia"

"Wih tumben kamu dek sama temen baru, temennya gapapa nih temenan sama kamu?" Ucap papah dengan mengejekku

"Pah nyebelin banget sih anaknya pulang malah di godain" aku menghampiri untuk duduk di sofa bareng papah dan mamah

"Haha bercanda dek, oh iya temenmu siapa namanya?" Tanya papah dengan sorot mata ke Dara

"Sa...ya Dara om"

"Oke Dara, kenapa kamu gugup kaya ketemu calon mertua saja" ucapan papah membuat aku dan Dara sedikit canggung

"Sudah-sudah obrolan nya di lanjut nanti, kita makan malam dulu yah, kebetulan tadi mamah masak" potong mamahku

Never Imagined (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang