Sandy POV
Pagi ini aku terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. Mataku bengkak, semalaman air mataku mengalir seakan tak ingin berhenti. Aku tak sadar hingga akhirnya aku tertidur karena kelelahan. Aku tak punya hasrat untuk hidup lagi. Semua kebahagiaanku lenyap.
Hei kau tak perlu mengikat dia selamanya di hatimu. Biarkanlah dia terbang bebas Sandy. Tempatnya bukan bersamamu dalam sangkar emas ini. Layaknya sebuah kapal, biarkanlah dia berlayar kembali hingga dia sampai tempat yang seharusnya dia tuju. Begitu juga denganmu, bebaskanlah dirimu karena kau telah belajar berenang untuk menyelami lautan luas. Tuhan telah mengajarimu segala sesuatu yang kau butuhkan untuk menaklukan semua rintangan, sayang. Lalu apalagi yang kau tunggu disini? Tak ada apapun yang bisa kau harapkan di tempat ini, sayang.
Iya kau benar, aku tak harus terjebak dalam keadaan ini. Ya, aku bisa! Aku pasti bisa melewati semua ini! Aku pria, aku tangguh dan aku tau aku pasti bahagia. Aku harus move on.
Aku tak tau kenapa tiba-tiba hatiku bertekad untuk bahagia, entah bagaimana caranya aku pasti bisa bahagia. Sepertinya Tuhan telah meniupkan energi positif dalam diriku.
Ponselku bergetar. Ku lihat layarnya, ada gambar amplop surat di pojok kiri atasnya. Aku bertanya-tanya, siapa yang mengirimiku email? Jarang sekali ada email masuk, kecuali ada promo dari online shop langgananku. Tapi kali ini berbeda, email itu berasal dari orang yang tak pernah ku kenal. Ivan Rachmanichov.
Aku segera menyalakan laptopku dan membuka emailku.
From : Ivan Rachmanichov
To : Sandyakala
Subject : Invitation to join with Dublin Philharmonic Orchestra
Hai Mr. Prakoso,
Perkenalkan saya Ivan Rachmanichov, Official Conductor of Dublin Philharmonic Orchestra. Dua hari yang lalu, tanpa sengaja saya menemukan blog anda. Saya telah melihat dan mendengarkan seluruh video anda disana. Saya sangat terkesan dengan permainan violin anda. Saya rasa kemampuan yang anda punya sangat langka. Teknik yang anda lakukan sungguh berbeda dengan kebanyakan violinist yang pernah saya temui. Besar harapan saya untuk mendapat balasan dari anda. Saya akan sangat berterima kasih jika anda bersedia bergabung dalam Dublin Philharmonic Orchestra.
Regrads,
Ivan Rachmanichov, Official Conductor of Dublin Philharmonic Orchestra, Ireland.
Aku tak percaya, ini sebuah keajaiban. Tentu saja aku sangat bersedia. Orang bodoh mana yang akan menyia-nyiakan nikmat yang telah Tuhan berikan padanya. Setelah membalas email dari Mr. Rachmanichov, aku segera mandi dan pulang ke rumah untuk meminta restu pada Bapak dan Ibu.
~~~~~
"Buk, dedek pulang" teriak Bapak saat aku telah sampai di rumah. Ibu keluar dari dalam rumah dengan terburu-buru. "Ya Tuhan, anaknya ibuk kok kurusan? Kamu gak kurang makan kan? Awas aja Aryo, adeknya kok gak dijaga" kata Ibu. Aku tertawa mendengar kata-kata ibu.
"Ini bukan salah Mas Aryo buk, dinas malam memang menguras fisik dan tenaga. Tapi dedek sehat kok" sahutku.
"Dedek kenapa pulang? Kangen sama Bapak Ibu ya? Atau ada sesuatu yang penting?" tanya Bapak. "Bapak ini gimana toh, masak anaknya pulang harus punya alasan" godaku. Sekarang, gantian Bapak dan Ibu yang tertawa.
Aku tahu kalau permintaanku yang satu ini akan ditolak sama Bapak, karena Bapak selalu menginginkan anak-anaknya menjadi Polisi. Tapi, aku rasa bahwa Polisi bukanlah jalan hidupku. Aku ingin mencoba menggeluti hobbiku bermain violin. Aku harus bisa meyakinkan Bapak dan Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni Cinta, Sandyakala
FanfictionCerita kedua ini adalah lanjutan dari Aksara Cinta Mada, namun di cerita ini Saya fokuskan pada kisah cinta Sandyakala Bagas Prakoso. Masih dengan konten yang sama yak, jadi bagi Homophobic tolong jangan cerca cerita ini, tapi kalau mau baca juga y...