Sandy POV
Sejak semalam sikap Sarfarraz menjadi dingin terhadapku. Dia tak menghiraukanku. Bahkan dia tak mengizinkanku untuk mendekati Zefran. Kenapa dia benar-benar marah padaku? Padahal aku tak berbuat apapun dengan Lambang. Bahkan Lambang pergi tanpa permisi saat aku mengenalkan Zefran padanya.
Pikiranku kacau, tapi aku tak ingin menunjukkannya pada siapapun. Aku bersikap senormal mungkin, tapi bersandiwara itu adalah hal yang paling sulit.
"Sandy, tolong rawat Zefran dengan baik ya" pinta Sophia saat kami semua berpamitan untuk kembali ke Dublin. Aku hanya mengangguk lemah. "Apa kau sedang tak enak badan?" tanyanya. "Tidak Sophia. Aku baik-baik saja, aku janji aku akan menjaga Zefran" jawabku. Sophia tersenyum dan segera beralih pada yang lainnya.
Ku lihat Mas Gilang mendekat ke arahku selagi yang lainnya sibuk berpelukan. "Apa kau berhasil menemuinya?" tanya Mas Gilang. "Iya, tapi Lambang langsung pergi saat melihat putraku". Mas Gilang mengernyitkan dahinya dan tatapan matanya penuh selidik padaku.
"Itu Zefran. Dia putra dari Sarfarraz. Ya secara tidak langsung dia menjadi putraku sekarang" kataku untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di kepala Mas Gilang. Dia mengangguk paham, sepertinya ucapanku sangat tepat untuk menjawab pikirannya.
"Apa Mada dan Damar tahu kau disini?" tanyanya. "Iya. Mereka tahu, bahkan aku sempat kabur ke apartemen Mada untuk menghindari Sarfarraz. Dan kejadian itu mirip sekali dengan drama".
"Apa kau akan pulang ke Indonesia?" tanya Mas Gilang. "Entahlah. Masih banyak yang harus aku lakukan disini". "Baiklah Sandy. Ku harap kita bisa berjumpa lagi di Indonesia" kata Mas Gilang seraya pergi menjauh menuju ruang kerja Jeffry.
Sarfarraz dan yang lain telah berjalan menuju mobil yang akan mengantar kami kembali ke bandara. Aku sedikit berlari untuk menyusul mereka. Kami dibagi menjadi dua kelompok, dan bisa diduga aku bersama Sarfarraz dan Zefran.
Suasana dalam mobil ini sangat sepi. Ketegangan antara aku dan Sarfarraz semakin terasa. Zefran yang asik dengan ocehannya tak bisa mencairkan kebekuan ini. Setiap kali aku menanggapi Zefran, Sarfarraz akan mengalihkan perhatiannya dari kami.
Setelah 4 jam perjalanan dengan pesawat pribadi Sarfarraz, kami berpisah. Chris, Emma, Alice dan Ivan kembali ke kediaman Ivan. Sedangkan aku terjebak dalam mobil bersama orang yang menurutku semakin menyebalkan.
Aku duduk di jok belakang bersama Zefran yang telah tidur di pangkuanku. Sarfarraz duduk di belakang kemudi dengan pandangan fokus ke depan. Setiap aku mengalihkan padanganku keluar untuk menikmati deretan bangunan toko, Sarfarraz langsung membanting setirnya hingga aku hampir tersungkur karena kehilangan keseimbangan.
"Apa maumu?" tanyaku pada Sarfarraz. "Kenapa kau tak melihat ke arahku sama sekali?" protesnya. "Harusnya aku yang bilang seperti itu. Kenapa kau mengacuhkanku sejak kemarin malam?". Sarfarraz hanya mendengus kesal.
Kini aku sibuk menenangkan Zefran yang mulai merengek karena tidurnya terganggu oleh pertengkaran kami. Aku menatap Sarfarraz dari spion depan mobil. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" protesnya. "Jika kau tetap emosi seperti ini. Menepilah, aku akan turun dari mobilmu".
Dan benar saja, Sarfarraz langsung mengarahkan mobilnya ke tepi jalan. "Baiklah, aku turun disini" kataku sambil membuka pintu mobil.
Zefran mulai menangis. "Papa, Jep ikut papa. Papa mau kemana? Jep ikut" teriak Zefran. "Jangan hiraukan anakku. Aku bisa mengurusnya tanpa dirimu" sahut Sarfarraz dari kursi depan. "Baiklah jika itu maumu. Terima kasih telah memberiku tumpangan" jawabku sambil menutup kembali pintu mobil itu.
Aku hanya bisa menatap bayangan mobil putih itu semakin menjauh. Tak kusangka kalau Sarfarraz akan semarah ini. Aku berjalan kecil menuju taman yang ada di dekat tempat aku turun tadi. Dadaku terasa perih, mataku mulai panas. Bulir-bulir air mengalir lembut di pipiku. "Kenapa dia sangat egois, kenapa dia tak mau mendengarkan penjelasanku" lirihku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni Cinta, Sandyakala
FanfictionCerita kedua ini adalah lanjutan dari Aksara Cinta Mada, namun di cerita ini Saya fokuskan pada kisah cinta Sandyakala Bagas Prakoso. Masih dengan konten yang sama yak, jadi bagi Homophobic tolong jangan cerca cerita ini, tapi kalau mau baca juga y...