Mada POV
Hari ini aku dan Damar berangkat ke Dublin untuk memenuhi undangan dari Sarfarraz. Dia mengirimkan dua buah tiket pesawat untuk perjalanan dari Birmingham ke Dublin. Dan dia juga memberi kami dua tiket masuk konser Dublin Philharmonic Orchestra dengan tempat duduk berkelas VIP.
Tak perlu kalian tebak. Aku dan Damar sekarang berada dalam pesawat dengan kursi berkelas eksekutif. Ku pikir Sarfarraz terlalu berlebihan pada kami.
"Sudahlah, kita syukuri saja. Ini semua adalah rejeki dari Tuhan, sayang" kata Damar meyakinkanku karena sedari tadi aku terus membicarakan tiket-tiket yang ada di tanganku.
Aku menoleh ke arahnya dan dia tersenyum. "Tenanglah, ini semua tak akan membuat Sarfarraz bangkrut" katanya. Aku menyetujui pendapat Damar dan menyandarkan kepalaku di bahu Damar dengan nyaman. Aku tak ingin membuat kepalaku semakin pusing lagi.
Pukul 9 pagi, aku dan Damar mendarat di bandara Dublin. Saat kami keluar dari pintu imigrasi, Sandy dan Sarfarraz sudah menyambut kedatangan kami.
Sarfarraz mengajak kami menuju mobil Lykan Hypersport warna putih miliknya. Aku semakin tercengang, Damar tertawa kecil melihat ekspresiku. Kalian tahu kan, mobil itu harganya tak cukup dengan uang 1 M. Ckckckck.
"Kita mau kemana?" tanya Damar untuk mencairkan suasana. "Kita akan ke Rachmanichov Guesthouse. Tempatku tinggal selama di Dublin" jawab Sandy. "Kau jangan kaget ya Raden, anggap saja ini hadiah honeymoon dari Ivan dan Sarfarraz untuk kalian" Sandy tertawa diikuti oleh Sarfarraz yang berada di sampingnya.
Aku dengan reflek menjitak kepala Lala. Damar dan Sarfarraz tertawa semakin lepas karena tingkahku dan Sandy layaknya bocah SD yang sedang bertengkar.
Tak terasa kami telah sampai di wisma tamu milik keluarga Rachmanichov. Sandy memang tak bohong kalau tempat ini lebih layak dikatakan istana daripada wisma tamu.
Kami turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam wisma. Baru saja lewat pintu utama, para pelayan sudah menyambut kedatangan kami dengan ramah.
Dan saat itu juga tuan rumah ini menyambut kedatangan kami. "Selamat datang di wisma yang sederhana ini. Aku, Ivan Rachmanichov dan ini kekasihku, Alice Summerton" katanya dengan ramah sambil mengulurkan tangannya padaku dan Damar. Ivan sangat tampan dan Alice sangat Cantik mereka sangat serasi.
"Terima kasih atas kebaikkan hati anda. Aku, Mada Satria Wicaksana sahabatnya Sandy. Dan ini Damar Narendra Prawira, kekasihku" jawabku sambil menjabat uluran tangannya untuk membalas ramah tamahnya.
"Kalian pasangan yang serasi. Seperti yang telah Jose ceritakan padaku kemarin" puji Ivan. "Jose?" aku dan Damar mengernyitkan dahi karena kami tak kenal seseorang yang namanya telah disebut oleh Ivan.
"Jose itu panggilan sayangku dan Alice pada Sarfarraz. Sebenarnya yang memanggilnya Sarfarraz itu hanya ada dua orang, Sandy dan Kathe" kata Ivan yang seakan menangkap kebingungan dalam otakku.
"Iya Mada. Sebaiknya kau dan Damar memanggilku Jose saja. Karena aku lebih senang jika sahabatku memanggilku dengan nama itu" sahut Sarfarraz.
"Oke, aku dan Mada akan memanggilmu Jose. Karena hanya Sandy yang berhak memanggilmu Sarfarraz. Iya kan Lala?" goda Damar pada Sandy. Aku mengangguk setuju.
"Kau jangan memanggil namaku seperti itu, Damar" protes Sandy. Jose, Ivan dan Alice terkejut. "Lala? So cute" komentar Alice dengan tawa kecilnya. Wajah Sandy berubah merah mengkilat seperti tomat.
"Darimana Sandy bisa berubah jadi Lala?" tanya Jose. "Lala berasal dari Sandyakala. Aku dan keluargaku sering memanggilnya seperti itu dari kami masih kecil. Sandy sudah seperti keluargaku sendiri jadi kami sangat akrab" jawabku. Jose mengangguk senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni Cinta, Sandyakala
FanfictionCerita kedua ini adalah lanjutan dari Aksara Cinta Mada, namun di cerita ini Saya fokuskan pada kisah cinta Sandyakala Bagas Prakoso. Masih dengan konten yang sama yak, jadi bagi Homophobic tolong jangan cerca cerita ini, tapi kalau mau baca juga y...