Beberapa bulan berlalu dengan cepat, dan sekarang adalah bulan Februari, tepatnya seminggu lagi Dublin Philharmonic Orchestra akan mengadakan konser perdana untuk Sandy. Setelah beberapa bulan dia di Dublin, baru kali ini dia akan merasakan konser perdananya.
*****
Ivan POV
Sore ini aku ingin memanggil Jose ke kantorku dan menyibukkannya dengan urusan konser Dublin Philharmonic Orchestra. Sebenarnya bukan niatku menghalanginya untuk mendekati Sandy, tapi Sandy harus berlatih untuk konser yang akan segera datang, konser pertamanya.
"Jose, bisakah kau datang ke kantor hari ini?" tanyaku setelah dia mengangkat telponku. "Ada apa Ivan? Apakah ada masalah yang penting?" katanya.
"Aku butuh bantuanmu untuk persiapan konser yang akan kita laksanakan tanggal 14 Februari nanti" kataku. "Bolehkah aku mengajak Sandy?" tanyanya. "Tidak, jangan libatkan dia. Biarkan dia berkonsentrasi pada latihannya" sergahku.
"Apa kau keberatan dengan hubungan kami?" tanyanya. "Ayolah Jose. Aku tak ingin berdebat denganmu karena masalah ini. Kita harus profesional" jawabku.
"Hhhhhhmmmm, baiklah. Tapi kau harus janji setelah konser ini terlaksana dengan sukses, aku mau kau mengizinkanku mengajak Sandy ke Turki. Aku ingin mengenalkannya pada kedua orang tuaku" kata Jose.
"Hah? Apa kau sudah gila?" tanyaku. "Tak ada pembantahan lagi Ivan. Keputusanku sudah bulat" kata Jose sambil menutup telponku.
Jose memang keras kepala. Lelaki itu selalu nekad kalau sudah ada maunya.
"Sayang, apa kau sibuk?" tanya Alice yang kini telah masuk kantorku. "Tidak" jawabku.
"Kenapa kau cemberut? Apa kalian berdua bertengkar?" tanyanya. Aku menghela nafas. "Aku hanya ingin Jose fokus pada pekerjaannya sebagai Official Conductor disini. Tapi Sandy telah membuatnya lalai" kataku.
"Aduh sayang, wajarlah kalau mereka lebih sering bersama. Mereka berdua sedang jatuh cinta. Dan menurutku kinerja Sandy juga semakin meningkat, apalagi kalau Jose mengiringi permainan violin Sandy dengan permainan pianonya" kata Alice.
"Kau terlalu membela mereka, Alice" sergahku. "Hei, kau jangan marah Ivan. Cobalah kau sesekali mengunjungi mereka saat berlatih. Kau terlalu sibuk dengan urusan kantormu, sayang" dia membela diri.
"Tapi, mereka tak pernah datang kesini, Alice" kataku mencari celah. "Lalu ruang musik di wisma tamu untuk apa?" katanya menyadarkanku.
"Jadi, mereka sering berlatih disana?" tanyaku. Alice mengangguk kecil dan tersenyum manis padaku. Aku memang jarang sekali mengunjungi wisma tamu itu, karena aku harus mengontrol semua keperluan anggota kami disini. Aku harus mengunjungi mereka, karena mereka juga anggota Dublin Philharmonic Orchestra.
"Terima kasih ya sayang. Kamu telah menyadarkanku" kataku sambil mencium kening Alice. "Jadi?" kata Alice. Tanpa berpikir panjang, aku menarik tangannya dan memanggil Chris untuk mengantarkan kami ke wisma tamu.
Setengah jam perjalanan akhirnya kami sampai di wisma tamu. Alice tertawa kecil melihat sikapku yang terburu-buru. Aku segera menuju ruang musik setelah beberapa pelayanku memberikan sapaan.
Suara piano dan violin sedang beriringan. Permainan mereka selalu bisa membuat bulu kudukku berdiri.
"Oh, tuan pemarah sudah datang rupanya" kata Jose yang melihat kedatanganku dan menghentikan latihannya. "Oke aku minta maaf telah memarahimu Jose. Aku kira kalian berdua tak pernah berlatih karena terlalu sibuk pacaran" kataku.
"Hhhhhmmmmm, aku tahu sekarang. Ternyata ada yang sedang cemburu. Tenanglah Ivan, tak akan ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku" kata Jose dengan santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni Cinta, Sandyakala
FanfictionCerita kedua ini adalah lanjutan dari Aksara Cinta Mada, namun di cerita ini Saya fokuskan pada kisah cinta Sandyakala Bagas Prakoso. Masih dengan konten yang sama yak, jadi bagi Homophobic tolong jangan cerca cerita ini, tapi kalau mau baca juga y...