Sandy POV
"Katherine" nama itu terucap dari mulut Sarfarraz.
Ivan, Alice, Mada dan Damar menoleh ke arah yang sama. Aku bingung siapa yang dimaksud Sarfarraz. Tapi matanya tertuju pada sosok wanita yang ada di depan pintu itu.
Katherine. Bukankah dia telah lama tiada?
"Sarfarraz" sahut Ivan. Kini mata Sarfarraz melihat ke arah Ivan dan kemudian tertuju padaku yang masih beku karena keadaan yang mengejutkan ini.
"Sandy" kata Sarfarraz dengan mata berkaca-kaca. Mungkin dia juga sesak dengan keadaan ini. Tapi tubuhku benar-benar tak bisa bergerak.
"Maaf Tuan Argerich" kata wanita cantik itu dengan sopan. "Aku tahu mungkin semua orang tak percaya dengan keadaan ini. Begitu pun juga diriku. Aku bar--" suara wanita itu tertahan saat Sarfarraz memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Air mataku menetes dengan sendirinya. Aku tak tahu ini adalah mukjizat atau cobaan baru untukku. Dadaku terasa sakit melihat orang yang ku cintai memeluk orang yang dia cintai. Aku tak tahu harus bersikap seperti apa.
Mada dengan sigapnya memelukku. "Tenanglah. Tak apa Sandy, semua akan baik-baik saja" kata Mada. "Den, dadaku sesak" kataku. Alice, Ivan, Damar dan Chris masih bingung dengan raut wajah mereka yang penuh tanya. Apakah semua ini mungkin terjadi?
Wanita yang baru saja ku kenali sebagai Katherine mulai melepaskan pelukannya dari tubuh lelaki yang baru beberapa hari lalu ku cintai dengan sepenuh hatiku.
"Tuan Argerich, maafkan Aku. Aku kesini bukan sebagai Katherine --". "Apa maksudmu? Kau Katherine, kau tunanganku yang sangat aku cintai" protes Sarfarraz. Hatiku sakit mendengarkan ucapannya itu.
"Aku tahu anda akan marah. Tapi tolong dengarkan penjelasanku dulu tolong jangan potong ceritaku. Biarkan aku menyelesaikan cerita ini dulu" kata wanita itu. Ku lihat lelaki di sebelahnya sedari tadi berdiri dengan sabar menggenggam tangannya.
Ivan dan Chris sibuk mengambil kursi untuk tempat duduk kami. Mada duduk di sebelahku, tangannya menggenggam tanganku dengan erat agar aku tak kehilangan pegangan.
Wanita itu mulai bercerita.
3 tahun lalu, aku sangat bahagia saat kakak perempuanmu datang kemari untuk membantu persiapan pernikahan kita. Waktu itu aku ingin mengajakmu ke rumah orang tuaku dan akan memberi tahumu bahwa aku telah hamil muda. Tapi aku tahu kau sibuk dengan persiapan konser yang akan diselenggarakan dan kau juga sibuk mempersiapkan pernikahan kita. Aku memutuskan untuk merahasiakannya sebagai kejutan.
Akhirnya aku memutuskan pergi ke Inggris sendiri untuk menemui orang tuaku. Tapi sebelum sampai bandara, aku merasa ada yang aneh dengan taksi yang mengantarku waktu itu. Ternyata sopirnya adalah seorang wanita yang aku pikir belum begitu mahir mengendari taksinya. Hingga kejadian naas itu terjadi. Sebuah truk tronton menabrak kami dari samping, karena taksiku menerobos lampu merah. Tubuhku terpelanting dan kepalaku membentur kaca belakang taksi. Aku melihat tubuh sopir tersebut terlempar ke belakang dan menindih tubuhku, wajahnya hancur dan beberapa saat kemudian pandanganku sirna.
Saat aku terbangun, aku sudah berada di rumah sakit. Aku tak bisa mengingat apapun dan yang ku kenal adalah dokter Jeffry. Dia yang merawatku dan menampungku di rumahnya hingga aku melahirkan anak kita, Zefran.
Bulan Juli nanti Zefran akan berumur 3 tahun. Namun, akibat trauma waktu dikandunganku dulu, Zefran belum bisa bicara sampai sekarang. Perkembangannya sangat lambat. Maafkan aku, ingatanku baru kembali beberapa hari yang lalu saat aku melihat poster Love Concerto. Aku melihat potretmu dan ingatanku kembali begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni Cinta, Sandyakala
FanficCerita kedua ini adalah lanjutan dari Aksara Cinta Mada, namun di cerita ini Saya fokuskan pada kisah cinta Sandyakala Bagas Prakoso. Masih dengan konten yang sama yak, jadi bagi Homophobic tolong jangan cerca cerita ini, tapi kalau mau baca juga y...