{5} Fly Me to Dublin

4.4K 372 27
                                    

Sandy POV

Akhirnya semua berkas dan kebutuhanku untuk berangkat ke Dublin semua telah lengkap. Seminggu ini Mas Aryo rela cuti untuk membantuku, aku benar-benar beruntung punya keluarga yang sangat mendukungku.

Besok pagi aku akan berangkat dari Semarang transit ke Jakarta, lalu transit ke Singapura untuk pindah dari maskapai penerbangan Indonesia ke maskapai penerbangan internasional milik Inggris. Ku rasa aku akan berkeliling dunia, hahaha.

Sekarang bulan Oktober, menurut pelajaran geografi waktu SMA di Benua Eropa sedang memasuki musim gugur. Berarti aku perlu memakai mantel saat sampai disana. Tapi aku hanya punya jaket. Ya tak apalah walaupun tak terlalu tebal setidaknya bisa sedikit menghangatkan.

"Dedek, ayo makan malam dulu" kata Ibu di depan pintu kamarku. Aku mengangguk dan mengikuti ibu menuju meja makan. Disana sudah lengkap, ada Bapak dan Mas Aryo dan juga berbagai makanan kesukaanku, semur daging.

"Ayo maem yang banyak Dek" kata Bapak. "Siap bos" kataku. Semua tertawa saat melihatku mengambil semua makanan yang dimasak Ibu. Capcay, semur daging, ayam goreng, sambal favoritku dan juga kerupuk. Oya tak lupa aku menuangkan kecap manis, aku memang sangat menggemari saus ala Indonesia yang satu itu. Apapun makanannya yang penting ada kecapnya.

"Buset, itu semur dagingnya sudah ada kecapnya dedek, masih aja ditambahi kecap lagi" komentar Mas Aryo. "Biarin, kecap itu bikin makanan tambah enak kali" sahutku sambil memasukkan makanan ke mulutku. "Rasanya pasti manis banget" kata Mas Aryo. "Iya Mas, manisnya kayak dedek" kataku. Hahahaha, suara tawa Bapak dan Ibu membahana.

"Dedek sudah bawa kecap belum?" tanya Bapak. "Sudah Pak, dedek bawa 5 botol kecap" kataku. Mas Aryo langsung melongo karena mendengar jawabanku. "Kenapa Mas?" tanyaku. "Nggak, nggak papa" sahut Mas Aryo sambil geleng-geleng. Aku lanjut makan dengan cuek.

"Dedek nggak lupa resep masakan dari Ibu kan?" tanya Ibu. "Tenang Bu, Sandy sudah tata dalam koper. Sandy juga sudah ngerti cara masaknya" jawabku. Selama seminggu ini aku sudah belajar memasak dan Ibu adalah guru masak terbaikku. Bapak dan Mas Aryo yang menjadi jurinya.

Setiap makan siang, akulah yang menjadi juru masaknya. Kata Mas Aryo walaupun baru pemula, masakanku hampir se-level sama masakan Ibu. Ya setidaknya saat aku di Dublin nanti, aku masih bisa makan masakan rumahku.

Buku resep dari Ibu benar-benar lengkap, mulai dari bahannya, cara masaknya, ditambah bumbu-bumbu rahasia dan jangan lupa masaknya pakai cinta biar enak. Hehehehe.

Setelah selesai makan, aku membantu Ibu membereskan meja makan dan mencuci piring.

"Dedek, kalau ada waktu dan ada ongkos, cepat pulang ya" kata Ibu. "Iya Bu, dedek akan pulang secepatnya. Ibu bisa ikhlas kan?" kataku. "Ya seikhlas apapun, yang namanya hati Ibu tetep aja gak bisa jauh dari anaknya. Ibu pasti khawatir keadaan anaknya, apalagi jauh dari rumah. Kalau masih beda kota sih gak papa, nah ini malah udah beda Benua" jawab Ibu.

"Buk, Ibu jangan khawatir ya. Sandy ingin mewujudkan impian Sandy dan ini adalah kesempatan yang harus Sandy ambil. Sandy minta doanya ya Bu. Sandy janji akan sering-sering telpon Ibu sama Bapak. Oya sama Mas Aryo juga" kataku meyakinkan hati Ibu.

"Oya, Raden bukannya udah balik ke Indonesia? Apa dedek udah pamitan ke Raden?" tanya Ibu.

Deeeeggghhh, jantungku terasa seperti ingin berhenti berdetak. Nafasku sesak. Sebenarnya aku ingin pamitan ke Mada, tapi aku takut kalau nanti Mada memberi tahukan hal ini ke Lambang. Aku tak mau kalau Lambang sampai berpikiran yang tidak-tidak tentang keputusanku ini. Aku tak ingin dia menyalahkan dirinya atas kepergianku ini. Kami memang sudah tak memiliki hubungan apapun, tapi sesuatu yang dimulai baik-baik telah berakhir baik-baik juga. Di antara kami berdua tak ada dendam maupun benci. Aku tetap menyayanginya meskipun rasa sayang ini lambat laun berubah menjadi sayang sebagai sahabat.

Harmoni Cinta, SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang