Sarfarraz POV
Hari ini, aku mengajak Sandy ke tempat yang belum pernah dia kunjungi sebelumnya. Kami berangkat pagi-pagi dari wisma, aku belum pulang ke rumahku sejak 2 minggu lalu. Hari-hari yang ku lalui bersama Sandy dan Zefran disini terlalu sayang untuk dilewatkan.
"Kita mau kemana?" tanya Sandy. "Masuklah ke dalam mobil. Dan kencangkan sabuk pengaman untuk Zefran" kataku. Sandy hanya manyun tapi dia melakukan apa yang kuminta padanya.
"Apa aku duduk di sebelah Zefran saja?" tanyanya. "Tidak. Aku tidak mau kau jauh dariku". "Ya ampun jarak kita hanya beberapa centi. Kita masih dalam satu mobil, Sarfarraz" protesnya. "Tak ada bantahan lagi, sayang" tegasku. Lalu aku mencium bibir Sandy dengan lembut.
Selama ini aku selalu melakukan ciuman itu untuk menghentikan bantahan Sandy. Wajahnya yang tersipu membuatku semakin bergairah, dia amat tampan jika merona seperti sekarang ini. "Wajahmu merah" kataku. Sandy jadi salah tingkah dan aku tertawa melihat tingkahnya itu.
"Sarfarraz, jangan permainkan aku atau aku akan kabur lagi" ancamnya. "Hei, jangan marah sayang. Jangan kabur lagi, aku tak bisa hidup tanpamu. Ku mohon, aku hanya ingin kau duduk di sampingku" rajukku. Sandy menghela nafas dan menyerah. Dia akhirnya duduk di sebelahku. Yes, Aku menang Lala. Aku mulai menjalankan mobil Lykanku.
"Papa, Jep mau itu" kata Zefran meminta permen yang dibawa Sandy. "Ini permen mint sayang, rasanya terlalu pedas untuk lidahmu" jawab Sandy. "Hhhhmmmm Jep mau Jep mau, Abi Jep mau itu" rengek anakku itu sambil menendang-nendang jok mobil yang dia duduki. Anakku yang waktu itu belum bisa bicara, kini sangat cerewet karena Sandy terlalu memanjakannya.
Sandy mulai menghela nafas panjang. "Hentikan mobilnya". Aku langsung menepi. Sandy turun lalu pindah ke kursi belakang bersama Zefran. "Kalau kau mau permen ini, aku akan memberimu satu. Tapi kalau rasanya tidak enak jangan menangis" katanya pada Zefran.
"Hahaha, kau ini terlalu memanjakannya" kataku. "Tapi dia keras kepala sepertimu" protes Sandy sambil memberikan satu butir permennya pada Zefran. Anakku langsung memakan permen yang ada di tangannya itu.
Zefran langsung menangis karena rasa mint dari permen itu membuat lidahnya kepanasan. "Kau benar-benar membiarkan anakku memakan permen itu?" protesku. "Biar saja. Biar dia belajar tak membantah apa yang ku katakan" jawabnya. Sandy memangku Zefran dan memberikan susu pada putraku.
"Kau memang papa yang kejam" kataku. "Tidak, aku hanya melatih Zefran agar disiplin" jawabnya dengan santai. Sandy selalu melakukan hal-hal yang tidak bisa ku duga. Tapi dia selalu bisa mengatasi masalah apa yang dihadapinya.
Zefran yang tadinya menangis, sekarang telah diam. Aku melanjutkan mengemudi mobilku karena jarak yang harus kami tempuh masih terlalu jauh.
Sudah dua jam perjalanan, tapi kami belum sampai juga. "Masih jauhkah?" tanya Sandy. "Apa kau lelah?". Sandy menggeleng, dan Zefran telah terlelap dipangkuannya. "Apa kau mau pindah ke depan untuk menemaniku?" pintaku sehalus mungkin. "Baiklah". Aku menepikan mobilku dan Sandy pindah ke kursi depan setelah memastikan Zefran telah terikat aman dan nyaman di kursi belakang.
Aku menginjak gas mobilku lagi. "Sebenarnya kita mau kemana?" tanyanya. "Ini kejutan untukmu sayangku. Jadi bersabarlah. Apa kau punya kopi?" jawabku.
Sandy mengambilkan minuman kaleng, membukanya dan menyerahkan kepadaku. Aku menerima dan langsung menghabiskan minuman itu. "Terima kasih" kataku. "Apa kau lelah, Sarfarraz?". "Tidak sayang, aku hanya sedikit mengantuk. Tapi kantukku sudah hilang karena kau ada di sebelahku".
"Jangan mulai menggombal" protesnya sambil membuang pandangannya ke arah luar jendela. Aku menarik tangan kanannya dan menciumnya. Lagi-lagi Sandy salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni Cinta, Sandyakala
Fiksi PenggemarCerita kedua ini adalah lanjutan dari Aksara Cinta Mada, namun di cerita ini Saya fokuskan pada kisah cinta Sandyakala Bagas Prakoso. Masih dengan konten yang sama yak, jadi bagi Homophobic tolong jangan cerca cerita ini, tapi kalau mau baca juga y...