1.05. Yang Pertama

195 25 2
                                    

"Aku ngga ada mengajarimu hal seperti ini." tepis Farrel atas tuduhan tidak berdasar yang dikatakan Lukas.

'Tapi memang kamu yang mengajariku.' batin Lukas tanpa mengucapkan apapun. Dia tidak peduli. Dulu Farrel yang begitu keras kepala menempel padanya. Kali ini tidak apa jika dia membalas. Karenanya Lukas masih tidak mau menyingkir. Dia hanya mengeluh, "Kenapa kamu mengasingkanku? Kamu tidak seperti itu pada orang lain. Aku juga mau diperlakukan baik."

"Kamu harusnya menanyakan ini pada dirimu. Jelaskan dengan baik siapa kamu sebenarnya. Kenapa penampilanmu selalu berubah dan apa tujuanmu datang ke sini? Aku ngga pernah bisa percaya padamu karena ada banyak yang kamu sembunyikan. Selain itu berhenti mengganggu hidupku dan biarkan aku punya pacar." kata Farrel. Dia ingat lagi pada kejengkelannya. Kalimat terakhir adalah kalimat terpenting dan alasan utama kenapa dia jengkel pada saudaranya ini.

Sayangnya Lukas tidak peduli pada kejengkelan itu dan menggigit dada Farrel pada bagian paling sensitif. Dalam sekejap logika Farrel langsung menjauhi kepalanya. Dia tiba-tiba ingat pada berbagai mimpi tentang keintimannya dengan Lukas. Detak jantungnya yang sedari tadi sudah tidak terkendali, kini makin liar. Gara-gara ini, dia makin emosi.

Dengan kemarahan yang tiba-tiba menguasainya, dia mendorong Lukas dengan kasar ke sofa. Setelah itu dilakukan, dia baru sadar kalau saudaranya ini baru melampaui kondisi tidak baik dan akhirnya merasa bersalah. Sayangnya rasa bersalahnya langsung terlupakan melihat bagaimana mata rembulan Lukas menatapnya. Pandangan itu dipenuhi hasrat dan menggerus pengendalian diri Farrel. Yang lebih parah, Lukas sepertinya tahu itu dan berniat memanfaatkannya.

Tentu saja Lukas yang lebih dari tiga puluh tahun mengenal Farrel, tahu betul apa yang perlu dilakukan untuk memutus semua tali kendali yang mengikat binatang buas yang tersimpan di dalam diri suaminya. Farrel remaja yang belum mengenal dirinya dengan baik, tidak akan bisa melawan. Sekarang, setelah kerinduannya tidak bisa dia hentikan, setelah semalaman diselubungi aroma suaminya, Lukas tidak bisa menahan diri lagi. Kerinduannya menggerogoti hatinya tanpa ampun dan dia ingin menumpahkan semua perasaan terpendamnya. Dengan dikuasai berbagai hasrat, Lukas berniat menyeret Farrel ke arahnya.

Tangan Lukas meraih kain piyama Farrel dan menggenggamnya erat. Rasa rindu dan cintanya tidak dia sembunyikan sama sekali dan dia menatap Farrel dengan pandangan permohonan. Setelah Farrel terlihat terguncang, dia mengucapkan kalimat pamungkas. "Honey, aku mencintaimu." Katanya setengah berbisik.

Di kehidupan sebelumnya Farrel selalu jatuh jika melihat Lukas yang putus asa. Dia tidak pernah bisa menjauh jika Lukas menggenggam pakaian yang dia kenakan seakan takut akan ditinggal. Kali inipun Farrel tidak sanggup melihat itu. Semua dinding yang Farrel buat antara dirinya dan saudaranya yang menyebalkan ini langsung runtuh. Sepasang mata cokelatnya langsung berkilat tajam kemudian tangannya menyentuh leher Lukas. Dengan hasrat yang menyala-nyala, dia merekatkan bibir mereka kemudian menikmati kelembutan dua lidah yang memburu satu sama lain.

Farrel yang sudah lama menginginkan kedekatan semacam ini, langsung mengikuti gairahnya tanpa peduli apapun. Lukas yang merindukan suaminya menyerahkan dirinya dengan senang hati dan membiarkan Farrel menumpahkan semua imajinasi sensual yang bisa dibayangkan. Dua orang yang sudah tidak mempedulikan moral itu bahkan tidak menyadari kalau pintu tidak terkunci dan jendela masih terbuka lebar. Mereka malah tenggelam dalam dunia mereka.

Sambil mencium kemudian menggigit leher Lukas, Farrel membuka semua kancing piyama saudaranya itu. Lukas sendiri menyisir rambut Farrel dan mengerang ketika Farrel mencubit kedua benjolan kecil di dadanya. Erangan itu membuat Farrel semakin bersemangat dan sebuah tanda merah yang jelas ia tinggalkan di leher pasangannya.

Tak perlu waktu lama bagi keduanya untuk melepas semua yang mereka kenakan kemudian mengecap tubuh pasangannya. Setelah puas meninggalkan tanda merah di berbagai tempat, mereka berciuman dalam dan saling memainkan organ paling rahasia satu sama lain. Yang tersisa di kepala keduanya hanya nafsu dan hasrat.

Mengetahui kalau mereka tidak akan berhenti sebelum semua nafsu itu ditumpahkan seluruhnya, Lukas menjangkau laci di dekat sofa kemudian mengambil sesuatu dari situ tanpa melepaskan ciuman mereka. Dia kemudian menyerahkan dua benda yang diambil ke tangan Farrel.

Melihat dua benda yang diberikan Lukas, Farrel syok. "Kenapa kamu menyimpan hal seperti ini?" tanyanya heran. Dia tidak paham kenapa Lukas memiliki proteksi dan pelumas di kamarnya. Apa dia sudah terbiasa dengan hal-hal semacam ini? Apa yang dia lakukan ketika dia sendirian?

"Itu karena aku mau kamu melakukannya padaku. Apa aku perlu mengajarkan apa yang sebaiknya kamu lakukan?" kata Lukas tanpa peduli kalau ucapannya membuat wajah Farrel langsung merah.

"Ngga usah!" sahut Farrel ketus. Dia tidak suka diremehkan.

Dengan dongkol, dia membawa Lukas ke tempat tidur kemudian segera membuktikan kalau dia tahu apa yang harus dilakukan. Mimpi-mimpinya sudah memberinya banyak pengalaman. Walaupun tidak layak berbangga atas itu, setidaknya dia tidak benar-benar lugu. Jemarinya sudah bertindak untuk menyiapkan tubuh Lukas agar bisa menerimanya.

Lukas mengerang kecil kemudian tersentak ketika Farrel berhasil menemukan titik sensitif. Reaksi itu membuat Farrel merasa menang dan diapun melanjutkannya dengan menyerang titik itu. Hal tepat yang dia lakukan itu memberinya kesempatan untuk melihat Lukas yang liar dan dipenuhi nafsu. Ketika Lukas kehilangan dirinya, dia mengerang, memegang erat lengan Farrel dan memanggil nama Farrel sesekali.

Setelah merasa cukup, Farrel mengelus paha bagian dalam Lukas dan membuat pasangannya itu bergidik. Lalu, sambil meremas dua daging yang mengapit ruang terdalam tubuh kekasihnya, dia menyatukan tubuh mereka perlahan-lahan. Ketika seluruh bagian senjatanya sudah berada di dalam tubuh Lukas, Farrel perlu berhenti sejenak karena sensasi yang baru pertama kali dia rasakan begitu unik dan menggetarkan seluruh syarafnya. Bukan dia saja, Lukas juga meringis kemudian agak berteriak ketika itu terjadi.

"Pelan-pelan, aku baru pertama kali melakukan ini." kata Lukas setengah berbisik.

Sayangnya, Farrel yang sudah sering dia buat kesal, menumpuk banyak protes sehingga menggunakan kesempatan ini untuk menghukumnya. Permintaan Lukas itu tidak diindahkan dan Farrel melakukan semuanya sesuka hati. Dia menjadi buas dan lupa pada kenyataan kalau diapun baru pertama kali melakukan itu. Kenikmatan yang dia rasakan membuatnya lupa kalau sebelumnya dia berniat untuk menjauh dari saudaranya ini. Keintiman mereka begitu memabukkan sehingga Farrel tidak lagi peduli pada apapun.

Mendapatkan serangan demi serangan dari suaminya, Lukas mulai menyesal. Farrel tidak akan bisa dihentikan jika sudah seperti ini. Dia hanya bisa pasrah menerima semuanya dan membiarkan dirinya dibanjiri kenikmatan duniawi yang sudah lama tidak dia rasakan. Farrel yang sudah terlahir lagi dan mendapatkan vitalitasnya kembali, tidak mendengarkan apapun. Dia akan semakin kejam jika Lukas semakin memohon. Karena itu Lukas berusaha menutup mulut rapat-rapat meskipun desahan demi desahan masih keluar dari bibirnya.

Setelah cukup lama dan Lukas sudah mencapai titik tertinggi, Farrel pun sepertinya mendekati puncak. Dia mencium bibir Lukas kemudian memberikan satu hentakkan tajam hingga seluruh tubuh pasangannya gemetar. Bersamaan dengan Lukas yang mencakar punggungnya, Farrel menumpahkan seluruh nafsunya di dalam tubuh itu. Kepuasan langsung memenuhi dirinya.

Beberapa menit kemudian ketika badannya yang tadi bergejolak kembali tenang, Farrel melepaskan bibirnya dan memperhatikan baik-baik wajah Lukas. Wajah tampan dan mata menggoda itu benar-benar membuatnya gila. Sekarang setelah semuanya terjadi, tidak ada jalan kembali. Dia sudah jatuh oleh sihir orang di hadapannya ini.

"Apa kamu sudah puas? Apa ini yang kamu inginkan dariku?" tanya Farrel pada Lukas yang terlihat kelelahan. Diapun sebenarnya kelelahan tapi ada hal penting yang perlu ditanyakannya pada iblis ini.

Lukas perlu menata nafasnya sebelum menjawab. Dia menatap sepasang mata cokelat Farrel dengan mata rembulannya yang masih berkabut.

"Yang aku inginkan lebih dari ini. Aku mau kamu jatuh cinta padaku." jawab Lukas tidak begitu keras karena masih capek. Meskipun begitu, matanya yang penuh harapan menjelaskan sebagian besar niatnya.

"Jelaskan dengan baik siapa kamu sebenarnya. Aku tidak bisa memahamimu sama sekali dan aku tidak mungkin jatuh cinta pada orang yang tidak bisa kupercaya. Apa alasanmu datang ke sini?"

"Kalau aku bilang di kehidupan sebelumnya kita menikah, apa kamu percaya? Apa aku perlu alasan untuk mendatangi suamiku jika aku mampu melakukannya?"

Jawaban itu membuat Farrel kehilangan kata-kata. Fantasi ini terlalu absurd untuk bisa dia terima.

***

Eternal Sun and Moon Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang