1.31. Paradoks

92 16 0
                                    

Penderitaan Farrel akan pelatihan yang diberikan suaminya akhirnya berakhir setelah tiga jam yang panjang. Selama itu, dia sudah menerima beberapa pukulan di punggung dan sikap dingin. Merasa suaminya jahat padanya, dia menempel pada Lukas dan merengek.

"Sayang, apa kamu masih mencintaiku?" Tanya Farrel yang tidak paham kenapa suaminya menyiksanya begitu lama.

"Aku mencintaimu. Kamu bisa melihat gimana perasaanku dengan jelas tadi pagi." Jawab Lukas.

Namun Farrel tidak bisa melihat cinta dari semua yang Lukas lakukan selama tiga jam itu. "Kalau kamu cinta, kenapa pagi ini kamu jahat? Apa kamu sudah lupa berapa lama kita bersama dan apa saja yang sudah kita lewati?" Rajuk Farrel yang masih melingkarkan tangannya di pundak Lukas dan menempel di punggung suaminya.

"Itu semua perlu dilakukan. Latihan pernafasan bukan sesuatu yang bisa dipelajari dalam semalam dan untuk membiasakannya, kamu harus memaksa badanmu menerimanya."

Masih belum terima alasan suaminya, Farrel menghembuskan nafas di leher Lukas dengan teratur. Nafasnya dibuat perlahan namun cukup dekat untuk menggoda suaminya melakukan hal buruk. Perilaku jahil Farrel itu membuat pikiran Lukas kosong sesaat.

"Gimana? sudah benar kan? Aku cepat belajar jadi kamu ngga perlu terlalu keras." Kata Farrel membela diri padahal keteraturan nafasnya langsung hancur ketika dia mulai bicara. Akan tetapi Lukas tidak mau mengkoreksi itu saat ini karena waktu belajar sudah lewat. Ada hal lain yang lebih penting untuk dia peringati.

"Kamu juga ngga perlu terlalu keras. Ini masih pagi dan kita perlu siap-siap mengunjungi taman bermain." Ujar Lukas yang merasa kalau bagian bawah tubuh Farrel sudah mengeras di bokongnya. Suaminya ini benar-benar memperoleh vitalitasnya lagi dan kembali sulit mengendalikan diri.

"Itu reaksi biasa, jangan dipikirin." Sahut Farrel yang malah merapatkan tubuh mereka. "Kamu baru pulih jadi aku ngga mau menyusahkanmu."

Lukas mengerang dalam hati. "Kalau tidak mau menyusahkan, kenapa semakin rapat? Mulut dan badanmu berbicara hal yang berbeda!" Gerutu Lukas kesal.

Dia kemudian merasakan Farrel menciumi tengkuknya. Tangan suaminya juga sudah memelintir dua benjolan kecil di dadanya. Hanya dalam beberapa saat, dia ikut bereaksi dan nafasnya menjadi berat. Gara-gara itu Lukas mulai memaki tubuh mudanya yang begitu reaktif. Kepalanya dengan mudah diinvasi hormon dan menjawab cepat ketika Farrel menyentuhnya. Tapi dia perlu menghentikan ini.

"Honey, jangan sekarang. Nanti sore aku akan meladenimu." Kata Lukas yang berusaha menjauhkan tangan Farrel dari dadanya. Sayangnya tangan itu seperti punya lem yang menempel erat.

"Jadi kamu sudah bisa meladeniku?" Tanya Farrel salah mengartikan apa yang Lukas katakan. Dia menggerakkan tangannya turun untuk memeriksa jika suaminya sudah menginginkannya. Lukas tidak bisa menghentikan tangan itu karena terlalu cepat menjangkau area terlarang. Dalam sekejap Farrel sudah berhasil membuka celananya.

"Sayang, kalau seperti ini, aku sekarang percaya kalau kamu mencintaiku. Aku akan melupakan siksaan tadi." Bisik Farrel di telinga suaminya. Telinga Lukas langsung memerah. Dia mulai merindukan Farrel yang lugu dan tidak tahu apa-apa.

"Ntah kenapa aku merasa kamu sangat manis ketika belum ingat apapun." Kata Lukas nelangsa.

"Ah, waktu kamu masih sering menggodaku itu? Aku bisa pura-pura lugu lagi. Kamu boleh melakukan apapun padaku dan aku akan menerimanya. Anggap saja aku ngga ingat apa-apa."

***

Matahari semakin terang dan waktu masuk kelas sudah tiba. Regal yang merasa seperti melihat mimpi buruk pada hari sebelumnya, menggenggam erat tangannya yang masih agak perih. Rasa sakit akibat tusukan jarum Farrel di bawah kukunya masih membayangi dan membuatnya ketakutan. Siapa sangka orang tidak berguna itu bisa menjadi segitu kejam. Bukan hanya itu, ada apa dengan Lukas? Kenapa dia bisa menggunakan kekuatan mistik? Bukannya dia perlu sebulan lagi untuk berusia 17 tahun? Apa ada orang yang membangkitkan kekuatannya lebih awal?

Dua orang itu sangat berbahaya.

Sialnya meskipun Regal tahu ini, dia tidak bisa membuka mulut untuk memberi tahu orang lain apa yang dilihatnya. Hanya berniat membuka mulut saja sudah membuat seluruh tubuhnya dingin dan wajah ngeri dua orang itu langsung muncul di ingatannya.

"Benar kata ayah, orang-orang Iksvaku semuanya iblis. Pantas saja mereka yang harusnya memiliki posisi Duke didegradasi menjadi Count. Pantas saja Baginda Raja sangat berhati-hati pada mereka." Batin Regal ngeri. Dia segera menggeleng dengan kuat untuk membuang pikiran buruk yang terbersit.

"Hey, bro. Kemana aja kemarin? Kenapa baru kelihatan hari ini?" Tanya Khai ceria ketika melihat kedatangan Regal. Mereka duduk bersebelahan.

"Ngga kemana-mana. Hanya istirahat." Jawab Regal pelan. Dia memang perlu mengistirahatkan mental kemarin.

"Kayaknya Farrel bolos lagi hari ini. Dia ngga kelihatan sama sekali." Kata Khai yang sejak tadi memperhatikan kelas dan sebelumnya diam-diam melirik kamar Farrel yang tidak jauh dari kamarnya.

"Jangan ngomongin orang itu." Sahut Regal dongkol. Dia tidak mau mengingat mimpi buruknya yang kemarin.

"Iya. Kali ini kita kalah telak. Aku ngga tahu lagi gimana caranya mengganggu dua saudara itu." Ujar Khai. Dia membayangkan keserasian Farrel dan Lukas kemarin serta bagaimana dua orang itu mengabaikannya. Mereka tidak mengacuhkan apapun.

"Jangan ganggu mereka." Kata Regal getir. Dua orang berbahaya itu sebaiknya tidak disentuh sama sekali.

"Iya. Cuma buang-buang waktu." Jawab Khai. Mereka mencapai kesimpulan yang sama meskipun dengan jalan pengertian yang berbeda.

"Oh iya, aku dengar sesuatu yang menarik." Kata Khay lagi. Dia mencondongkan badannya ke samping untuk mendekati Regal. "Katanya ada yang melihat jejak es di tengah taman. Sepertinya ada orang baru yang membangkitkan kekuatan itu. Kira-kira siapa ya?"

Pertanyaan Khay itu membuat Regal merinding. Itu adalah bekas kebrutalan Lukas. Dia tidak mungkin menyahuti rasa penasaran itu meskipun tahu jawabannya. Intimidasi yang dilepaskan orang itu bisa menghancurkan mental siapapun. Kenapa ada kekuatan mistik segitu kuat? Diapun mau memiliki kekuatan sebesar itu. Sayangnya apa yang dia bangkitkan tidak berguna sama sekali.

Melihat Regal tidak menyahuti apapun, Khai menambahkan berita. "Hari ini atap rumah kaca di belakang Kelas Militer diterbangkan angin tanpa penyebab jelas padahal ngga ada angin ribut sama sekali. Menurutmu, apa ada yang lain yang juga membangkitkan itu? Apa ada kekuatan seperti itu?"

"Masih ada yang lain lagi?" Tanya Regal dalam hati. Kenapa semakin lama makin banyak orang dengan kekuatan aneh bermunculan? Dia ingin bertanya lebih jauh namun terhenti karena sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Di seberang jendela, sekumpulan siswi yang sedang mengobrol tiba-tiba berteriak karena angin kencang menerbangkan rok mereka. Secara instan, mereka menjadi pusat perhatian semua orang. Angin lokal yang hanya menyerang mereka itu sudah menjatuhkan martabat sekumpulan siswi itu.

Di tengah orang-orang yang ramai menonton fenomena yang terjadi, Regal melihat Owen yang terlihat aneh karena tidak peduli pada apa yang terjadi. Dia menarik Elio yang terlihat menatap emosi ke arah kumpulan perempuan yang terkena petaka tadi.

***

Eternal Sun and Moon Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang