1.49. Awal Misteri

74 12 0
                                    

Sesampainya di kamar, kegelapan yang menyelimuti Farrel langsung menguap. Itu karena dia melihat Lukas menunggunya dengan wajah berbinar. Meskipun tidak tersenyum, kedua mata abu-abu suaminya mengandung cahaya indah yang hanya muncul ketika sesuatu yang menggembirakan terjadi. Indahnya kegembiraan itu mengingatkan Farrel kalau Lukas sudah banyak melihat sisi buruknya namun selalu bahagia bersamanya. Pikirannya akhirnya bisa menjadi jernih. Karena pikirannya sudah jernih, dia mulai mencaci maki dalam hati.

Persetan dengan semua pertanyaan sinting yang bermunculan di kepalanya semalam gara-gara artifak sialan milik Raja Iksvaku. Kalaupun suatu hari dia menjadi orang yang keji, memangnya kenapa? Dia dulu punya reputasi busuk karena menjadi playboy yang merusak hidup banyak orang. Setelah pensiun jadi playboy, dia bahkan menghancurkan ayahnya sendiri. Bukan hanya itu, dia juga sempat berhati dingin pada orang lain termasuk pada darah dagingnya. Jumlah orang yang menderita karenanya sudah tidak terhitung.

Apa semua itu pernah mengurangi cinta suaminya? Tidak.

Tadi ketika berubah depresi, dia pasti sudah menjadi goblok karena pengaruh artifak penuh penyesalan itu. Kalau bukan karena itu, dia tidak mungkin mengkhawatirkan hal yang tidak penting.

"Sayang, aku merindukanmu." Rengek Farrel lelah. Dia hanya mengobrol dengan Lith selama dua jam tapi rasanya seperti dua ratus tahun.

Rengekan itu tidak membuat Lukas dongkol. Suaminya malah menyambutnya dengan senyum hangat dan pelukan. Setelah Lukas berjalan ke arahnya dan memeluk begitu erat, Farrel benar-benar lupa akan masalahnya dan memeluk balik suaminya itu.

"Meskipun aku jadi menyebalkan, jangan pernah tinggalkan aku ya. apapun yang terjadi, seburuk apapun aku jadinya, kamu ngga boleh pergi." Rajuk Farrel lebih manja.

"Aku ngga akan kemana-mana. Bahkan jika kamu menolakku, aku akan tetap menempel. Meskipun kamu menderita karena aku ada di sampingmu, aku ngga akan pergi. Jangan menyesal kalau ini terjadi nanti. Aku belajar keras kepala darimu." Jawab Lukas.

"Mmn! Teruslah keras kepala. Kalau begitu aku bisa tenang. Aku mencintaimu." Kata Farrel kemudian mencium pipi suaminya.

"Aku juga mencintaimu." Sahut Lukas dengan kegembiraan tersembunyi.

"Apa ada berita yang menyenangkan?" tanya Farrel. Berlawanan dengan dirinya, suaminya sepertinya terlihat senang. Karenanya dia penasaran.

Lukas tidak langsung menjawab. Dia merekatkan bibir mereka dan mencium dengan bersemangat kemudian menarik Farrel untuk duduk di tepi tempat tidur. Sambil mengulum senyum, dia naik ke pangkuan suaminya. Mereka berhadapan dan Lukas melingkarkan tangan di pundak Farrel.

"Mama merestui kita." kata Lukas dengan suara tenang namun wajahnya bercahaya. "Kali ini aku ngga menjauhkanmu dari keluargamu." tambahnya.

Well, ini memang berita menggembirakan. Farrel melengkungkan senyum begitu mendengarnya.

"Itu bagus." Sahut Farrel kemudian mencium leher Lukas. Dia merapatkan tubuh mereka dengan penuh kerinduan. "Manjakan aku malam ini, cerita ayah membuatku kesal."

"Tentu. Aku sedang senang jadi apapun yang kamu inginkan akan aku berikan."

Mendengar itu, Farrel memanas. Dia melepaskan kaus yang dikenakan Lukas dan memperhatikan suaminya naik turun dari kepala hingga perut. Sejak dulu suaminya ini tidak pernah punya kelebihan lemak sama sekali. Torsonya langsing ideal, tubuhnya tegap, dan kulitnya halus. Dengan pandangan seperti terbakar api, Farrel menciumi torso itu dan menggigit kecil dua puting yang melekat di sana.

Lukas mengerang sambil menyisir rambut Farrel. Semakin lama Farrel semakin aktif dan adik kecilnya mengeras. Karena merasakan kalau Lukas juga sudah panas, Farrel melirik wajah merona suaminya. Mereka berpandangan dengan pemahaman mendalam satu sama lain.

"Aku ngga percaya aku bisa berhenti mencintaimu." kata Farrel yang tangannya sibuk menggerayangi tubuh bagian atas pasangannya.

"Apa kamu sedang membicarakan efek balik kekuatanmu?" tanya Lukas sambil melepaskan atasan yang dikenakan Farrel. Dia sudah tidak sabar untuk semakin melekat pada suaminya ini.

"Kamu tahu?"

"Mama yang bilang."

"Oh, kalau gitu aku ngga perlu cerita dari awal." Farrel tersenyum. "Sayang, kalau nanti aku jadi bodoh, jangan pergi. Jangan juga biarkan aku melukaimu. Aku dengar sudah ada banyak korban di keluargaku." Pintanya.

"Kamu ngga akan semudah itu melukaiku. Jangan khawatir." Jawab Lukas. Dia mencium pipi Farrel kemudian menggigit daun telinga suaminya.

"Iya. Kamu benar." Farrel semakin tenang.

"Honey, buat aku ngga bisa melupakan malam ini. Aku mau merasakan kehadiranmu di seluruh tubuhku." Bisik Lukas penuh godaan.

Tentu saja Farrel akan memenuhinya. Dia tidak akan membiarkan diskusi mengesalkan dengan ayahnya mengotori kebahagiaan suaminya. Restu Ana dan Lith adalah sesuatu yang sangat diinginkan Lukas. Suaminya tidak ingin Farrel dihadapkan pada pilihan antara orang yang dicintai atau keluarga. Lukas tidak mau Farrel kehilangan sesuatu yang berharga karena ingin bersamanya.

***

Di sebuah lorong yang menghubungkan kamar-kamar tidur dan tangga, dua orang pembantu sibuk bergosip tentang dua tuan muda mereka. Setelah melihat Lukas memasak sarapan untuk Farrel serta melihat dua orang itu makan menggunakan piring yang sama, dua pembantu itu sudah memastikan kalau kedua tuan muda mereka pacaran. Skandal ini memberi rasa tidak nyaman namun entah kenapa, justru itulah yang membuatnya jadi menarik.

"Mereka tidur di kamar yang sama." Bisik Riri, yang lebih tinggi.

"Duh, kenapa dibiarkan saja ya oleh tuan dan nyonya?" Balas Mita dengan suara sama rendah.

"Mungkin diijinkan."

"Masa?"

"Iya. Aku dengar dari bibi Tina kalau para bangsawan itu sebenarnya bejat semua. Jadi hal seperti ini mungkin biasa untuk mereka. Hanya saja, untuk menjaga kekuasaan, mereka menyembunyikannya dari masyarakat umum. Tapi kamu ngga boleh menyebar ini di luar. Bibi Tina bilang kalau ada yang dibunuh karena itu."

"Ngeri." Komentar Mita takut. Omongan ini bisa membuatnya terbunuh? Bagaimanapun dia baru bekerja sebulan sehingga tidak tahu banyak. Dia harus mengingat baik-baik semua tabu yang tidak boleh dilakukan.

"Aku juga dengar gosip lain." Riri berusaha menarik perhatian lagi. Mita mendekatkan telinga tanda siap mendengarkan. Dia perlu belajar banyak.

"Dini hari kemarin, ada hantu yang berkeliaran di depan kamarnya tuan Farrel. Butler yang lewat di sana, melihat orang asing yang penuh luka. Tapi, begitu didekati, orang itu hilang." Cerita Riri dengan penekanan menarik agar terdengar seram.

"Duh, kita bakal lewat di sana. Gimana ini?" Kata Mita panik.

"Itu cuma gosip. Lagian ini belum tengah malam." Hibur Riri.

Biarpun dihibur, tetap saja Mita tidak bisa mengendalikan ketakutannya. Semakin dekat dengan pintu kamar Farrel, dia memegang tangan Riri makin erat. Melihat ini, Riri tersenyum jahil dan malah mendorong Mita ke depan.

"Aah!" Teriak Mita kaget begitu tangan Riri terlepas darinya. Dia langsung terdorong ke pintu kamar Farrel sehingga rasa takutnya meledak. Perlu beberapa lama sebelum Mita berhenti gemetar. Begitu tersadar, Riri sudah cekikikan hingga perutnya sakit.

"Udah dibilang ngga ada apa-apa. Ayo jalan!" Kata Riri menarik tangan Mita yang masih takut. Anak baru ini terlalu lugu dan percaya apapun. Cerita hantu murahan seperti ini saja sudah bisa menakutinya.

"Tapi tetap aja nakutin." keluh Mita.

"Aku bohong." kata Riri yang kemudian tertawa.

"Ish. Jahat banget." gerutu Mita yang akhirnya tenang. Merekapun kembali berjalan menuju tangga.

Keduanya tidak tahu kalau ketika mereka melangkah menjauh, pendar cahaya merah terlihat merekah sejenak kemudian hilang di depan pintu kamar Farrel itu.

***

Eternal Sun and Moon Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang