1.45. Tiga Yogi 3

80 13 2
                                    

Karena Jacob tidak mau menjawab pertanyaan terakhir, Lukaspun tidak memaksa. Dia beralih ke pertanyaan yang lebih penting. "Lalu apa yang harus aku lakukan agar Farrel tidak dibantai oleh energi spiritualnya?"

Karena melihat tujuan Jacob memang untuk menyelamatkan Farrel, Lukas mau tahu jika dia punya solusi.

"Ada tiga hal yang bisa kamu lakukan. Pertama, putuskan ikatan energimu dengannya. Tapi, aku yakin kamu tidak akan melakukan ini. Selain akan berdampak buruk pada kalian, aku tahu kamu tidak mau ikatan kalian terputus.

"Cara kedua adalah melatih suamimu itu untuk segera mencapai pencerahan. Jika kalian berdua sama-sama yogi, permasalahan itu tidak akan ada lagi. Namun, kamu tidak punya banyak waktu jika memilih ini.

"Cara ketiga, kalau Farrel tidak mencapai pencerahan, kamu bisa menyerah dan merosot menjadi manusia biasa lagi. Jika itu yang kamu lakukan, kamu tidak lagi bisa melampaui kematian sehingga tidak lagi bisa memilih kemana akan bereinkarnasi. Kehidupan ini mungkin kehidupan terakhir kalian untuk bersama.

"Aku tahu cara ke tiga juga bukan cara yang kamu sukai. Karena itu, kamu harus menarik Farrel mencapai pencerahan spiritualnya. Jika kamu masih ingin mempertahankan ikatan kalian, kamu tidak punya pilihan lain selain jalan kedua.

"Farrel juga harus menyelesaikan semua tugas kelahirannya di kehidupan ini tanpa gagal. Jika dia gagal, jiwa kalian akan masuk sungai penderitaan. Kalau begitu, ikatan kalian juga akan dikikis habis oleh sungai itu." Jelas Jacob.

Saran Jacob terdengar masuk akal. Mungkin memang tidak ada pilihan lain. Masalahnya, Lukas tidak tahu bagaimana caranya mendidik seseorang untuk mencapai pencerahan. Apa yang terjadi padanya unik dan dia tidak pernah berpikir kalau hal spiritual itu terjadi padanya. Dia yang bisa dikatakan atheis malah mencapai pencerahan. Sangat jelas kalau konsep untuk hal ini sangat abstrak sehingga Lukas tidak tahu harus memulai darimana.

Meskipun bingung, dia tidak mau bertanya lebih jauh pada Jacob. Dia belum bisa percaya pada orang ini sehingga sebaiknya tidak bergantung.

Setelah terdiam cukup lama untuk berpikir, Lukas memutuskan untuk tidak melanjutkan diskusi dengan Jacob sebelum dapat memahami lebih jauh apa yang tadi mereka diskusikan.

"Ada lagi yang mau kamu katakan?" Tanya Lukas terakhir kali.

"Berhati-hatilah pada artifak milik Iksvaku."

***

Di sebuah lab yang dipenuhi tumpukan gelas kaca, peralatan aneh, dan binatang-binatang kecil, Lina duduk santai sambil memakan permen. Ayahnya terlihat serius dan sibuk sehingga dia hanya menonton tanpa mengganggu. Wajah imutnya tersenyum melihat Isaac yang bekerja keras.

Isaac sendiri masih tekun mengobservasi hasil percobaannya kemudian mencatatnya dengan rapi ke atas kertas. Semua data itu akan dia serahkan pada Rembulan sehingga dia menuliskannya dengan mendetail. Hasil yang dia dapat cukup memuaskan dan itu membuatnya semakin percaya diri.

Begitu selesai menulis, Jacob menutup buku catatannya dan mengalihkan perhatian ke Lina. Sebuah ide tercetus di pikirannya dan dia tiba-tiba ingin melakukan hal absurd dengan bertanya pada putrinya itu tentang keajaiban kelahiran yang dilihatnya.

"Ayah penasaran. Dulu gimana caranya kamu bisa hidup." Tanyanya ingin tahu. Setelah dipikir-pikir, baru kali ini dia mempertanyakan hal ini pada Lina. Dia selalu merasa kalau Lina adalah anak lugu yang tidak akan tahu apa-apa jadi dia tidak terpikir untuk menanyakan itu.

"Itu karena aku Yogi, ayah. Aku bisa masuk ke badan ini dan memberinya energi tanpa masalah." Jawab Lina. Tanpa diketahui siapapun, anak itu sebenarnya tahu proses kelahirannya. Kenyataan itu membuat Isaac tercengang.

"Kamu masuk ke badan ini?" Tanyanya memastikan.

"Iya. Aku menunggu lama sampai ayah menciptakan badan yang pas untukku. Begitu badan ini selesai, aku langsung memasukinya." Jawab Lina dengan suara melengking khas anak-anak.

"Kalau gitu, Apa kamu tahu gimana caranya agar ayah bisa membuatkan anak untuk seseorang?"

"Yah, semua badan yang ayah buat sudah sempurna. Yang kurang adalah roh yang mau dan mampu mengisi badan itu. Kalau roh itu tidak muncul, jangan berharap."

"Gimana agar roh itu muncul?"

Lina tidak langsung menjawab pertanyaan itu dan malah mengangkat bahu. "Entah. Itu suka-suka mereka mau datang atau ngga. Semua roh punya kehendak dan karmanya masing-masing jadi kita harus tahu badan seperti apa yang cocok dengan mereka."

"Lalu kenapa kamu mau mengisi badan yang ini?"

"Aku cuma mengikuti intuisi."

***

Malam sudah sangat larut ketika Lukas kembali ke kamar dan tidur di sebelah Farrel. Pikirannya penuh oleh banyaknya informasi dari Jacob. Meskipun begitu, dia menyimpan semua itu di memorinya kemudian memasuki selimut. Setelah memeluk suaminya, dia merasakan kalau Farrel balas memeluknya kemudian mencium kening.

"Tadi pergi kemana?" Tanyanya setengah berbisik.

"Aku bertemu dengan Jacob." Jawab Lukas.

"Kenapa pergi diam-diam? Apa yang diinginkan orang itu?"

"Tadi kamu begitu emosional kemudian tidur lelap. Aku ngga punya kesempatan memberi tahu. Ada banyak hal yang kami bicarakan tadi. Tapi aku ngantuk, akan aku ceritakan besok." Jelas Lukas kemudian menutup mata.

"Sayang, aku tadi bermimpi buruk."

"Apa kamu terbangun karena itu?"

"Iya. Ketika aku bangun kamu ngga ada. Aku takut." Rajuk Farrel mencari perhatian. Lukas kembali membuka mata dan menatap suaminya malas. Farrel masih saja suka menghalalkan segala cara agar diperhatikan.

"Apa yang kamu takutkan? Mimpi itu?" Tanyanya.

Mendengar pertanyaan itu Farrel tersenyum. "Aku takut kamu meninggalkanku." Jawabnya manja. Setelah menjawab itu, dia mengambil kesempatan untuk menciumi pipi suaminya.

"Honey, gimana kalau kita kembali tidur. Aku ngga mau bangun kesiangan besok. Kita masih ada latihan pernafasan yang perlu dilakukan." Kata Lukas setelah membiarkan Farrel menjadi sangat romantis.

Mendengar tentang latihan pernafasan itu, Farrel mengerang dan malah semakin termotivasi untuk tidur terlambat. Dia malah mengganggu suaminya agar menemaninya begadang. Membayangkan Lukas versi dosen saja sudah membuatnya tertekan. Dengan segala cara dia akan menghalangi versi itu muncul ke permukaan.

"Aku ngga mau bangun pagi. Malam terlihat sangat indah, apa kamu ngga tertarik untuk jalan-jalan?" Tanya Farrel menawarkan.

"Latihan untukmu penting. Kamu harus segera mengendalikan energimu dengan baik. Jadi tidurlah segera."

Sayangnya Farrel tidak mau segera tidur. Dia malah mendapat ide lain yang bisa digunakan untuk menghalangi suaminya bangun pagi. Dengan gaya penceritaan film horor, dia memberi tahu Lukas mimpi yang dia lihat.

"Mimpiku terasa nyata. Aku melihat gurun yang dipenuhi dengan mayat dan darah. Tempat itu aneh, mayat-mayat itu ukurannya terlalu besar. Warna merah seperti menguap dan menyelubungiku. Di tengah semua itu, aku berjalan sendiri dan bertemu dengan seseorang yang mengerikan. Seluruh tubuhnya penuh luka, tangannya menyeret sebuah kepala raksasa yang potongan lehernya masih meneteskan darah. Aku kira orang itu akan membunuhku. Tapi, begitu dekat, dia malah mengatakan sesuatu yang mengejutkan."

"Dia bilang apa?"

"Dia bilang kalau dia akhirnya menemukan orang yang memiliki pasangan seorang yogi. Orang itu mau jadi anak kita." Jawab Farrel sambil menggeleng. "Sepertinya permasalahan anak ini mengganggu alam bawah sadarku. Aku harap kita segera mendapat solusi masalah ini. Kalau tidak, kita terpaksa bergantung pada Isaac."

***

Eternal Sun and Moon Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang