1.40. Firasat Seorang Ibu

79 13 0
                                    

Langit hari ini terlihat cerah tanpa adanya awan yang mengotori. Hujan musim panas sudah lewat sehingga tidak banyak uap air yang tersisa di atmosfer. Dengan keuntungan itu, Jacob memperhatikan lokasi benda-benda langit dengan teliti. Dalam pengamatan mata hijaunya, ekor bercabang galaksi terlihat seperti dua sungai cahaya yang menyatu. Namun yang dia ingin cari bukan itu melainkan lokasi beberapa bintang dominan yang terlihat berkilau terang.

"Terlalu cepat." Bisiknya. Beberapa hari terakhir pergerakan bintang-bintang itu memang terlalu cepat. Jika terus seperti itu, mereka akan mencapai titik temu lebih awal daripada perkiraan.

***

Malam itu adalah malam pertama ketika satu keluarga Iksvaku berkumpul untuk makan malam bersama. Hal ini jarang tercapai mengingat Lith seringkali makan di ruang kerjanya sementara Farrel dan Lukas tinggal di asrama. Karena cukup istimewa, Ana meneliti semua yang hadir kemudian menyuruh pelayan membawakan desert spesial untuk menutup makan malam itu nanti.

Melihat menu yang tersedia, Lukas terdiam begitu lama sebelum menyentuh alat makannya. Di hadapannya berjejer semua makanan kesukaannya dan kesukaan Farrel. Mengingat persiapan makan malam ini harus dilakukan sejak siang, Lukas merasa kalau dia memang sudah salah paham pada Lith dan Ana. Sebelumnya dia mengira kalau mereka akan menghabisinya karena sudah membuat perkara. Ternyata tidak ada niatan seperti itu sama sekali.

Karena Lukas hanya memandangi apa yang ada di meja tanpa menyentuh apapun, Ana menoleh ke arahnya. Kedua pasang mata mereka bertemu dan seakan bisa berkomunikasi. Setelah komunikasi non verbal itu, Lukas akhirnya meletakkan napkin di pangkuannya dan membalik piring di hadapannya.

Bukan hanya Lukas yang menyadari kondisi di depannya. Farrel juga melihat niatan ibunya dari apa yang ada. Lith mungkin jengkel karena dampak yang terjadi namun Ana sepertinya mengambil jalan damai. Dengan wajah yang tidak banyak mengubah ekspresi, Farrel memperhatikan kedua orang tuanya bergantian. Lith terlihat sudah meninggalkan kekesalannya dan Ana terlihat seperti pertapa yang tidak memunculkan ekspresi bahagia maupun sedih. Meskipun begitu, Farrel yang hafal pada sikap ibunya, tahu kalau bukan ekspresi itu yang perlu diperhatikan melainkan apa yang sudah dilakukan Ana.

"Jadi, gimana kabar kalian? Aku belum sempat menanyakan ini tadi." Kata Farrel memulai pembicaraan. Kalau mengikuti aturan tata krama, dia seharusnya tidak berbicara apapun di meja makan sebelum diijinkan ayahnya. Namun, dia sudah terlalu sering melanggar aturan itu sehingga semua yang hadir sudah terbiasa.

"Tidak baik." Jawab Lith tanpa menyembunyikan kesulitannya beberapa hari terakhir. "Terlalu banyak masalah yang harus ditangani dan sampai sekarang banyak yang belum selesai." Tambahnya. Tanpa mengatakan lebih jauh, tiga orang lainnya bisa paham kalau semua masalah itu dikarenakan oleh dua anaknya.

"Daripada memikirkan seberapa banyak yang belum selesai atau penyebab kenapa semua itu bisa terjadi, gimana kalau aku bantu menyelesaikannya? Kalau begitu, kondisinya akan lebih baik kan? Toh ngga ada gunanya menyesali apa yang terjadi. Yang bisa dilakukan cuma memperbaiki apa yang rusak." Kata Farrel yang akhirnya tidak lagi bersikap defensif pada orang tuanya.

"Emangnya kamu bisa apa?" Tanya Lith tidak percaya. Memangnya apa yang bisa dilakukan anaknya yang cuma tahu membuat masalah ini?

"Yah, jangan terlalu berprasangka. Aku mungkin ngga bisa melakukan apapun tapi Lukas mungkin bisa membantuku." Sahut Farrel atas keraguan ayahnya. Di mengambil semangkuk salad kemudian diletakkan di hadapan Lukas. Seakan menantang ayahnya, Farrel mencium rambut suaminya setelah meletakkan mangkuk salad itu.

"Makan dulu. Soal yang lain kita bicarakan nanti saja." Kata Ana datar.

Setelah kalimat itu, Farrel tidak mengatakan apapun lagi. Lith juga mengambil beberapa makanan di meja tanpa berkomentar. Mereka berempat memulai makan malam dalam keheningan.

Meskipun hanya ada suara benturan alat makan dan piring, kemesraan Farrel dan Lukas tidak tersembunyi sama sekali. Setelah memperoleh ingatannya, Farrel kembali pada kebiasaannya untuk mengambil sesuatu dari piring Lukas atau meletakkan makanan yang Lukas sukai di atas piring suaminya. Mereka sudah berperilaku seperti itu selama lebih dari 30 tahun sehingga Farrel melakukannya tanpa berpikir. Lukas juga sesekali membalas yang Farrel lakukan dan mengundang lirikan semua yang ada di ruangan itu.

Keanehan dua orang itu membuat Ana meletakkan alat makannya dan memperhatikan. Dua orang di depannya terlihat seperti pasangan yang sudah begitu lama bersama sehingga kebiasaan buruk pasangannya sekalipun sudah menjadi bagian yang menyatu di kehidupan mereka. Lihat saja bagaimana Farrel menanggapi pandangan tajam Lukas hanya dengan senyuman. Setelah tersenyum senang, dia menarik sendok yang hampir dia gunakan untuk menyuapi kekasihnya.

"Sejak kapan kalian bersama?" Tanya Ana. Dia begitu penasaran sehingga melanggar kebiasaannya untuk tidak mengatakan apapun selama makan.

"Cukup lama." Jawab Farrel tidak spesifik.

Jawaban itu mengundang kecurigaan Ana namun tidak bisa dia urai sama sekali. Bagaimanapun dia mengenal anaknya sejak dalam kandungan sehingga sulit menerima apa yang terjadi di hadapannya. Farrel terlihat berbeda namun di saat bersamaan juga tidak berubah. Anaknya yang selalu menjaga jarak dengan Lukas itu tiba-tiba tahu makanan apa yang Lukas sukai. Lukas juga seperti tahu apa yang akan Farrel ambil dari piringnya dan menyisihkan makanan itu ke tepian agar mudah dijangkau. Hal seperti ini tidak mungkin mereka lakukan dengan alami jika baru menjalani hubungan selama 2 atau 3 bulan.

Karenanya, Ana menatap ke arah Lukas dengan wajah penuh pertanyaan.

***

Markas Rembulan dipenuhi bisik-bisik gosip sejak Farrel merekrut Isaac. Setiap seseorang melewati pintu lab ilmuan itu, mereka selalu mendengar keributan aneh mulai dari suara tikus hingga suara burung. Selain itu, denting suara peralatan juga terdengar menakutkan sehingga banyak cerita absurd yang beredar tentang apa yang dilakukan Isaac di balik pintu rahasianya.

"Isaac membuatku terinspirasi membuat cerita horor." Kata Isla yang berkunjung untuk menerima bayaran.

"Buat aja. Nanti kalau cukup bagus akan aku masukkan ke tabloid." Kata Jyoti. "Oh iya, karena kamu ngomongin itu, aku jadi ingat. Rekan Rembulan memintamu membuat novel. Dia meminta novel romantis yang mirip dengan cerpen yang dikirim untuk Noble's Secret."

"Novel?" Tanya Isla memastikan.

"Iya novel. Katanya dia akan menerbitkannya jika puas." Sahut Jyoti.

Mendengar itu, Isla masih ragu namun menyimpan usulan itu di kepalanya. Dia mulai memikirkan apa yang perlu dia tulis.

Ketika Jyoti dan Isla mengobrol, Isaac sibuk membaca catatan yang dituliskan Rembulan untuknya berkali-kali. Kromosom, DNA, pembelahan, zigot, dan istilah-istilah lain memenuhi buku catatan itu. Lukas sendiri bukan ahli biologi sehingga ia hanya menuliskan apa yang dia ingat. Beberapa prosesnya tidak dia jelaskan mendetail sehingga Isaac perlu bermain dengan kumpulan tikus percobaan untuk memahami apa yang hilang dari informasi yang diberikan.

Meskipun ada banyak hal yang perlu dilakukan, Isaac malah semakin antusias. Dia mengambil salah satu tikus betina kemudian meletakkan tikus itu di kandang isolasi transparan. Kedua matanya berkilau dan pupilnya melebar.

***

Eternal Sun and Moon Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang