1.47. Itu Menyakitkan

85 13 2
                                    

Lith perlu mendengar banyak argumen sebelum akhirnya mempercayakan pada Farrel tugas untuk membereskan semua petisi yang menumpuk. Dia sebenarnya masih jengkel namun Ana malah membela anaknya sehingga Lith kalah suara. Menurut Ana tidak akan masalah jika mereka memberikan Farrel asisten yang bisa diandalkan.

"Kalau Farrel merasa dia bisa menyelesaikannya, apa masalahnya? Toh dia sudah membangkitkan kekuatan mistik sehingga dia punya sedikit perlindungan ketika menghadapi pendeta di kuil mereka. Aku mau lihat sejauh mana anak kita bisa membereskan masalah yang dia buat." Kata Ana yang akhirnya menghentikan diskusi.

Di ruangan itu, hanya Lukas yang tidak mengatakan apapun. Namun itu tidak penting karena sepertinya dia akan membela kekasihnya apapun yang terjadi. Entah apa yang digunakan Farrel sehingga Lukas mau saja mengikuti semua ide-idenya.

Karenanya Lith hanya bisa bersungut-sungut. Ketika mengajak Farrel memasuki ruang rahasia istana Iksvaku, Lith masih menolak berbicara.

"Yah, ayah ngga perlu ngambek seperti itu. Belajarlah lebih dewasa sedikit." Komentar Farrel karena melihat ayahnya merengut sepanjang jalan.

Lith yang tersinggung menyahuti dengan ketus. "Kamu yang harusnya belajar lebih dewasa."

Dia tidak terima diperlakukan seperti anak-anak oleh anaknya sendiri. Kalau Ana yang mengomentarinya, dia bisa menerima namun dia tidak mungkin menerimanya jika komentar itu datang dari Farrel. Tidak pernah sekalipun anaknya itu menunjukkan kedewasaan sehingga Lith merasa dihina oleh komentar tadi.

"Aku udah capek jadi orang dewasa." Sahut Farrel.

Tidak mengacuhkan jawaban putranya, Lith membuka pintu bawah tanah kemudian mengajak Farrel menuruni tangga. Mereka turun cukup lama hingga sampai di sebuah area luas yang diterangi puluhan lampu. Tepat di tengah ruangan, sebuah tongkat tertancap tegak dan diselimuti cahaya kemerahan.

Begitu melihat benda keramat itu, seluruh sel Farrel merinding. Ruangan kosong di sekitarnya berubah menjadi tanah lapang yang dipenuhi mayat dan darah. Di tengah semua itu, dia kembali bertemu dengan laki-laki yang hadir di mimpinya kemarin.

"Apa kamu melihat yang ayah lihat?" Tanya Lith di samping Farrel.

***

Beberapa hari dengan banyak kejadian yang menantang mental sebenarnya membuat Lukas cukup lelah. Namun, dengan kembalinya Farrel, semuanya terlewati dengan menggembirakan. Masih ada banyak hal yang perlu dikerjakan tapi Lukas tidak merasa khawatir sejauh suaminya ada bersamanya.

Dulu pun seperti ini. Hidupnya banyak dikejar bahaya sementara Farrel dibebani perusahaan yang menjadi tempat bergantung banyak orang. Di kehidupan itu, mereka baru sempat beristirahat setelah anak-anak Farrel mampu menggantikan mereka untuk menanggung tanggung jawab itu.

Merasakan kemiripan, Lukas menghela nafas sambil memandangi langit dari balkon. Lima tahun terakhir terasa seperti liburan. Setelah Farrel yang asli muncul, tiba-tiba semua kesibukan menerpa tanpa berhenti. Iya, hari-hari berat itu terjadi setelah Farrel mendapat ingatannya kembali.

Terpikir akan kenyataan itu, raut wajah Lukas berubah. Dia mulai melihat semuanya dari sudut pandang lain. Jangan-jangan suaminya itu yang sebenarnya membawa banyak masalah. Jangan-jangan dia akan masih tenang-tenang saja kalau Farrel masih lupa akan dirinya. Gara-gara dugaan itu, tiba-tiba Lukas memasuki dilema. Pikirannya mulai menyimpang ke arah berlawanan.

Untung saja suara langkah teratur terdengar sehingga Lukas tidak sempat mempermasalahkan suaminya. Dari pintu balkon, Ana muncul dengan membawa cangkir teh yang masih beruap.

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Ana setelah berada di samping Lukas.

Lukas menggeleng. Dia hanya merenungi hal yang tidak penting.

"Lukas, mama mau tanya sekali lagi. Apa kamu serius mau bersama Farrel?" Tanya Ana dengan pengucapan pelan.

"Iya." Jawab Lukas singkat. Dia mulai merasa tidak enak. Apa Ana akan memakinya karena ini? Karena menyeret Farrel menjadi gay?

"Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik. Memasuki keluarga Iksvaku bukan hal yang menyenangkan." Ujar Ana yang kemudian menyeruput teh di tangannya.

"Apa mama ngga marah? Aku bukan perempuan. Kami baru pacaran dan semua masalah ini sudah terjadi."

"Bukannya kalian sudah menikah? Farrel bilang gitu kan?"

Mendengar pendapat itu, wajah Lukas langsung memanas. Kebingungan suaminya itu akan dianggap hal sinting sekarang.

Namun, berlawanan dengan dugaan Lukas, Ana tidak menertawakan pernyataan Farrel itu. Dia malah bicara serius. "Ada banyak keanehan yang dimiliki keluarga bangsawan. Sekedar menyukai laki-laki bukanlah yang paling aneh. Jadi itu tidak begitu penting untuk mama." Kata Ana dengan nada suara datar. "Yang mama khawatirkan adalah hal lain."

"Hal lain?"

"Iya. Mama khawatir karena kamu ngga tahu manifestasi sebenarnya dari efek balik kekuatan mistik Iksvaku. Semakin sering Farrel menggunakan kekuatannya, cinta kasihnya akan terkikis. Orang pertama yang akan merasakan itu adalah kamu. Apa kamu ngga mau memikirkan baik-baik? Kamu mungkin akan kehilangan kasih dari orang yang kamu cintai dengan cepat tanpa bisa kamu duga. Itu menyakitkan." Jelas Ana.

Lukas terdiam kemudian menoleh ke arah taman di bawahnya. Kemarin Jacob juga mengatakan hal yang sama. 'Terakhir, Iksvaku kehilangan cinta kasih.' Itulah yang dikatakan.

"Tapi ayah kelihatannya ngga mengalami itu." Sahut Lukas setelah berpikir. Dia melihat kalau Lith masih normal-normal saja.

"Dia mengalaminya. Hanya saja sejak Jacob muncul, efek balik itu jauh berkurang. Sebelumnya sangat buruk. Sekarangpun belum benar-benar kembali seperti sebelumnya." Jawab Ana dengan pandangan menerawang. Setelah mengatakan itu, dia menghela nafas berat.

Karena Ana terlihat mengenang pengalaman buruk, Lukas tidak bertanya lebih jauh. Pikirannya fokus ke arah lain. Dia mulai berandai-andai jika itu terjadi pada Farrel. Setelah membayangkannya, Lukas malah ingat pada masa lalu dan bukannya masa depan. Hal itu sebenarnya sudah terjadi. Farrel sudah pernah melupakannya. Saat itu, rasanya memang sepi dan agak menyakitkan namun tetap saja Lukas merasa nyaman melihat suaminya ada dalam jangkauannya.

"Aku terlanjur mencintainya. Meskipun itu terjadi, aku mungkin ngga bisa pergi. Jadi aku tidak akan mengubah keputusanku." Kata Lukas menjawab kekhawatiran Ana.

Jawaban Lukas itu membuat Ana menghela nafas lagi. Dia menyentuh pundak Lukas kemudian menepuk beberapa kali. "Kalau begitu, jadilah lebih kuat. Jangan biarkan Farrel bertindak terlalu impulsif. Ada orang berkuasa yang menginginkan kehancuran kita jadi kamu harus menyiapkan diri untuk menghadapi orang itu."

"Apa mama benar merestui kami?" Tanya Lukas memastikan. Kenyataan ini sulit dia percaya karena di kehidupan sebelumnya dia hanya punya Farrel. Gara-gara reputasi Farrel yang buruk dan hubungan mereka yang tidak normal, hampir semua orang tidak menyukai kebersamaan mereka. Bahkan teman-teman dekat Lukas sekalipun awalnya menentang. Penerimaan ini terlalu bagus sehingga Lukas ragu-ragu.

"Kalau mama berniat untuk memisahkan kalian, mama bisa membuangmu ke tempat jauh dengan kemampuan yang mama punya. Kamu tidak akan bisa melawan itu dan tidak akan pernah bisa kembali lagi. Mama sejak awal tidak ingin menghalangi kalian." Jawab Ana.

"Kenapa begitu? Aku kira ayah dan mama tidak akan pernah merestui ini."

"Mungkin karena beberapa tahun ini mama sudah belajar menyayangimu seperti anak sendiri. Mungkin juga karena mama merasa tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Selain itu..." Ana berhenti sejenak. "Mama juga tahu rasanya tidak berdaya mencintai seseorang."

***

Eternal Sun and Moon Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang