1.13. Lukas?

159 19 0
                                    

Di ruang kerjanya yang hangat dan nyaman, Lith tiba-tiba bersin. Dia tidak sakit dan tidak punya alergi sehingga dia agak heran kenapa bersin tiba-tiba. Apa ada yang memakinya?

Untungnya kejadian kecil itu tidak begitu penting sehingga dia melupakannya segera. Dia kembali berfokus pada apa yang ada di hadapannya karena pekerjaannya menumpuk. Ada banyak laporan gara-gara terjadi kekacauan di area yang dia kuasai. Di samping itu ada beberapa bangsawan bawahannya yang mulai menjauh dan mencari penyokong baru. Mereka sepertinya berspekulasi kalau Iksvaku akan jatuh sebentar lagi. Semua Viscount dan Baron itu terlihat tidak sabaran dan mendekati tiga keluarga Duke atau keluarga Count yang lain.

Spekulasi dan sikap pengecut mereka membuat Lith dongkol tapi tidak cukup marah. Meskipun mengesalkan, setidaknya dia bisa melihat siapa yang setia padanya dan siapa yang tidak. Setelah Farrel melewati krisis, kondisi akan jauh lebih baik dan mereka akan bangkit lebih kuat. Saat itu, barulah dia akan menghajar semua pengkhianat itu.

Sekarang dia semakin optimis karena Farrel tidak lagi mengirimkan keluhan rutinnya tentang Lukas. Biasanya dia akan mempertanyakan saudaranya itu dan meminta Lith mengusir Lukas ke tempat jauh. Lama kelamaan ramalan Jacob semakin bisa dipercaya sehingga dia menjadi tenang. Dengan begini, Lith tinggal menyiapkan ritual rahasia untuk digelar ketika ulang tahun Farrel nanti.

Tepat ketika Lith menghela nafas lega, Sekretarisnya membuka pintu dan melaporkan sesuatu.

"Tuan, ada undangan pesta dari Yang Mulia Baginda Raja."

Gara-gara undangan itu, kelegaan Lith langsung hancur. Dia baru ingat kalau ada harimau yang menunggu waktu untuk memakannya. Orang yang mengundangnya ini jelas hanya ingin memonitor kondisinya dan memastikan Iksvaku tidak akan bertahan lama. Di pesta itu dia perlu terlihat suram dan kehilangan harapan sehingga Raja mengira keluarganya benar akan hancur.

***

"Rel, ada Lukas sama Regal tuh." Kata Elio dengan pandangan mata melirik ke arah tertentu.

Mengikuti lirikan mata itu, Farrel menemukan kekasihnya sedang berjalan berdua dengan orang yang paling tidak dia sukai. Wajah Lukas masih tanpa ekspresi seperti biasa sementara Regal terlihat penuh senyum palsu seperti dirinya yang biasa juga. Setelah melihat tidak ada yang perlu diperhatikan dari Regal, Farrel menoleh ke arah kekasihnya yang terlihat tinggi dan seksi. Ketidaksukaannya pada Regal langsung terlupakan karena dada Farrel memanas akibat ingat malam intimnya dengan Lukas.

Kekasihnya itu terlihat tidak tersentuh kalau sedang dingin seperti sekarang. Namun jika mata rembulan itu mengandung hasrat, Lukas terlihat menawan dan tampan. Mengingat wajah berkeringat Lukas ketika bersamanya, mata Farrel langsung berkilau tajam dan menatap kekasihnya lurus-lurus.

Salah paham atas pandangan tajam Farrel yang seperti ingin memangsa seseorang, Owen menghisap rokoknya dan berpikir kalau Farrel sedang memikirkan hal-hal kejam. "Rel, apa kamu masih marah pada saudaramu itu? Jangan pikirin dia. Kamu cuma akan mengundang reputasi buruk kalau merundung saudaramu sendiri." Katanya.

Sayangnya Farrel terlalu terpesona untuk mendengarkan peringatan Owen yang tidak penting. Matanya mengikuti perjalanan Lukas yang sepertinya makin dekat ke arahnya. Benar saja, setelah beberapa langkah, Lukas langsung menyadari keberadaan Farrel. Saat dua pasang mata mereka bertemu, wajah dingin Lukas sedikit menghangat dan binar matanya terlihat lebih lembut.

Koneksi sepasang kekasih itu hanya terjadi sesaat karena Lukas berbelok menuju kelasnya. Dia berpisah dari Regal dan kemudian berjalan sendiri. Meskipun begitu, pandangan Farrel masih mengikuti kekasihnya hingga Lukas tidak terlihat lagi. Bahkan dari belakang sekalipun tubuh menawan itu masih memerangkapnya.

Interaksi sesaat Farrel dan Lukas itu membuat Owen yang tadinya menasehati Farrel, menurunkan rokoknya. Dia memperhatikan temannya yang terlihat kerasukan dengan pandangan menyelidik. Elio di sebelahnya tidak menyadari apapun dan malah sibuk dengan makanannya.

Setelah Lukas menghilang dari pandangan dan Farrel kembali pada kacang di depannya, Owen sudah mendapat kesimpulan mengejutkan. Dia tidak bisa menikmati rokoknya lagi dan meletakkan benda itu di atas asbak. Kepalanya sudah menyusun strategi untuk mendapatkan bukti dari perkiraannya.

"Aku jadi penasaran." Kata Owen meminta perhatian. Farrel dan Elio langsung menoleh. "Orang yang membuatmu banyak mengkhayal itu, apa udah jadi pacarmu sekarang? Soalnya kamu kelihatannya lebih santai, Rel." Tanya Owen.

"Iya bener." Dukung Elio yang baru menyadari kalau Farrel tidak lagi seperti orang yang melanglang buana ke dunia fantasi.

Ekspresi Farrel langsung berubah mendengar pertanyaan itu. Owen tidak salah sama sekali namun temannya itu menyadarinya terlalu cepat. Meskipun agak kaget, Farrel menjawab jujur. "Iya."

"Orangnya seperti apa sih?" Owen melanjutkan pertanyaan seraya mengambil kaleng minuman.

"Dia misterius tapi menarik." Jawab Farrel santai. Mendengar jawaban itu, Owen mengerjap. Perkiraannya sepertinya tidak salah.

"Apa dia pintar?" tanya Owen mencari petunjuk.

"Iya." Jawab Farrel singkat.

"Apa dia tinggi?"

"Iya."

"Pendiam?"

Farrel mengatakan iya lagi. Sahut-sahutan antara Owen dan Farrel itu hanya diperhatikan Elio sambil mengunyah. Mereka bersahutan dengan cepat dan Farrel menjawab tanpa berpikir.

"Kalian kenal lama?"

"Iya."

"Seumuran?"

"Iya."

"Lukas?"

"Iya." Jawab Farrel masih tanpa berpikir. Setelah mulutnya mengkhianatinya, barulah dia sadar akan apa yang dia bocorkan. Dalam sekejap wajahnya berubah pucat. Bukan hanya dia yang menjadi pucat, Elio juga seperti lupa bernafas kemudian tersedak.

"Jadi benar? Gimana ceritanya?" Tanya Owen menaikkan nada suara. Kenyataan ini juga mengejutkan untuknya. Bukannya semester lalu mereka masih bermusuhan?

Farrel langsung panik. Dia tidak tahu harus memulai cerita darimana. Selain itu, dia masih ragu jika ini perlu diceritakan atau tidak. Di kepalanya muncul berbagai pertanyaan yang memojokkannya. Bukannya Lukas tidak mau ada yang tahu hubungan mereka? Kalau dia ketahuan sudah membocorkan ini, apa Lukas akan marah? Farrel merasa masa depannya akan suram.

"Gimana kalau kita omongin nanti aja. Jangan sekarang." Kata Farrel dengan wajah memohon. Dia mau menghindari topik ini. Pikirannya juga langsung panik karena tidak tahu apa yang Lukas akan lakukan padanya gara-gara kebocoran rahasia ini.

"Oke." Jawab Owen langsung setuju. Mereka tidak berada di tempat yang cukup aman untuk membicarakan rahasia sehingga tidak protes. Selain itu skandal ini cukup menegangkan. Siapa sangka Farrel melanggar begitu banyak tabu dan malah berpacaran dengan Lukas.

***

Di tengah sebuah gurun, seorang laki-laki duduk bersila sambil memandangi udara yang terlihat bergoyang karena panas. Dia sudah kehausan namun tidak menemukan sumber air. Kalau begini, beberapa hari lagi dia mungkin tidak bisa bertahan. Sekarang saja dia sudah tidak sanggup bergerak dan kepalanya pening.

Di sebelahnya adalah keranjang yang penuh berisikan boneka berbagai jenis dan ukuran. Jika lebih teliti memperhatikan area sekitar orang itu, akan terlihat boneka-boneka pasir yang sudah hancur tertiup angin. Meskipun tidak ada gunanya membuat boneka dari pasir kering, laki-laki itu tetap saja tidak bisa berhenti.

Tak lama setelah laki-laki itu mengeluhkan hidupnya, seorang anak perempuan mendatanginya. Dengan kaki-kaki kecilnya, anak itu memanggil ceria sambil memegang wadah air dengan hati-hati. "Ayah, aku ketemu oase."

Mendengar berita itu, laki-laki itu langsung terharu. Dia selamat. Anaknya menyelamatkan hidupnya lagi.

"Lina, terima kasih. Ayah berhutang lagi padamu." Katanya saat Lina menyerahkan wadah air ke tangannya.

"Ayah cepat sehat, biar kita bisa jalan-jalan lagi." Kata Lina masih dengan ceria.

Laki-laki itu mengangguk bersemangat. "Mudah-mudahan kita segera ketemu kota ya."

***

Eternal Sun and Moon Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang