1.06. Mistik

184 27 4
                                    

Setelah pagi panas yang mereka lewati, perasaan Farrel pada saudaranya itu menjadi rumit. Dia masih perlu mencerna pengakuan Lukas yang sangat sulit diterima akal sehat dan juga merenungi apakah dia sudah jatuh cinta. Sayangnya, iblis itu tidak pernah membiarkannya bisa merenung dengan tenang. Sesekali Lukas mendatangi kamarnya di malam hari dengan alasan kalau dia sakit dan hanya merasa tenang ketika Farrel berada di sampingnya.

"Bukannya sakitmu cuma ketika bulan purnama?" tanya Farrel protes.

"Ini sakit yang lain." sahut Lukas tanpa berpikir. Setelah itu dia memasuki selimut Farrel tanpa ragu dan langsung tertidur lelap setelah menjatuhkan kepalanya di lengan saudaranya.

Jawaban itu membuat Farrel merasa ditipu. Tapi dia juga tidak bisa menghindar karena kepalanya dipenuhi ingatan ketika Lukas kesakitan. Karena iblis ini pintar memanfaatkan kebaikan hatinya, Farrel curiga kalau kejadian malam itu hanya sandiwara. Untungnya Lukas tidak meminta lebih sehingga Farrel melupakan kecurigaannya dan menjadi toleran.

Sayangnya, Farrel kecilnyalah yang tidak tahu diri dan meminta lebih.

Jika Lukas seperti itu, godaan menyesatkan akan menyerang ketenangan Farrel. Wajah damai Lukas di tangannya membuatnya ingin melakukan hal yang tidak-tidak. Yang lebih sial, dia merasa Lukas tidak akan menolak apapun dan semua hal tidak-tidak itu bisa terjadi asalkan dia membuatnya terjadi. Karena pikirannya yang melenceng, dia perlu mengendalikan diri lebih keras untuk bisa tidur.

Untung saja dia cukup kuat untuk tidak mengikuti kemauan bagian bawah tubuhnya. Selain itu, Lukas sepertinya cukup puas hanya dengan tidur di sampingnya dan tidak menggoda lebih jauh. Setiap terbangun esoknya, Farrel melihat kepuasan itu dengan jelas. Meskipun wajah saudaranya itu masih tanpa ekspresi, sepasang mata Lukas terlihat lebih ceria setiap kali malam seperti itu terjadi.

Setelah tiga minggu berlalu dan mereka perlu kembali ke akademi karena liburan musim panas sudah usai, Farrel makin frustasi. Hal ini karena dia dan Lukas berada di unit asrama yang sama. Dengan kata lain, mereka sekamar. Pengaturan ini awalnya terasa wajar karena mereka satu keluarga. Namun, setelah pagi tidak terkendali itu, Farrel jadi khawatir. Dia mungkin tidak bisa menahan dirinya lagi.

Karenanya dia meminta unit sendiri pada Lith. Sayangnya ayahnya tidak mengabulkan itu dengan alasan mereka dapat menjaga satu sama lain kalau bersama-sama. Masalahnya, Farrel perlu menjaga dirinya dari Lukas bukan dijaga oleh Lukas. Orang lain bukan masalah sama sekali. Yang menjadi masalah besar adalah saudaranya itu. Namun meskipun dibujuk terus, ayahnya tetap tidak mengabulkan permintaannya.

Penolakan ayahnya membuat Farrel tidak punya pilihan lain selain memperingati Lukas. "Jangan naik ke tempat tidurku tanpa ijin kalau nanti sudah di akademi."

"Iya. Aku akan selalu minta ijin." jawab Lukas tenang. Dia akan minta ijin kalau itu yang ingin dia lakukan. Meminta ijin dan diijinkan adalah sesuatu yang berbeda sehingga Lukas menjawab tanpa khawatir. Bisa saja dia tetap naik ke tempat tidur suaminya meskipun tidak diijinkan asalkan dia sudah meminta ijin. Permainan kata seperti ini sudah terlalu fasih dia lakoni karena suaminya yang selalu saja penuh muslihat. Di kehidupan ini, dialah yang akan mengajari Farrel apa yang disebut dengan penipuan dan permainan lidah.

Setelah selesai menenangkan Farrel, Lukas menerawang jauh dan terlihat mengenang sesuatu yang membuatnya bahagia. Karena ekspresi itu langka, Farrel penasaran dan bertanya.

"Kamu mikir apa?"

Pertanyaan itu membuat Lukas keluar dari lamunannya dan menoleh. "Aku cuma ingat kalau baru kali ini aku menggunakan nama belakangmu. Dulu meskipun sudah menikah, kita menggunakan nama belakang masing-masing." Jawabnya. Setelah dia renungkan, memakai nama belakang suaminya terasa romantis.

Eternal Sun and Moon Vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang