Malam setelah kegagalannya mengusir Lukas, Farrel kembali bermimpi aneh. Dalam mimpi tidak jelas dan seperti berkabut itu, dia menggandeng tangan seseorang dan berjalan mendekati sebuah altar. Langkahnya tegas dan penuh keyakinan, seakan-akan tidak ada apapun yang mampu menghalanginya. Hatinya terasa ringan dengan kebahagiaan yang seperti memenuhi segala sesuatu.
Tangan yang dia pegang terasa hangat dan suasana yang bercahaya lembut terkesan surgawi. Segalanya terlihat indah dan anggun. Bahkan semua karangan bunga terlihat hidup dan menyambutnya. Meskipun tidak terdengar jelas, suara alunan musik yang ada menyentuh hatinya sehingga Farrel tersenyum lebar.
Ketika seseorang berpakaian pendeta datang ke hadapannya, dia merasa begitu diberkati. Saat itu, dia seperti dianugerahkan sebuah kehidupan baru yang tidak akan terlupakan.
Kemudian, terdengarlah ucapan janji yang penuh ketidakjelasan. "Farrel &$*$&##$, bersediakah saudara menikah dengan &$$*&6&6 yang hadir di sini dan mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun duka, dalam kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan?"
"Saya bersedia." kata Farrel. Mulutnya bergerak sendiri. Di dalam mimpi seperti ini, seseorang tidak bisa mengendalikan apapun. Namun karena semuanya indah, Farrel tidak berusaha terbangun. Bagaimanapun pernikahan di bawah suasana suci ini akan menyentuh hati sehingga dia menikmatinya.
Prosesi berjalan cepat dan akhirnya yang Farrel tunggu terjadi. Sebuah suara menyenangkan terdengar. "Pengantin kini dapat mencium pasangannya."
Mendengar itu, hati Farrel langsung hangat. Dia akhirnya bisa mencium seseorang meskipun hanya dalam mimpi. Ini adalah mimpi yang mengharukan setelah semua perempuan yang dia sukai direbut oleh saudara angkatnya. Dengan kelegaan, Farrel menghadap pengantinnya untuk melihat seberapa menawan orang yang menikahinya.
Di depannya berdiri seseorang dengan setelan putih seluruhnya. Orang itu memiliki kulit putih yang menyaingi keindahan salju yang baru turun. Wajah itu berhiaskan bibir natural dan hidung tinggi. Mata rembulan orang itu berkilau penuh kebahagiaan dan menatapnya penuh cinta. Melihat wajah itu, jantung Farrel berdetak kencang dan hatinya tersentuh sesuatu yang lembut. Dia jelas jatuh cinta pada orang ini.
Kedua tangannya menjangkau wajah pasangannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah itu. Saat itulah logika menyerang mimpinya dan dia mengenali wajah itu sebagai wajah Lukas. Diapun terbangun dengan paksa. Begitu membuka mata, kepalanya langsung pusing.
Lukas lagi.
Dengan kejengkelan karena Lukas menghancurkan mimpi indahnya, Farrel bangun dari kasur kemudian berjalan keluar kamar. Waktu masih dini hari namun dia tidak peduli. Dia perlu menumpahkan kekesalannya pada manusia yang terus menerus mengganggu hidupnya di dunia nyata maupun dunia mimpi.
Setelah sampai di depan pintu kamar Lukas, Farrel membuka pintu dengan kasar. Dia baru akan memaki ketika kekesalannya langsung menguap karena melihat apa yang ada di depannya.
Dengan latar belakang pendar bulan purnama yang menembus jendela, Lukas meringkuk di atas sofa dengan mencengkram dadanya. Lukas terlihat sangat kesakitan dan wajahnya pucat. Kedua matanya tertutup rapat dibarengi dengan rahang yang dikeraskan seperti menolak untuk meringis. Di tengah ruangan yang sunyi, dia seorang diri menahan rasa sakitnya dalam diam.
Melihat kondisi Lukas, Farrel tercenung kemudian menutup pintu perlahan. Baru kali ini dia melihat saudaranya berada dalam kondisi selemah ini. Di akademi, Lukas seperti bisa melakukan apapun dan mendapat nilai terbaik hampir di semua bidang termasuk bela diri dan penggunaan senjata. Dia tidak pernah menyangka akan melihat Lukas yang meringkuk kesakitan tapi tidak berusaha meminta pertolongan.
Karenanya seluruh kemarahan Farrel lenyap. Dia mendekati Lukas untuk memeriksa apa yang terjadi pada saudaranya itu. Dengan hati-hati Farrel menyentuh wajah Lukas dan mendapati tangannya menyentuh wajah yang dingin seperti es. Diapun bertambah khawatir.
"Lukas, apa kamu mendengarku? Ada apa denganmu?" tanya Farrel pelan.
Suaranya sepertinya didengar jelas dan Lukas berusaha membuka matanya perlahan. Ketika Lukas baru membuka mata, Farrel melihat mata abu-abu yang terlihat kelam. Namun, ketika Lukas menyadari kehadirannya, cahaya memasuki sepasang mata itu dan rasa haru memenuhi wajah yang tadi terlihat menderita.
"Farrel..." panggil Lukas lemah kemudian tangannya menjangkau piyama yang Farrel kenakan. Dia bangkit dengan susah payah kemudian menjatuhkan kepalanya di dada orang yang ada di hadapannya.
"Apa kamu sudah ingat padaku?" tanya Lukas lirih. Dia belum pernah melihat Farrel yang peduli ini sejak menginjak dunia ini untuk pertama kali. Karena sakit yang dirasakan serta serangan memori yang terjadi cukup mengacaukannya, dia mengira Farrel sudah mengingat masa lalu mereka. Sayangnya dia salah.
"Ingat apa?" Farrel balik bertanya dengan bingung. Kekecewaan langsung memasuki Lukas yang sudah berharap. Diapun mengangkat wajahnya dan menatap Farrel penuh rasa pilu. Ternyata suaminya masih belum mengingatnya. Kenangan mereka mungkin tidak akan kembali di kehidupan ini. Karena itu, sepasang bola mata yang tadinya bercahaya, kembali kelam.
Perubahan ekspresi drastis itu mencakar hati Farrel. Namun, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Karenanya dia hanya bisa bengong ketika Lukas kembali menahan rasa sakitnya dan menenggelamkan wajah di dadanya. Ketika tersadar, Farrel mendapati seluruh badan Lukas dingin sehingga dia memeluk saudaranya itu erat. Dia hanya bisa melakukan itu karena tidak tahu apa yang terjadi dan tidak bisa bertanya jika Lukas masih seperti ini.
Pelukan itu sepertinya berhasil karena Lukas berangsur-angsur melampaui rasa sakitnya dan terlihat tidak setegang sebelumnya. Sedikit demi sedikit Lukas terlihat semakin rileks dan nafasnya lebih tenang. Farrel juga merasakan kalau badan Lukas semakin hangat di dalam pelukannya sehingga dia memeluk semakin erat.
Waktu berlalu cepat dan tanpa sadar mereka berada dalam posisi itu hingga cahaya rembulan tidak lagi terlihat dan warna violet mulai menggantikan warna hitam malam. Setelah menunggu sedikit lebih lama hingga warna jingga muncul, barulah Lukas keluar dari kondisinya. Dia mulai bergerak namun masih tidak mau keluar dari pelukan itu.
Melihat Lukas sepertinya sudah bisa diajak bicara, Farrel pun bertanya. "Ada apa denganmu? Kalau sakit, kamu selalu bisa memanggil dokter. Kenapa menahannya sendiri?"
Pertanyaan yang mengandung kepedulian itu sepertinya agak mengejutkan untuk Lukas yang diperlakukan asing selama lima tahun. Dia menatap Farrel heran. Tidak terima ditatap seperti itu, Farrelpun mendengus jengkel. "Apa kamu pikir aku orang yang segitu jahat yang bisa mengabaikan orang yang kesakitan?"
Kata-kata Farrel akhirnya mencerahkan Lukas. Dengan wajah kecewa, Lukas menghela nafas lelah.
"Maaf membuatmu khawatir. Aku ngga apa-apa. Hal seperti ini selalu terjadi setiap bulan purnama. Setelah pagi semuanya akan baik-baik saja asalkan aku bisa menahan sakitnya selama semalam. Ngga ada yang perlu dicemaskan jadi aku ngga memanggil dokter." jawab Lukas.
"Kamu ngga boleh memperlakukan dirimu seperti itu." kata Farrel tegas.
Merasakan kepedulian di balik omelan itu, ekspresi Lukas menjadi lebih lembut dan dia menatap Farrel dengan tatapan tidak biasa. Diserang dengan tatapan yang terlihat berisikan kerinduan itu, detak jantung Farrel mulai kacau. Sayangnya setelah menatap seperti itu, Lukas tidak mengatakan apapun dan malah masuk lebih jauh ke dalam pelukan suaminya. Kedua tangannya dilingkarkan di pinggang Farrel dan memeluk erat.
"Kalau kamu sudah sehat, aku akan kembali ke kamarku." kata Farrel setelah merasa ada yang tidak beres dengan ini semua.
"Jangan pergi. Aku masih membutuhkanmu." sahut Lukas keras kepala. Dia tidak mau melepaskan Farrel.
Sekali lagi Farrel merasa dijebak. Manusia di depannya ini memanfaatkan kejadian ini untuk semakin dekat dengannya. "Kamu pintar sekali mengambil kesempatan."
"Kamu yang mengajariku."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Sun and Moon Vol 1
FantasiSeme yang konyol, romantis, pandai merayu, tapi sesuka hati dan tidak terduga Uke yang cool, cerdas, pendiam tapi sering terbawa semenya melakukan hal-hal konyol Dua love bird yang bucin satu sama lain karena udah lama banget menjalin hubungan. Sepa...