3 - Lengkung cerah berseri,

2.6K 359 80
                                    

Banyakin komen yuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyakin komen yuk. Makin banyak komen, makin cepat update.

---

🔞🔞🔞

Trigger Warning: Chapter ini mengandung adegan dewasa, sexual assault, dan kekerasan. Mohon kebijaksanaan dalam membaca.

---

Begitu masuk mobil, Dhanti langsung disambut oleh senyum favoritnya sedunia. "Selamat ulang tahun, Sayang."

"Makasih." Serta merta, gadis itu bergelayut di lengan pacarnya dengan manja.

Mobil berbodi besar dan kokoh itu membelah berbagai rute di Jakarta yang ramai, mendatangi banyak sudut yang dihias merayakan hari kemerdekaan, menyaksikan berbagai ekspresi yang didominasi kegembiraan.

"Mau makan apa?" tanya Arif.

Bola mata Dhanti menyudut ke kanan atas, berpikir keras. Sebetulnya, perutnya lapar. Namun, giginya sedang pantang diajak berkompromi.

Selepas memilah-milah berbagai opsi dalam kepala, Dhanti menyebut tempat es krim kesayangannya. "Kita ke Melawai aja, aku mau Dairy Queen."

"Kamu kan lagi sakit gigi, Sayang. Emangnya gak papa, lagi sakit gigi makan es krim?"

"Gak papa. Aku mau pesan milkshake-nya aja," kilah Dhanti.

Begitulah sepasang muda-mudi ini menenggelamkan diri di tengah hiruk pikuk remaja. Pemandangan mobil lalu-lalang menghibur mata. Suara lantang sound system yang mendentumkan musik Top 40 memenuhi telinga. Di sudut jalan, ada kerumunan mungil yang gegap gempita. Sekelompok pemuda menggelar selembar kardus bekas dan bergantian melakukan break dance di sana. Tubuh mereka bergerak patah-patah, meningkahi musik dari radio besar yang suaranya bersaing dengan suara sound system.

Tidak ada suara yang benar-benar jelas terdengar. Dhanti tidak peduli. Ia ikut-ikutan menyumbang sorak, meletupkan kemeriahan dari jiwanya yang berbahagia.

Arif tidak terlalu banyak bicara. Nyaris sepanjang waktu, ia menjadi pengamat saja. Bibirnya senyum-senyum tipis menyaksikan Dhanti yang turut bergoyang mengikuti para penari break dance—gerakannya jauh dari kata bagus, lebih mirip belut sawah yang berusaha melepaskan diri dari kail pancingan. Namun, gerakan Dhanti itu lucu, sampai-sampai pemuda yang asyik menari memaksa Dhanti untuk bergabung. Gadis itu menolak keras, tidak mau goyang ubur-uburnya jadi bahan tertawaan masyarakat. Dhanti buru-buru mengajak Arif melipir pulang.

Di tengah ledakan musik, rentetan klakson, dan riuh kerumunan manusia, telinga Arif juga dijejali ocehan Dhanti. Netra Arif terpaku pada gerak bibir Dhanti, berusaha keras untuk membaca apa yang Dhanti bicarakan, karena suara serak Dhanti terbunuh oleh suara pekak Lintas Melawai. Dhanti berceloteh tentang Shanti yang menyetok berkardus-kardus cokelat Cap Jago, tetapi herannya dia bisa tahu kalau sebiji cokelat menghilang—dicuri Dhanti. Tentu saja, Shanti akan mengamuk setelahnya. Lalu, wajah Dhanti yang semula bercahaya, perlahan meredup. Ia sedih karena lagi-lagi Ayah tidak ingat ulang tahunnya.

Senji ✔️ | DAINTY vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang