Gadis itu bergelayut di bahu kokoh kekasihnya. Sesekali, tangannya menekan perban empuk yang membebat luka kecil di kepala belakang. Kepalanya pening dan tubuhnya terasa asing. Baju Lukas yang longgar dan halus melindungi kulitnya yang menggigil.
"Istirahatlah." Lukas membimbing Dhanti menuju kamar belakang apartemen.
Dhanti memijat pelipis. Lemparan vas bunga dari tangan Ratna bisa saja memecahkan tempurung kepalanya. "Terima kasih banyak. Saya numpang dulu di sini. Kalau saya sudah pulih, saya akan cari kost."
Lukas menggeleng. "Jangan pikirkan itu dulu. Yang penting kamu sehat, Dhanti."
"Mungkin, besok kondisi saya membaik," balas Dhanti.
"Kamu di sini saja dulu," ujar Lukas lembut. Pria itu memapah Dhanti supaya punggungnya bersandar pada dipan. "Tinggallah selama yang kamu mau."
"Lukas." Bola mata Dhanti ditenggelamkan air bening.
"Apa, Dhanti?" Lukas duduk di sisi gadis itu. "Kamu sudah janji untuk berhenti menangis begitu kita sampai apartemen saya. Kok, masih menangis? Nanti makin pusing, lho."
Hangat dalam intonasi Lukas menjerang sedih di dada Dhanti. Air matanya meletup-letup sulit dibendung. "Saya ... benar-benar pembawa sial, kan?"
Lukas memandang Dhanti. "Boleh, gak, kita tidak membicarakan itu sekarang?"
Dhanti menggigit bibirnya.
"Bagaimana kalau malam ini, kamu bertanya tentang hal-hal yang bahagia? Anggaplah ini upaya untuk merekayasa suasana." Lukas menyelipkan jemarinya ke dalam genggaman Dhanti. "Misalnya, kamu bisa bertanya, apa yang membuat saya merasa beruntung dalam hidup ini?"
Dhanti tersedu-sedu. Ia sedang merasa sial dan ia ingin menangisi kesialannya sampai sumur air matanya kering. Mengapa Lukas malah ingin ia membicarakan hal sebaliknya? "Baiklah. Apa yang membuatmu merasa beruntung dalam hidupmu?"
"Kamu."
Netra Dhanti membulat kemudian memburam. "Cuma kamu yang bilang begitu."
"Pasti banyak yang merasakan, tapi, kebetulan cuma saya yang mengatakan."
Buku jari Dhanti mengucek matanya keras-keras.
"Semua yang benar-benar mengenal kamu, pasti merasa sangat beruntung sudah kenal kamu. Almarhumah kakak kamu, dia pasti senang sekali punya adik seperti kamu. Kamu bilang, cuma kamu yang dia ajak main, kan? Kalau dia tidak sayang sama kamu, tidak mungkin dia begitu, Dhanti. Bahkan sampai akhir hayatnya, cuma kamu yang diizinkan untuk masuk ke dunia dia."
Genggaman Lukas mengerat.
"Kunyuk juga. Kalau bukan kamu yang menolong dia, apakah dia akan selamat dan tumbuh jadi anjing yang bahagia? Kalau bukan kamu yang mengasuh dia, apakah dia akan dikasihi sedemikian hebatnya? Menurutmu, kalau bukan Kunyuk beruntung bertemu kamu, apa namanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senji ✔️ | DAINTY vol. 1
ChickLitKalau masa muda adalah masa terbaik untuk menghabiskan jatah gagal, mengapa hingga menginjak usia dewasa hidupku masih saja selalu sial? Fuck jatah gagal. Hidupku selalu sial. --- --- Dhanti "Selalu Sial" Agustina. Lahir dari hubungan terlarang memb...