40 - mengkhianati segala bentuk percaya.

1.4K 230 145
                                    

Tubuh Nona, Juana, dan Lukas, kini menghilang ditelan belokan koridor ujung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh Nona, Juana, dan Lukas, kini menghilang ditelan belokan koridor ujung. Gadis itu beranjak dari kursinya dengan langkah yang limbung. Andai Udin tidak memegangi tangannya yang pasrah menggantung, ia pasti tak ubahnya orang linglung.

"Dhanti," panggil Lukas dengan nada rendah dan datar. "Kita perlu bicara."

Genggaman tangan Udin terurai begitu saja. Tubuh Dhanti mengikuti ke mana tangan Lukas membawa.

Tatkala mereka artinya berhenti di suatu sudut rumah sakit yang sepi, Dhanti yakin bahwa Lukas tidak akan tinggal diam menyikapi kebetulan ini. Otot-otot di sekitar mulutnya menegang, matanya nyalang, alisnya menukik tanda sedang berang. Ditilik dari ekspresinya, Lukas tampak siap menghukum Dhanti atas kebetulan yang baru saja terjadi.

"Bisa, gak, sih, kamu dengerin perkataan saya?" Lukas membuka percakapan dengan nada tergesa-gesa. "Saya suruh kamu datang ke rumah sakit di hari kerja. Senin, Selasa, Rabu, Kamis, atau Jumat. Ada lima kali kesempatan dalam satu minggu. Demi Tuhan! Kenapa kamu malah datang hari Sabtu?"

"Kamu gak mikir, kah, kenapa saya larang kamu datang di weekend? Karena saya dan Nona rutin kontrol di hari Sabtu, Dhanti!"

"Saya ... kalau datang di hari kerja ... saya takut ... ayah saya." Suara Dhanti bergetar. "Kamu tahu ayah saya praktek di sini, Lukas. Kenapa kamu cuma memikirkan nasibmu sendiri? Apakah kamu tidak memikirkan nasib saya?"

Lukas defensif. "Lho? Saya, kan, sudah bilang untuk gugurin saja. Saya, kan, sudah bilang sejak awal kalau itu solusi paling ideal. Sekarang; kamu yang gak dengerin, kamu yang ngebantah, terus kamu tuduh saya cuma memikirkan nasib saya sendiri?"

Suara bisik-bisik yang terdengar lantang itu mencirikan amarah yang tidak sedikit pada diri sang pria. "Kenapa kamu harus bilang kalau kamu hamil ke ibu saya dan ke Nona?"

Bulir-bulir air memadati saluran mata Dhanti, menciptakan sensasi kencang pada bola mata. Refleks ia menekan perutnya. "Ibu kamu lihat perut saya. Saya gak mungkin berbohong, kan?"

Pria itu berdecak. "Kenapa harus ngaku punya suami dokter gigi? Sudah gila kamu, ya?"

Air bening tumpah ke kelopak mata bawah. "Ibumu nanya suaminya mana; menurutmu, saya harus jawab bagaimana? Apakah saya harus jujur kalau saya hamil di luar nikah?"

Postur Lukas tegang. Raut wajahnya kaku. "Sekarang kamu lihat! Semuanya berantakan, kan? Dan semuanya gara-gara kamu. Ini tidak akan terjadi andai kamu turuti perkataan saya dari awal!"

Rasa sedih, putus asa, dan sesal, kompak mengekang dada sang gadis. "Iya. Maaf, ya. Saya gak bermaksud ...."

Lukas memandangi gadis di hadapannya dengan masygul. "Kita sudah selesai. Tolong kamu berhenti mengacaukan hidup saya—"

"Hidup saya pun kacau, Kas." Dhanti terisak hebat. "Apa setelah ini semua berakhir, hanya kamu yang berhak hidup tenang? Bagaimana dengan saya? Bagaimana dengan kehamilan saya? Bagaimana dengan orang tua saya? Bagaimana dengan masa depan saya?"

Senji ✔️ | DAINTY vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang