16 - gelora kita tumbuh raksasa.

2.3K 257 68
                                    

Kalau vomment-nya >50, aku update besok! Enjoy Senji! <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau vomment-nya >50, aku update besok! Enjoy Senji! <3

---

"ADA UNYIL!" Sorak cempreng seorang bocah menjadi komando bagi bocah lainnya untuk berkerumun, lantas mereka meneriakkan hal serupa.

"UNYILNYA GEDE BANGET!" Celetukan itu sontak disambut tawa ribut.

"HAHAHAHAHAHAHA!" Dhanti terpingkal-pingkal, sambil memukul  lengan Lukas yang belum lepas dari raut cemas. "Unyilnya gede, soalnya semalem habis direndem di minyak tanah."

"HAHAHAHAHAHA!" Segerombol anak dengan rentang usia kira-kira empat sampai delapan tahun membuntuti Dhanti dan Lukas, yang berjalan menuju bangunan panti membawa berkarung-karung barang.

Sesuai prediksi Dhanti, adalah strategi keren untuk berkostum ala tokoh acara boneka paling digandrungi seluruh negeri. Sejak Lukas dan Dhanti menginjakkan kaki di panti asuhan ini, penampilan mereka secara instan menarik mata. Dhanti mengenakan kemeja kerah bundar yang didobel dengan blus longgar warna kuning muda motif kembang-kembang, dipasangkan dengan rok warna serasi.  Rambut gadis itu dikuncir dua dengan pita merah, khas tokoh Meilani dari acara si Unyil.

"Sebenernya saya agak malu. Dandan kayak begini benar-benar tidak mencerminkan usia saya," bisik Dhanti pada Lukas, melihat reaksi heboh anak-anak panti asuhan.

Lukas mendelik, lalu mendesah tipis. ".... Apalagi saya."

Dhanti melirik Lukas lalu tertawa untuk yang keseribu kali hari ini. Lukas mengenakan baju hem lengan panjang kedodoran warna jingga mencolok, sebuah sarung biru kotak-kotak yang disampirkan di bahu sampai pinggang, dilengkapi kopiah warna hitam. Lukas cemberut sedari tadi. Rasanya ia terlalu tua dan badannya terlalu besar untuk dielu-elukan sebagai Si Unyil. Siapa lagi yang sanggup membuat pria usia tiga puluhan untuk tampil sekonyol ini, kalau bukan Dhanti?

***

Satu batang sikat gigi berputar-putar di celah antara jari telunjuk dan jari tengah Dhanti. Berikutnya, tangan kiri Dhanti menguncup, mendekati sikat gigi, dan dengan ajaibnya memunculkan sekeping koin. Bocah-bocah berkerumun semangat, mulutnya bersorak ria. Apalagi ketika dalam sekejap mata, koin tersebut sirna. Dhanti menarik tangan kiri dan sikat gigi itu muncul kembali.

"Siapa mau koin?" seru Dhanti. "Koinnya bisa ditukarin sama hadiah, lho."

"Saya! Saya!" Suara antusias para bocah tumpang tindih di udara.

Dhanti harus memilih salah satu di antara bocah-bocah berwajah polos. Dhanti menutup mata, jarinya bergerak zigzag di atas kepala, lantas jarinya berhenti di depan wajah seorang bocah.

"Selamat, Dik. Kamu pemenangnya!" Dhanti menyerahkan koin perak pada bocah berusia kira-kira lima tahun. Binar terang terpampang di mata jernihnya. "Kamu tukar koin ini ke Om Unyil, ya!"

Senji ✔️ | DAINTY vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang