1 - Cekung arah jemari,

10.7K 547 82
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Djakarta, 1986

Ulang tahun itu momen anomali. Momen para manusia memperingati hari saat pertama kali minggat dari rahim ibunda. Momen yang menandai memendeknya garis usia. 

Jatah napas yang semakin menipis justru dimaknai sebagai momen terbaik untuk melangitkan doa sebanyak-banyaknya. Bukankah sebaik-baiknya menghabiskan sisa usia adalah dengan berbahagia? Maka, ulang tahun selalu tepat dijadikan alasan untuk merayu Tuhan. Sepakat, bukan?

Setidaknya begitulah bagi Dhanti. Puluhan batang lilin putih nan tinggi, ia jejerkan di lantai kamar. Lebih mirip markas pusat babi ngepet ketimbang ruang privat milik seorang gadis yang tengah merayakan hari jadi. Bersamaan dengan semburan saliva yang melenyapkan api, ia menyenandungkan dua puluh harapan dari hati.

Jemari lentik Dhanti memasukkan kaset pita ke dalam mulut boombox, lantas memutar knob volume ke paling kanan, membuat lagu Karma Chameleon dari Culture Club mengudara nyaring. Sontak, badan ramping itu turut bergoyang dan mulutnya turut berdendang. Di kamarnya, ada nyaris seratus buah kaset pita yang ia setel bergantian sepanjang hari dan rasanya masih kurang banyak pula. Harapan pertama, semoga Dhanti kejatuhan duit dari langit, supaya ia bisa memperkaya koleksi kasetnya.

"Karma karma karma karma karma chameleon ... You come and go ... You come and gooo ... "

Gadis yang hari ini genap berusia dua puluh tahun itu mengepalkan tangan, menaruhnya di depan mulut---berpura-pura sedang menggenggam pelantang suara, lalu berkeliling di kamarnya--seolah ruangan berukuran 3 x 4 ini adalah panggung yang ia kuasai. Ah. Harapan kedua, semoga ia menjadi penyanyi beken suatu saat nanti.

Eh, apakah ia betul-betul ingin menjadi penyanyi? Netranya melirik papan mungil yang tersempil di antara beragam poster yang memenuhi satu sisi dinding kamarnya. Dhanti Agustina, Sp. B. Menjadi Dokter Spesialis Bedah adalah cita-cita sesungguhnya.

Sekarang, Dhanti adalah mahasiswi tahun ketiga di Fakultas Kedokteran. Maka, harapan ketiga adalah, semoga ia bisa bertahan dengan mental yang waras di tengah gempuran tuntutan Fakultas Kedokteran yang kian hari semakin tidak manusiawi. Harapan keempat, semoga gadis itu mampu mempertahankan Indeks Prestasinya supaya selalu cemerlang, biar daftar spesialis lebih gampang. Harapan kelima, tentu saja, Dhanti ingin menjadi Dokter Spesialis Bedah.

***

Lagu yang populer tahun 1983 itu berganti. Intro lagu It's A Miracle sayup-sayup merasuki telinga. Kontan, pinggul Dhanti condong ke kanan, lalu tangannya diangkat tinggi-tinggi.

"Guns that cross the street, you never know who you might meet."

Dua tangannya bergerak seperti tengah memukul-mukul sesuatu. Menikmati irama khas synthetizer yang mengalir mulus, memanjakan telinga, menghujani otak dengan hormon bahagia.

Senji ✔️ | DAINTY vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang