Bukan Dhanti namanya kalau tidak dramatis. Bukan pula Dhanti namanya kalau tidak melupakan kedramatisannya dalam sekejap mata, seolah kemarin ia tidak menangis setengah mati akibat putus cinta.
Selepas memergoki mantan kekasihnya tidur dengan sahabat karibnya, Dhanti memutuskan untuk memperbaiki penampilannya. Banyu bilang, mungkin berdandan cantik akan membuka peluang bagi Dhanti untuk bertemu lelaki baik.
Tentu saja Dhanti mengaminkan ucapan Banyu, seratus kali di dalam hati.
Bangun lebih pagi, Dhanti merias wajahnya dengan teliti. Memulas satu colek krim Kelly. Menimpa seluruh wajahnya dengan bedak Fanbo. Membubuhkan perona pipi merk Viva. Kemudian, mata Dhanti berkeliling pada kemasan eyeshadow warna-warni. Banyu membeli setidaknya sepuluh warna, Dhanti bingung mau pakai yang mana.
Setelah cap cip cup kembang kuncup, Dhanti mencelupkan jarinya pada eyeshadow warna abu-abu. Teksturnya padat dengan rasa sedikit basah. Sang gadis memulaskan pigmen metalik tersebut dengan beringas ke seluruh kelopak matanya. Bulir-bulirnya meranggas, menyelip ke dalam netra. Membuat Dhanti mengernyit—astaga, ini menyakitkan! Niat cantik, malah kelilipan!
Lalu, Dhanti membingkai matanya dengan eyeliner. Kuas kakunya sulit mendistribusikan cairan hitam eyeliner dengan baik, sehingga eyeliner tersebut rembes ke dalam mata Dhanti. Lagi-lagi gadis itu mengaduh payah. Sialan, mau cantik aja susah!
Mentari sudah semakin tinggi ketika Dhanti mengukir alisnya. Tidak ada waktu membetulkan wajah yang terlanjur cemong sana-sini. Gadis itu menarik napas, mewarnai bibirnya dengan lipstik merah menyala—ini kali pertamanya seumur hidup memakai lipstik, jadi hasilnya berantakan pula. Untuk menutup sesi pertapaan sakral di depan cermin, Dhanti memutuskan untuk berdamai dengan dandanan debutnya.
Gue cantik, kok. Pede aja lah yaw. Gadis itu membatin, lalu menyambar tas-nya karena mesin vespa Udin sudah meraung di luar.
***
Masih pagi, hari Senin, tapi Udin sudah nyaris terjungkir dari motornya.
Siapa yang tidak terkejut melihat wajah itu? Kulit seputih papan karambol, alis menukik mirip grafik progresif, lingkar abu-abu di sekeliling mata, diperparah lipstik berantakan warna merah darah.
"Selamat pagi! Kita sambut hari baru!" Dhanti merentangkan tangan sambil berputar-putar di halaman rumahnya. "Buat apa bersedih, ya, kan?"
Jantung Udin hampir terbelah delapan. Ia kira, setan zaman sekarang punya jam kerja di luar shift malam.
"Kaget, ya?" Dhanti tertawa-tawa.
Udin mengelus dada. "Buset. Kayak ondel-ondel."
"Mana ada ondel-ondel secantik gue?" sungut Dhanti. Telapaknya mendaratkan elusan di kepala anjingnya yang terus menggonggong waspada---tidak bisa mengenali tuannya yang tampil tidak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senji ✔️ | DAINTY vol. 1
ChickLitKalau masa muda adalah masa terbaik untuk menghabiskan jatah gagal, mengapa hingga menginjak usia dewasa hidupku masih saja selalu sial? Fuck jatah gagal. Hidupku selalu sial. --- --- Dhanti "Selalu Sial" Agustina. Lahir dari hubungan terlarang memb...