13 - Bintang mengumpulkan rasa,

1.9K 304 98
                                    

Hayuk banyakin komen, biar makin cepet update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayuk banyakin komen, biar makin cepet update.

---

Untuk pertama kalinya seumur hidup, tercipta simbiosis mutualisme dalam relasi antar Dhanti dan Shanti.

Dhanti menawarkan tiket early bird untuk menonton Rhapsody—yang disambut Shanti dengan senang hati karena itu tandanya ia bisa menyaksikan sang pujaan hati beraksi. Sebetulnya, Shanti tidak menawarkan apa-apa sebagai timbal balik, tetapi Dhanti memaksa. Ia enggan memberi tiket Charity Concert secara cuma-cuma.

Maka, Dhanti meminta Shanti untuk membantunya berdandan. Ya, benar, Dhanti berpendapat bahwa Shanti terlihat seperti cireng mentah, papan karambol, ondel-ondel Monas, sekaligus tokoh Darminah pada film Pengabdi Setan. Namun, setelah mencoba-coba berdandan beberapa waktu belakangan, Dhanti mengakui, skill Shanti masih jauh lebih meyakinkan.

Sekitar pukul delapan pagi, Dhanti menjajah teritori Shanti. Memasuki kamar warna merah jambu dengan banyak boneka barbie.

"Gue mau make up senatural mungkin," ucap Dhanti, sambil melemparkan bokongnya ke atas kasur berseprei kembang-kembang mungil. "Buat gue cantik alami, kayak Neno Warisman, gitu."

"Iya," sahut Shanti jutek. Sebatang sisir mengurai kusutnya rambut Dhanti. Dengan telaten, Shanti membagi rambut Dhanti menjadi beberapa bagian, lalu memasang roll rambut.

"Natural aja, ya. Jangan terlalu heboh." Dhanti mematut dirinya di cermin meja rias Shanti yang bersih dan licin.

"Iya." Shanti membungkuk, mengoleskan pelembab Hazeline. Aroma bunga semerbak meliputi rongga hidung. Empat jari Shanti meratakan krim warna putih pada wajah Dhanti.

"Gue gak mau tebel-tebel, mau natural aja," ulang Dhanti.

"Tadi itu baru pelembab, njing! Belum di-make up!" Shanti menaruh wadah warna kuning, lalu mengangkat wadah merah krim Kelly.

Lalu, kakak tiri Dhanti mengaplikasikan krim warna kuning terang pada beberapa titik di wajah sang adik. Belum selesai Shanti melakukan pekerjaannya, Dhanti sudah mengoceh lagi. "Natural, ya. Na-tu-ral."

Gadis berusia 27 tahun itu merasakan amarahnya memanjat ubun-ubun. Kesal, ia membanting wadah krim Kelly. "IYA, IYA, DAN IYA!" bentaknya dengan suara menggelegar. "MULUT LO BAU. BISA DIEM, GAK?"

Ups. Malah ngamuk si nenek lampir ini. Alih-alih tutup mulut, Dhanti justru sengaja membuka mulutnya lebar-lebar dan mengarahkannya ke hidung Shanti. Lantas, ia menghembuskan napasnya seperti seekor naga. "HAAAAAAAHHHHHHH!"

"ANJING! BABI!" maki Shanti, lalu lanjut mengabsen nama-nama hewan dengan nada marah.

Sementara Dhanti terpingkal-pingkal tanpa dosa.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senji ✔️ | DAINTY vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang