.
.
.
Sanya merebahkan dirinya di kasur. Beneran deh, dia capek banget abis belanja bareng Sano ke Mall.
Sehabis dhuhur, Sano tiba-tiba mengajaknya dan sudah tiba didepan rumahnya. Karena ibunya yang menyambut Sano, Sanya terpaksa harus mau. Kesal dia tuh, ibunya ceng cengin dia terus. Mana bilangnya gini, "ciee, anak ibu akhirnya laku. Mau aja dia sama kamu."
Gimana Sanya gak emosi coba
"Maaf ya, aku emang kalo belanja suka lama. Aku pemilih banget soalnya. Hehe," kata Sano sambil meletakkan tas belanjaan di lantai.
Karena keasikan belanja, mereka sampai dirumah waktu maghrib.
"Gue sholat dulu ya. Lo disini aja, pulangnya nanti kalo udah Isya." Sanya beranjak ke belakang.
Sano memperhatikan sudut-sudut rumah Sanya. "Harus diperhatikan. Buat belajar, nanti aku mau tinggal disini soalnya." Batin Sano.
Ibunya Sanya keluar dari kamarnya lengkap dengan mukena serta sajadah. Agaknya beliau mau ke mushola.
"Eh, mas-mas yang tadi, kan?"
"Ah, iya Bu." Sano senyum manis. Ingat, bikin kesan baik dimata camer.
"Gak sembahyang?"
"Udah kok, Bu."
"Loh, kapan? Perasaan maghrib nya baru aja."
"Kemarin Bu. Jam tujuh pagi."
Ibunya Sanya tampak berpikir sebentar. Lalu mengerti. "Oh, maaf ya mas. Ibu gatau. Yaudah, ibu berangkat dulu ya. Titip Sanya nya. Permisi.."
"Iya.."
Tidak lama kemudian Sanya muncul dengan wajah yang tampak basah karena wudhu, kerudungnya juga sudah diganti dengan hijab instan.
"Ibu udah ke mushola?"
Sano mengangguk.
"Yaudah, gue sholat dulu ya. Lo kalo bosen main HP juga gapapa, asal suaranya jangan sampe mengganggu aja."
Benar juga, Sano main HP karena bosan. Tetapi sesuai perintah Sanya tadi, Sano mengaktifkan mode hening di ponselnya.
Adzan Isya telah berkumandang.
Sano berpamitan kepada Sanya dan juga ibunya. Saat ini Sanya sedang mengantar Sano sampai depan rumah.
"Aku pulang ya, Sanya. Ngomong-ngomong aku gak liat bapakmu. Bapakmu masih kerja?"
"Gak, bapakku udah kaya."
"Terus, dimana beliau?"
"Udah pulang."
"Kok aku gak liat?"
"Ya lo mati dulu, biar bisa liat."
Sano kaget karena Sanya membawa kata 'mati'. Oh iya, Sano baru mengerti kalimat terakhir Sanya.
"Maaf ya, aku gatau. Kamu punya saudara?"
"Punya, abang satu. Lagi kerja dikota sebelah. Pulangnya sebulan sekali."
"Eh tapi-"
"Banyak tanya kali lah kau, jadi pulang apa kagak? Gue mau makan ini. Katanya mau pulang kok ada sesi interview nya?" sela Sanya. Tampaknya gadis itu benar-benar lapar karena dia itu tipikal gampang emosi kalau sudah lapar.
"Aduh, aku gak maksud. Yaudah, aku pulang ya!" Sano men starter mobilnya. "Dadah!" ucapnya sambil melambaikan tangan disertai mobilnya yang mulai bergerak meninggalkan rumah Sanya.
***
Marhaban ya RamadhanGak terasa beberapa hari lagi puasa. Aku minta maaf buat seluruh pembaca, apabila dalam pengetikan ada kata atau kalimat yang menyinggung kalian pribadi atau sebagai fans.
Maaf apabila idolnya tak nistakan disini, percayalah ini cuma di cerita doang. Aslinya ya, aku mengakui kemampuan dan kehebatan mereka semua.
Sampai jumpa episode depan!
Sehat* & bahagia terus ya, kalian!
Dadah!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirāthâl Mustaqīm || Kim Sunoo
General Fiction"Oh, lo pengen jadi lurus lagi? Tenang aja, lo bertemu dengan orang yang tepat. Gue bakal tuntun lo biar balik ke Shiratal Mustaqim!" "Shiratal Mustaqim tuh apa?" "Jalan yang lurus :D" *** Tentang Sano Niskala. Cowok yang ingin keluar dari kehidupan...