26. cerita di mobil

211 32 18
                                    

.

.

.

Iya, emang beneran Sano menceritakan semuanya ke Sanya.

"Kamu tau, seberapa sibuk kamu sama pekerjaan kamu?"

Apa ini, katanya mau cerita, kok malah nanya?

"Gatau, emang berapa?"

"Kamu berangkat jam tujuh, jadwal kamu seharusnya sampai jam dua belas siang, tapi kamu lebih mengerjakan tugas-tugas kamu di kantor sampai sore. Bahkan pernah beberapa kali kamu pulang paling terakhir diantara semua guru-guru. Padahal kamu guru kelas satu sampai dua."

Ucapan Sano tersebut membuat Sanya menjadi tersadar. Tapi ya dipikir-pikir, dia seperti ini juga karena Sano. Setelah dighosting tiba-tiba oleh Sano, Sanya benar-benar uring-uringan.

Dia mencoba berbagai cara untuk berusaha melupakan Sano. Dari segi mental dan kenangan, dan dia menemukan cara yang lumayan ampuh. Yaitu menyibukkan diri. Karena jika dia gabut, sosok Sano akan selalu terbayang dipikirannya.

"Karena tiap siang kamu pasti gak di rumah, aku dan keluargaku bertamu —dalam artian lain— ke rumah kamu. Kata ibu, keputusannya tergantung keputusan kamu. Terus aku bilang, kalo kamu udah setuju. Yasudah, akhirnya kayak gini."

Sanya speechless.

Emang boleh lamar-lamar gitu tapi yang dilamar gaada di rumah?

"Terus, undangan itu? Kamu nyiapin semua itu sendiri? Ini pernikahan atau kado ulang tahun sih? Kok mengagetkan?"

Sano nyengir. "Iya maaf ya, soalnya dua bulan kedepan, aku ada projek di luar negeri. Nah, kalo udah sah sama kamu kan, kamunya mau kuajak. Mau kan? Pasti mau, dong!"

"Dih, pede amay!"

Iyalah mau, ya kali ga.

Dasar betina, yang dimulut sama dihati beda.

"Terus, ini kita mau kemana?"

"Butik, kita mau pilih baju. Udah ditunggu sama ibuku, pilih terserah kamu mau yang mana. Yang penting kamu suka."








Dan seharian itu mereka habiskan untuk mempersiapkan guna pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari. Sepulang Sano dari luar negeri, Sanya benar-benar merasakan perbedaan yang kentara dari dalam diri Sano. Gerak-geriknya, perilakunya, dan responnya terhadap ibu tirinya.

Sano benar-benar berubah, dan itu semua karena Sanya.

"Makasih Sano, tanpa kemauan dari kamu sendiri, mau sampai berbusa mulutku pun, kamu tidak akan bisa berubah. Terimakasih karena sudah mau berubah, sekarang kamu sudah berada di Shirātal Mustaqīm seperti yang pernah aku bilang!" batin Sanya senang.

 Terimakasih karena sudah mau berubah, sekarang kamu sudah berada di Shirātal Mustaqīm seperti yang pernah aku bilang!" batin Sanya senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Widih, aku balek nih ges!

Insyaallah sih, aku bakalan rajin update lagi. Karena aku udah liburan, udah pulang ke rumah. Tapi ya, halngannya adalah kuota. Rumahku gaada Wi-Fi 😭🙏🏻

Tapi gapapa lah, demi bisa ngobrol sama kalian, berapapun harganya bakal ku beli. Kangen é pok aku karo sampeyan kabeh!

Ehe, maaf ya update malem*. Jumpa lagi, jangan lupa jaga kesehatan & bahagia selalu ya!

Dadah!

Shirāthâl Mustaqīm || Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang