45. mulai

48 6 0
                                    

.

.

.

Meskipun sedih karena ternyata hanyalah mimpi, tapi Sano senang. Karena dapat melihat wajah cantik istrinya lagi. Juga, dia tersadar. Benar apa kata istrinya, dirinya tidak bisa terus-terusan murung seperti ini. Dirinya harus bangkit!

Ting! Tong!

Pintu terbuka. Menampakkan sosok tua yang masih sehat dengan senyuman yang tercetak di wajahnya yang sudah keriput.

"Eh, nak Sano! Silahkan masuk! Duduk dulu ya! Mau ketemu Asa ya? Bentar ya nenek panggilkan."

Sano tersenyum melihat begitu ramahnya nenek Windi menyambutnya. Tiba-tiba baru terpikirkan olehnya berapa lama dia menitipkan putrinya pada wanita yang sudah tua itu?

Pasti sangat merepotkan.

Cukup lama Sano menunggu, hingga akhirnya– "AYAH!"

Dari dalam, Asa berlari kencang, lalu menabrakkan dirinya ke pelukan ayahnya yang sudah ready, merentangkan lengannya menyambut putrinya. Bau sampo anak-anak menyeruak, sangat menenangkan ketika hidung Sano bertempelan dengan rambut cantik milik Asa.

"Baru mandi ya?" tanya Sano dengan senyum ramah.

"Iya! Ayah, Asa kangen banget sama ayah! Liat, Asa udah bisa ngomong es!" kata Asa. Sangat berantusias ketika menceritakan hal-hal yang terjadi di sini kepada ayahnya.

"Hebat banget anak Ayah! Kamu udah makan?"

Asa mengangguk. "Ayah mau ajak aku kemana?"

"Pulang."

Jawaban Sano membuat Asa bingung. "Pulang? Ke rumah?"

Sano mengangguk. "Iya, ke rumah kita. Sekalian beres-beres! Udah lama kan kamu gak ketemu mainan kamu?"

Iya benar juga, sudah lama dia tidak bermain dengan mainannya itu. Tapi, dia ragu. Bagaimana ya, kira-kira suasana rumahnya setelah kepergian bundanya?

"Ayo, izin sama neneknya Tante Windi!". Ajakan Sano membuyarkan lamunan Asa. Anak kecil itu mengangguk, dan masuk ke dalam. Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa tas sekolah, juga totebag. Dibelakangnya ada nenek, serta Windi yang mengiringi.

"Beneran mau pulang, Kak?" tanya Windi, ragu.

Sano mengangguk mantap. "Tenang aja, ada aku." Sano meraih totebag dari Asa yang tampak kesusahan membawanya. "Makasih ya nek, maaf Sano udah ngerepotin..."

Nenek Windi menggeleng. "Gapapa, nenek seneng ada anak kecil disini. Nanti kalo ada apa-apa, jangan sungkan buat kesini lagi, ya!"

"Baik, nek. Kami pamit, selamat pagi!"

"Kamu bener yang, aku gak bisa diem dan gini terus. Iya, aku masih cinta kamu. Dan untuk buktinya adalah sekarang, menjaga apa yang telah kita punya. Asa, aku akan menjaganya, dengan sekuat tenaga, semampuku, dan memberinya segala cinta yang masih ku punya."






Bagaikan setelah adanya bencana, sepertinya hari ini agak lebih tenang daripada hari-hari sebelumnya. Tidak ada peristiwa yang mengejutkan, atau pun berita buruk. Yang ada hanyalah ketenangan, juga pergerakan yang lebih baik.

Namun selalu diingat, air yang tenang, jangan disangka tidak ada buaya. Hari ini tenang, padahal kemarin dan seminggu sebelumnya kacau, perlu di waspadai.





***
Halo, apa kabar?

Lama bgt kyknya aku gak update. Maap yaa, SMT 3 ini sukses bikin aku hampir gila.

Krn lupa ya, aku baca-baca lagi. Eh tapi kok, cringe ya liatnya.

Shirāthâl Mustaqīm || Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang