43. surat

85 9 2
                                    

——————————————————

Untuk:
sayangku tercinta, cowokku tercinta, Sano.

Assalamu'alaikum, yang!

Maaf ya, kayaknya aku udah gak bisa lama-lama lagi. Kamu terima surat ini juga kayaknya aku udah pergi. Maaf ya, aku perginya pagi-pagi. Aku maafin kamu kok. Lagian, ini bukan salah kamu.

Iya, kamu bener, aku bosen dengerin kamu minta maaf terus. Ini bukan salah kamu, yang. Dan aku harap kamu selalu ingat ini, aku sayang kamu, cinta kamu, selalu rindu kamu.

Maaf ya, kita gak bisa menua bareng. Jagain Asa ya, jagain sebaik mungkin sebagaimana kamu ngejagain aku. Dia gemesin banget kayak kamu. Tapi dia cantik kok kayak aku!

Jaga dia ya, titip salam buat papa ibu kamu, ntar aku titipin salam juga deh, buat mama kamu. Tapi kalo ketemu ya, soalnya gatau yang beda server itu bisa ketemu apa nggak. Atau nanti tak titipin ke malaikat aja.

Aduh, kepalaku pusing lagi. Udah ya, jaga diri.

Assalamu'alaikum!

Dari:
Sayangmu tercinta, cewekmu tercinta, Sanya.

——————————————————



Suara tangisan saling bersahutan. Meraung-raung tak rela akan kepergian Sanya yang begitu cepat layaknya mimpi. Mimpi buruk bagi orang-orang yang menyayanginya. Windi turut serta datang, berduka cita atas kepergian sosok yang telah menjadi temannya belakangan ini.

Sano hanya diam. Bukan berarti dia baik-baik saja. Hatinya sekarang sangatlah hancur. Istrinya telah pergi, meninggalkan dirinya beserta putrinya. Surat dari Sanya bahkan sudah lecek, basah, membuktikan betapa derasnya air matanya ketika membacanya.

Ayah dan ibu Sano. Mereka yang paling kencang tangisannya, bahkan saat Sanya sudah dimakamkan, mereka tak henti-hentinya menangis. Begitu terpukul dengan kabar yang dibawa oleh putranya pagi buta tadi. Sedangkan ibunya Sanya, sudah pingsan ketika mendengarnya.

Asa masih belum tau. Dia tetap dirumah neneknya Windi. Meskipun bingung karena katanya tidak perlu sekolah untuk beberapa hari. Entah bagaimana caranya Sano akan memberi tahu putrinya, tentang ibunya. Dan Sano sendiri masih belum siap, dan masih belum bisa terima dengan kenyataan.

"Kenapa kamu pergi secepat ini? Kamu mah udah dibilangin perginya nanti kalo aku udah bilang 'iya'. Kita bahkan udah lama gak ngobrol langsung.

Ayok lah bangun, yang. Atau aku yang bangun, terus pas buka mata aku masih bisa ngeliat kamu lagi tidur disampingku? Siapa yang harus bangun, yang?

Lihat yang, banyak orang yang sayang sama kamu. Katanya kamu gak suka liat adegan sedih? Malah kamu sendiri yang bikin.

Pasti kamu lagi reunian sama bapakmu. Ih enak banget ketemu mamaku. Jangan lupa salamin beneran loh ya!

Ini berat buatku, yang. Bukan mungkin lagi, tapi pasti. Aku gak pernah ngebayangin bakal hidup sendirian setelah aku ketemu kamu. Tapi aku akan berusaha bikin kamu seneng dengan gak berlarut-larut dalam kesedihan supaya kamu tenang. Jangan lupa mampir ke rumah tiap Jum'at ya, aku sama Asa bakalan selalu doain kamu. Selamat jalan, sayangku, Sanya."



***
Ueueueueueu, kalo bacanya pake penghayatan jadi ikutan sedih 😭

Shirāthâl Mustaqīm || Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang