.
.
.
Suasana sekolah dasar yang tampak ramai. Penuh canda dan tawa, dan semangat belajar. Namanya juga masih anak-anak, masih bisa dikibulin, masih bisa juga untuk diatur.
Sanya baru saja membereskan alat-alat lukis milik muridnya yang beberapa masih tercecer. Dia sudah memperingati tadi untuk memberesi peralatan sebelum keluar ruangan. Tapi kembali lagi, mereka masih bocil, harus banyakin sabar walaupun mereka gatau kalo kita lagi menahan diri.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan di pintu membuat fokus Sanya teralih. "Ya, Noa? Ada apa? Barang kamu ada yang ketinggalan?"
Anak kecil yang dipanggil Noa itu mendekat, "Bu guru, ada yang nyariin Bu guru diparkiran mobil. Dia pake mobil merah, terus ganteng! Tapi masih gantengan aku kok, Bu guru!"
Sanya tertawa. "Iya, kamu ganteng. Tapi beneran orang itu nyariin Bu guru? Siapa tau cuma orang asing, nanti kalo kamu diculik gimana?"
Noa menggeleng. "Gak! Mas-mas nya bahkan tau nama panjang Bu guru! Katanya temen kuliah..."
Sanya sempat ragu, tapi dia tidak tahu seberapa penting keperluan orang itu sampai menemuinya ke sekolah. "Oke, Bu guru beres-beres sebentar ya! Noa tunggu sini, nanti anterin ibu. Oke?"
"Okay!"
Setelah beberapa menit, mereka pun menuju parkiran yang dimaksud Noa. Memang benar, ada yang menunggu disana. Cowok, ganteng, pake kacamata, masker, mobil merah. Andai mobilnya Jeep, udah pasti dikira penculik anak.
"Itukah mas-mas nya, Noa?"
Noa mengangguk. "Bu guru, Noa boleh ke kantin gak? Noa laper..."
Sanya meringis, demi menyampaikan pesan si tamu, anak ini sampai merelakan waktu istirahatnya. Tak tega, Sanya merogoh saku rok panjangnya dan menyerahkan selembar uang berwarna kuning pada Noa. "Nih, buat jajan Noa. Makasih udah anterin Bu guru ya! Hati-hati!"
"Makasih Bu!" Noa segera berlari menuju kantin.
Tamu itu mendekat. "Aw, gemes deh. Berasa liat masa depan..." katanya lalu terkikik.
Sanya mengerutkan kening. "Anda siapa ya? Ada perlu apa sampai nyari saya ke sini?"
Tamu itu memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Memandang ke langit meskipun tertutupi oleh kacamata hitamnya. "Saya lagi nyariin calon istri saya Bu guru, soalnya saya cari dirumahnya tapi gaada. Katanya disini."
Jawaban tamu itu membuat Sanya tambah bingung. "Terus kenapa nyariin saya? Calon istri Anda temen kerja saya kah? Siapa namanya? Biar saya panggilin." Sanya bersiap mengeluarkan ponselnya untuk menelpon.
"Eh gausah. Udah dateng kok orangnya."
Sanya menoleh ke kanan dan ke kiri. "Mana?"
"Nih, didepan saya. Namanya Sanya Wijaya." Orang itu melepas masker dan kacamata hitamnya yang membuat Sanya seketika syok.
Orang ini, yang udah bikin dia jadi pribadi seperti sekarang. Yang bikin dia baper, lalu ghosting tanpa tanda-tanda.
Aduh, Sanya jadi mewek.
"Kemana aja lo selama ini, Sano?"
***
Wee, Sanya jadi mewek guys. Kalian kangen gak sama Sano? Walaupun gak muncul 1 bab doang 😭
Maap ya kalo penyampaian ceritaku, kata*nya terlalu ber-tele*
Aku emg agak belibet gitu kalo komunikasi, baik ketik maupun lisan. Suka tiba* lupa sendiri kalimatnya 😅🙏🏻Jangan lupa jaga kesehatan, & bahagia selalu!
Dadah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirāthâl Mustaqīm || Kim Sunoo
Ficción General"Oh, lo pengen jadi lurus lagi? Tenang aja, lo bertemu dengan orang yang tepat. Gue bakal tuntun lo biar balik ke Shiratal Mustaqim!" "Shiratal Mustaqim tuh apa?" "Jalan yang lurus :D" *** Tentang Sano Niskala. Cowok yang ingin keluar dari kehidupan...