.
.
.
Tebakan kalian, Sanya bakalan dilamar kapan? Keesokan harinya? Lusa? Atau kapan?
Hahaha, jangan ngarep yang manis-manis yaa
Nyatanya setelah Sanya mengakui perasaannya pada hari itu, sudah seminggu berlalu, tapi Sano kembali menghilang. Tidak tau ya apakah dia kembali ke luar negeri atau bagaimana, yang pasti Sanya tidak mau membuang tenaganya untuk kembali mengejar Sano yang hilang kabar.
Lebih baik fokus pada karir untuk memperkaya diri.
"Bu guru, Taka izin mau buang sampah rautan pensil!"
Sanya mengangguk dengan senyum, "hati-hati yaa..."
Hari ini kegiatan mapelnya adalah menggambar apa yang disukai oleh masing-masing anak. Hampir lima puluh menit berlalu, tapi murid-muridnya baru selesai setengahnya. Lagian suruh siapa pelajaran seni tapi hanya satu jam belajar. Tidak cukup.
Taka masuk ke kelas dan menghampiri gurunya, "Bu, emang bener ya, besok kita libur?"
Pertanyaan yang tiba-tiba dan aneh, hari ini bahkan baru hari Senin, otomatis libur mingguan masih lama. "Kata siapa?"
"Tadi diluar guru-guru pada rame bawa ini, Taka juga dikasih." Taka menyodorkan sebuah undangan berwarna pink. Mungkin karena fontnya yang sulit, anak kecil itu tidak bisa membaca nama pengantinnya.
"Loh, ini kamu dikasih siapa, sayang? Ini tulisannya Bu guru yang nikahan."
"Hah, Bu Sanya mau nikah?" teriak Noa, dan teriakannya itu memicu keributan teman-temannya.
Sanya berusaha menenangkan keadaan dengan menepuk tangannya, tapi bunyi bel pulang membuat keadaan tambah menjadi lebih parah.
"Perhatian kepada seluruh siswa siswi SD , dikarenakan besok kita diundang menghadiri acaranya Bu Sanya, maka agenda besok ada belajar mandiri dirumah masing-masing. Terimakasih."
"YEEEEEE!"
"Mohon tenang dulu anak-anak, duduk yang rapih, berdoa, lalu pulang," Sanya mencoba menenangkan keadaan yang lebih ribut lagi, "yang ribut gak boleh pulang!"
Ajaib, kalimat tadi langsung membuat murid-muridnya langsung duduk ditempatnya masing-masing. Lalu ketua kelas memberi aba-aba untuk berdoa. Selanjutnya lancar, tapi Sanya benar-benar penasaran dengan seseorang yang menyebarkan undangan pernikahan. Apalagi dia sendiri yang menjadi pengantin wanitanya.
"Bu guru, Salim!" Daniel, si ketua kelas membuyarkan lamunan Sanya. Ayolah Sanya, profesional lah saat bekerja!
"Hati-hati dijalan, anak-anak!"
Ting!
Bunyi notifikasi chat menginterupsi Sanya, tangannya terhenti memasukkan buku-buku kedalam tasnya.
——————————————————
Sano
online
——————————————————
|Bucan, gamau balik nih?Hah?|
——————————————————
Setelah mengunci pintu kelas, Sanya segera melangkah menuju parkiran mobil. Disana dia mendapati Sano sedang menunggu, bersandar pada mobil kesayangannya.
"Apaan dah, dateng-dateng bikin satu sekolah heboh!" semprotnya langsung. Sanya mengeluarkan undangan tadi, "maksudnya apa?"
Sano tersenyum simpul. "Akan aku ceritain di mobil. Sekarang, masuk dulu. Kita ke butik, ibu aku udah nunggu disana."
Sanya gatau ini maksudnya apaan, tapi, ikut ajalah ya dulu.
Update dulu kali ye, mumpung tugasnya udah kelar satu. Gatau nanti hiatus lagi apa kagak 😭🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirāthâl Mustaqīm || Kim Sunoo
General Fiction"Oh, lo pengen jadi lurus lagi? Tenang aja, lo bertemu dengan orang yang tepat. Gue bakal tuntun lo biar balik ke Shiratal Mustaqim!" "Shiratal Mustaqim tuh apa?" "Jalan yang lurus :D" *** Tentang Sano Niskala. Cowok yang ingin keluar dari kehidupan...