27. acara

206 31 13
                                    

.

.

.

Hari-H

Acara resepsi pernikahan diadakan di hotel paling mewah di kota. Tamu undangan sembilan puluh sembilan persen datang. Satu persen tidak.

Siapa itu?

Iya Satya sama Windy.

Sebenarnya Riu udah diwanti-wanti sama Windy supaya tidak datang ke pernikahan Sano. Tapi, Sam bilang pernikahannya diadakan di hotel termewah yang otomatis hidangannya bisa dipastikan mewah juga. Jadi, karena Riu ini otak makanan, apapun larangannya akan dia langgar demi makanan.

Mayoritas tamu undangan berisi murid-murid Sanya dan teman guru. Ada juga kolega kerjanya Sano. Tapi ya, sedikit.

"Selamat buat Sano dan Sanya, apapun rintangan untuk kedepannya, kita harap kalian berdua langgeng terus sampai maut memisahkan!"

"Yeah!"

"Dan lagu ini kami persembahkan untuk kedua tokoh utama kita hari ini, Sano dan Sanya."

"Dan mohon doakan kami juga supaya bisa segera menyusul seperti mereka berdua!"

Eaaa

Itu Sam dan Riu yang heboh diatas panggung memeriahkan acara. Riu yang pipinya sedikit bersemu karena kalimat terakhir yang dilontarkan pacarnya itu.

Now playing :
Love, Maybe - Secret Number








Acara pernikahan berjalan lancar, walaupun tadi sempat ada rebutan es krim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acara pernikahan berjalan lancar, walaupun tadi sempat ada rebutan es krim. Yah, namanya juga anak-anak, apalagi es krim gratis.

Acara selesai pada sore hari. Totalnya, mereka sudah menyelesaikan resepsi, dan pemotretan.

"Beneran kita langsung kesana? Gak ke rumah dulu?"

"Kamu gamau ya, pisah sama ibu?"

"Bukan gitu, kan barang-barang aku masih disana." Dengan tergagap Sanya menjawab. Pelupuk matanya sudah mau mengeluarkan cairan bening.

Sano tersenyum tipis. "Tenang, barang kamu udah diberesin sama ibu kamu. Udah diangkutin ke rumah kita semua. Pokoknya kamu tenang aja, semuanya udah kuurus." Sano berucap demikian lalu menggenggam tangan kanan Sanya menggunakan tangan kirinya.

"Tapi, kalo ada barang aku yang ketinggalan gimana?"

Sano tertawa. "Kamu kalo mau nangis, nangis aja." Tepat setelah itu, Sanya mewek. "Padahal kamu sebelum ini jarang di rumah, sekarang baru kerasa sedihnya? Kalo kamu mau ke rumah dulu, gapapa. Aku putar balik sekarang."

Yah, nangisnya tambah kejer.

Sanya menggeleng. "Takut gamau pergi aku. Nanti video call ibu aja."

"Hahaha, cup cup cup. Jangan nangis lagi ya, nangisnya nanti malem aja. Abis ini kita harus beres-beres barang."

"Katanya kamu yang urus?"

"Kamu gapapa barang privasi mu yang nata aku?"

"Eh, jangan!"

Shirāthâl Mustaqīm || Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang